Kasih, Tujuan Akhir Hukum Allah

Renungan Harian Misioner
Rabu, 12 Juni 2024
P. S. Yohanes Fakundus

1Raj 18:20-39; Mzm 16:1-2a.4.5.8.11; Mat 5:17-19

Petikan Injil hari ini adalah salah satu bagian tema Khotbah di Bukit tentang ‘hukum baru’ yang disampaikan oleh Yesus. Ia menunjukkan perbedaan antara kebenaran yang dituntut oleh hukum Taurat, dengan apa yang dihadapkan kepada murid-murid-Nya dalam bentuk ‘antitesis’. Secara ekstrim dimaksudkan untuk menggiring para pembaca Injil untuk melakukan perbuatan yang dijiwai kasih, namun juga berarti peningkatan dari hukum Taurat dan bukan meniadakannya. Hukum baru itu berisi prinsip-prinsip kebenaran Allah yang seharusnya dihidupi oleh semua orang Kristen dalam iman kepada Putra Allah dan oleh kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam dirinya. Maka semua anggota Kerajaan Allah harus memiliki rasa lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan dalam hukum baru ini.

Pernyataan Yesus bahwa “Dia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, melainkan untuk menggenapinya,” ingin menunjukkan bahwa tuntutan rohani hukum Allah dapat dilaksanakan di dalam kehidupan semua pengikut-Nya. Yesus tidak datang untuk meniadakan seluruh tata penyelamatan hukum lama, tidak pula menyetujuinya seolah-olah sesuatu yang tidak boleh disentuh. Tetapi, Yesus mau menggenapi segala janji dan pengharapan, serta Firman yang telah menjadi pegangan umat Israel untuk terus maju dalam iman. Dia memberi hukum Taurat suatu wujud baru, agar sepenuhnya terlaksana apa yang diusahakan dan dimaksudkan oleh hukum itu secara sempurna. 

Injil mencakup seluruh hukum Allah yang lama dengan segala perintah dan janji-janji Allah yang murni. Yesus mengangkatnya ke atas, ke suatu tingkatan yang jauh lebih tinggi, yaitu tingkatan serba adikodrati. Dia menggenapinya dengan janji-janji yang jauh lebih luhur lagi, dengan mendasarkannya lebih nyata pada hukum yang tertinggi dan satu-satunya yang mutlak yaitu Cinta kepada Allah dan kepada sesama manusia. Hukum lama menjadi sesuatu yang di dalam batin kita membangkitkan keinginan hati, maka tidak ada bagian hukum lama yang boleh diabaikan sebelum diwujudkan sampai pada tingkat kesempurnaan cinta kasih. Fokus perhatian bukan menyederhanakan, melainkan memperdalam dengan Kasih yang mengubah seluruh hukum lama menjadi perintah Yesus yang baru dan melingkupi seluruh hukum Taurat.

Kasih yang menyimpulkan hukum lama itu memperhatikan segala hal yang terkecil sekalipun, sehingga makin menampakkan kebesaran kasih Allah. Orang yang tidak mampu mengasihi, memandang peraturan-peraturan sebagai suatu kemustahilan, atau sebuah kesempatan untuk melanggarnya. Seorang yang pengasih melakukan segalanya dengan bebas, bukan karena takut dihukum, melainkan karena diberdayakan oleh kasih itu sendiri. Kita pun diberdayakan oleh Roh Yesus untuk melaksanakan Sabda Bahagia-Nya itu. Namun tidak seorangpun mampu melakukan kebaikan, karena semua orang berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (bdk. Rm. 3:23). Yesus adalah orang pertama yang menggenapkan segala kebenaran itu. Itulah sebabnya kita harus mendengarkan Dia, dan belajar dari Dia.

Kedudukan orang percaya dalam Kerajaan Surga ditentukan oleh sikapnya terhadap hukum Allah dan oleh caranya mengajarkan dan mengamalkan hukum. Melanggar hukum, dengan mengecilkan artinya atau mengurangi kewajiban untuk menjalankannya akan menurunkan tingkat kelayakan kita dalam Kerajaan-Nya. Semakin besar penyimpangannya, semakin buruk akibatnya. Jika melanggar hukum merupakan kelancangan, apalagi jika mengajarkan yang salah kepada orang lain, semakin rendah posisi kita. Sebaliknya orang-orang yang hidup sesuai dengan ajaran hukum, yang mengejar kesucian dan beribadah dengan tekun, yang berbicara tentang pengalaman hidup berdasarkan apa yang mereka khotbahkan, akan beroleh ganjaran yang tinggi dalam Kerajaan Surga. Jadi, keikutsertaan kita sebagai anggota Kerajaan Allah tergantung pada kemampuan kita untuk melakukan segalanya atas dorongan kasih, serta mengajarkan apa yang diilhamkan oleh Kasih itu kepada kita.

Hukum itu baik, tetapi tidak dapat menyelamatkan. Yesus tidak meniadakan hukum, tetapi menggenapinya dengan cara-cara ilahi. Hukum melarang tindakan yang membawa kematian; Yesus dengan kematian-Nya memberi hidup dan membangkitkan kita dari kematian akibat dosa. Hukum mencela dan menghakimi pelanggaran-pelanggaran; Yesus, sama seperti Bapa, justru mengampuni orang yang telah melanggar hukum itu. Maka, Yesus lebih dulu dari siapapun yang menjalankan kasih. Kebenaran-Nya melampaui kebenaran munafik dari para ahli Taurat dan orang Farisi, sebab kebenaran Yesus adalah kebenaran Sang Putra dan Bapa sendiri. Kebenaran yang mampu mengubah sikap dan karakter hidup kita menjadi semakin serupa dengan Kristus; kebenaran yang mengantar kita masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Sekali lagi, Yesus tidak meniadakan hukum, tetapi menjadi tujuan akhir dari hukum tersebut. Maka Gereja juga tidak memaklumkan Hukum-hukum, melainkan mewartakan Injil, Kabar baik dan paling indah mengenai Kebenaran Anak yang mengasihi seperti Bapa. Dan karenanya, Gereja tidak melanggar Hukum karena menghayati kasih, sebab kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena kasih adalah kegenapan hukum Taurat (bdk. Rm. 13:10). (ek)

(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalPara migran yang meninggalkan negeri mereka – Semoga para migran yang meninggalkan negeri mereka karena perang atau kelaparan, terpaksa melakukan perjalanan penuh bahaya dan kekerasan, menemukan sambutan dan peluang baru di negara-negara yang menerima mereka. 

Ujud Gereja IndonesiaOrang muda – Semoga Gereja semakin terbuka dan mampu merangkul kaum muda di tengah proses pembentukan identitas, sehingga mereka dapat mengalami Kristus sebagai Sahabat dan Juru Selamat.

Amin

Tinggalkan komentar