Hidup Benar Berkat Relasi dengan Tuhan

Renungan Harian Misioner
P. S. Silverius
Kamis, 20 Juni 2024

Sir 48:1-14; Mzm 97:1-2.3-4.5-6.7; Mat 6:7-15

Bacaan Injil hari ini merupakan bagian dari Khotbah di bukit. Khotbah di bukit melukiskan sebuah gambaran menyeluruh tentang cara yang benar untuk hidup. Khotbah di bukit bermaksud memperlihatkan kepada kita bagaimana menjadi manusia. Manusia dapat dimengerti hanya dalam terang Allah, dan bahwa kehidupannya menjadi benar hanya taktila ia hidup dalam relasi dengan Allah. Inilah alasan Khotbah di bukit menyertakan pula sebuah ajaran tentang doa. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengajarkan kita bagaimana berdoa. Ucapan ‘Bapa Kami’ begitu familiar bagi kita sehingga, meskipun kita mengucapkan kata-kata tersebut setiap hari, seringkali sulit untuk benar-benar menyadari kata-kata yang kita ucapkan dan benar-benar fokus pada maknanya. Sungguh, doa yang sangat Istimewa dan sempurna karena doa ini datang kepada kita langsung dari Yesus sendiri, dari dialog Sang Anak dengan Bapa.  Yesus berkata bahwa doa bukanlah tentang memberitahu Tuhan tentang sesuatu yang tidak diketahui oleh Tuhan. Tidak perlu banyak bicara karena Bapamu tahu apa yang kamu butuhkan sebelum kamu memintanya (Mat. 6:8). 

Dalam hal berdoa, tidak diperlukan banyak kata seperti doa orang kafir atau orang yang tidak mengenal Allah (Mat. 6:7). Orang-orang kafir menggunakan banyak kata dalam doa dengan harapan dapat memaksa para dewa untuk mengabulkan permintaan mereka. Yesus menunjukkan kontras antara doa orang kafir yang bertele-tele dan kesederhanaan doa yang Ia ajarkan kepada murid-murid-Nya. Para murid harus mempercayakan diri mereka kepada Tuhan ketika mereka berdoa. Yesus menegaskan agar para pengikut-Nya berkonsentrasi pada kualitas daripada kuantitas dalam doa. Kualitas utama orang Kristen adalah kepercayaan pada pemeliharaan Allah Bapa yang penuh kasih. Kualitas itulah yang terutama diungkapkan dalam doa singkat yang Yesus berikan kepada para pengikut-Nya, yaitu doa yang kita sebut Doa Bapa Kami. Jadi, Doa Bapa Kami bukan sekedar doa, tetapi juga pelajaran bagaimana berdoa. 

Doa Bapa Kami sebagaimana yang diwariskan Penginjil Matius kepada kita (Mat. 6:7-15) terdiri dari sebuah sapaan awal dan tujuh permohonan. Tiga dari tujuh permohonan adalah “permohonan-Mu”, sedangkan empat lainnya adalah “permohonan-kami”. Ketiga permohonan yang pertama berkenaan dengan perkara Allah sendiri dalam dunia ini, sedangkan empat permohonan selanjutnya berpautan dengan harapan-harapan kita, kebutuhan-kebutuhan kita, dan perjuangan kita. Bagian pertama dari doa ini berfokus pada Tuhan: “dimuliakanlah nama Tuhan, datanglah kerajaan Tuhan, dan jadilah kehendak Tuhan” (Mat. 6:9-10). Bagian kedua berisi empat permohonan yang mengungkapkan kebutuhan dasar manusia: kita membutuhkan roti untuk menjaga kita tetap hidup secara jasmani dan pengampunan untuk menjaga kita tetap hidup secara rohani. Dua permohonan terakhir sebenarnya merupakan satu permohonan dalam dua bentuk, ‘janganlah membawa kami ke dalam pencobaan tetapi bebaskan kami dari kejahatan’. Kita memohon kepada Tuhan untuk mencegah kita terjatuh ketika godaan datang, agar kita tetap setia kepada-Nya ketika kita diserang oleh kejahatan. 

Tuhan Yesus telah mengajari kita cara berdoa. Melaui doa-doa yang berasal dari-Nya, Yesus menyanggupkan kita untuk datang mendekat kepada-Nya. Yesus melibatkan kita dalam doa-Nya dan membimbing kita ke dalam dialog batiniah dengan kasih Allah Tritunggal. Doa ini mengajarkan kita bagaimana meminta kepada Tuhan hal-hal yang benar-benar kita perlukan dan hal-hal yang penting bukan hanya untuk saat ini tetapi juga untuk kekekalan. Dalam berdoa kita mengakui siapa Tuhan dan siapa kita di hadapan Tuhan. Dengan berdoa, kita bertumbuh dalam hubungan kita dengan Tuhan. Inilah doa yang sesungguhnya, yakni berada dalam persekutuan keheningan batin dengan Tuhan. Kita berdoa agar kehendak Tuhan terjadi dan supaya kita berkomitmen untuk melakukan kehendak Tuhan sendiri. Hanya setelah fokus pada tujuan Tuhan, barulah kita didorong untuk fokus pada diri kita sendiri, yaitu makanan kita sehari-hari, dosa-dosa kita, pembebasan kita dari kejahatan. Marilah kita senantiasa mengucapkan Doa Bapa Kami, yang adalah doa Yesus sendiri dan sekaligus doa trinitaris: Kita berdoa bersama Yesus Kristus melalui Roh Kudus kepada Bapa. Hidup dalam relasi dengan Tuhan membuat kita mengerti cara yang benar untuk hidup dan kehidupan kita pun menjadi benar. 

(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen Universitas Katolik Weetebula, NTT)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalPara migran yang meninggalkan negeri mereka – Semoga para migran yang meninggalkan negeri mereka karena perang atau kelaparan, terpaksa melakukan perjalanan penuh bahaya dan kekerasan, menemukan sambutan dan peluang baru di negara-negara yang menerima mereka. 

Ujud Gereja IndonesiaOrang muda – Semoga Gereja semakin terbuka dan mampu merangkul kaum muda di tengah proses pembentukan identitas, sehingga mereka dapat mengalami Kristus sebagai Sahabat dan Juru Selamat.

Amin

Tinggalkan komentar