Terbebaskan dari Beban Hidup oleh Rahmat Allah

Renungan Harian Misioner
Sabtu, 22 Juni 2024
P. S. Paulinus Nola, S. Yohanes Fisher & S. Thomas More

2Taw 24:17-25; Mzm 89:4-5.29-30.31-32.33-34; Mat 6:24-34

Kehidupan banyak orang sering ditandai oleh kerinduan dan kehausan tak terpuaskan akan realisasi diri dan kesuksesan hidup. Banyak hal ingin dicapai dalam hidup, tetapi yang digapai adalah “stres, putus asa dan kehilangan makna hidup”. Hidup lalu terasa begitu berat. Sebagai contoh, Kementerian Kesehatan baru saja mengungkapkan hasil skrining gejala depresi pada mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis atau PPDS. Data berdasarkan Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) menunjukkan sekitar 22,4 persen mahasiswa PPDS terdeteksi mengalami gejala depresi dan sekitar 3,3 persen memiliki ide bunuh diri /melukai diri sendiri (Kompas, 16/4/2024).

Penelitian yang dilakukan terhadap kehidupan para imam di Prancis, Italia Utara (Padua) dan di Brasil memperlihatkan pula hasil yang mengejutkan. Penelitian itu menemukan adanya tingkat stres dan kesepian yang meningkat di kalangan para imam. Ada tanda-tanda kelelahan dan perasaan tidak berdaya. Penelitian di Prancis terhadap para imam diosesan sebanyak 6,400 orang di bawah usia 75 tahun yang bekerja di 105 keuskupan, 76 persennya mengalami keadaan lelah dan di dalamnya 7 persen mengalami kelelahan tingkat tinggi (Zenith, 5 Juli 2023).

Data-data di atas tidak dimaksudkan untuk memojokkan siapa pun, karena stres, depresi atau kecenderungan bunuh diri kita temukan di sekitar kita di berbagai kalangan. Tetapi contoh-contoh di atas menjadi signal penting untuk bertanya tentang apa yang seharusnya kita cari dalam hidup kita. Apa yang masih kurang dari para intelektual seperti para calon dokter spesialis dan dari kaum religius yang hidupnya setiap hari penuh ritus keagamaan?

Dalam Injil hari ini Yesus membimbing kita untuk menjalani kehidupan setapak demi setapak. Sasaran kehidupan bukan ketenaran, kesuksesan, kekayaan. Sasaran hidup kita bahkan bukan soal memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti makan, minum, pakaian dan keamanan finansial di masa depan. 

Yesus mengingatkan bahwa hakekat hidup kita adalah sebagai anak-anak Bapa di surga. Bapa mengetahui apa yang kita butuhkan sehari-hari. Kita lebih penting dari burung-burung di udara dan bunga di ladang yang diberi makan dan didandani kendati tidak menanam, membuat lumbung atau pandai memintal. Kekhawatiran kita tidak mampu “menambah sehasta saja pada jalan hidup” kita.

Sebagai anak-anak Bapa kita diarahkan untuk mengandalkan Dia. Kekhawatiran kita diganti dengan mengandalkan Allah yang dalam rahmat-Nya membebaskan kita dari kecemasan, depresi, putus asa dan berbagai beban hidup. Kebebasan itu digunakan dengan mengikuti perintah Yesus, “carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, dan semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

Tidak hanya dalam Injil hari ini kita diingatkan akan prioritas yang diberikan kepada Allah. Hidup Yesus menjadi contoh bagi kita. Ketika mengalami pencobaan di padang gurun setan meminta Yesus mengubah batu menjadi roti, tetapi godaan maut ditepis Yesus dengan mengandalkan firman Tuhan. “Ada tertulis: manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Begitu juga godaan kedua dijawab, “Ada pula tertulis, jangan engkau mencobai Tuhan Allahmu,” dan dalam godaan ketiga pun dengan tegas Yesus mengatakan, “Enyahlah iblis! Sebab ada tertulis: engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah Engkau beribadah!”. Ketika membiarkan hidup kita  dipeluk oleh Allah, kita memperolah kekebasan dari segala kekhawatiran dan beban hidup. Bukan kita tetapi Allah yang menggenggam hidup kita. 

(Mgr. Paulinus Yan Olla MSF – Uskup Keuskupan Tanjung Selor)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalPara migran yang meninggalkan negeri mereka – Semoga para migran yang meninggalkan negeri mereka karena perang atau kelaparan, terpaksa melakukan perjalanan penuh bahaya dan kekerasan, menemukan sambutan dan peluang baru di negara-negara yang menerima mereka. 

Ujud Gereja IndonesiaOrang muda – Semoga Gereja semakin terbuka dan mampu merangkul kaum muda di tengah proses pembentukan identitas, sehingga mereka dapat mengalami Kristus sebagai Sahabat dan Juru Selamat.

Amin

Tinggalkan komentar