Memilih Jalan yang Menuju Kehidupan

Renungan Harian Misioner
Selasa, 25 Juni 2024
P. S. Gulielmus

2Raj 19:9b-11.14-21.31-35a.36; Mzm 48:2-3a.3b-4.10-11; Mat 7:6.12-14

Bacaan Injil hari ini merupakan bagian dari Khotbah di Bukit, yang secara keseluruhan melukiskan cara yang benar untuk hidup. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus merangkum ajaran seluruh Hukum Perjanjian Lama dan Kitab Para Nabi menjadi sebuah ungkapan yang sangat singkat: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat. 7:12). Tuhan Yesus memberikan pedoman atau patokan cara yang benar untuk hidup, secara khusus dalam membangun relasi dengan orang lain. Pedoman atau patokan ini secara luas dikenal sebagai “Hukum Emas”. Tuhan Yesus mengetahui hati manusia dan keegoisannya. Tuhan Yesus bahkan menggambarkan manusia sebagai “yang jahat” (Mat. 7:11). Manusia pada umumnya menuntut rasa hormat, kasih, dan penghargaan, terlepas dari apakah ia pantas untuk menerimanya atau tidak. Yesus memahami keinginan ini dan menggunakannya untuk mengajari soal cara yang benar untuk hidup dan kesalehan. Hukum Emas menjadi patokan bagi manusia yang pada dasarnya egois untuk menguji sendiri tindakannya: jika saya ingin dihormati atau dihargai maka saya juga harus tahu menghormati atau menghargai orang lain. Jika saya ingin mengalami keadilan dari sesama maka saya sendiri juga harus bersikap adil terhadap sesama.

Tuhan Yesus mengajak kita untuk membayangkan bagaimana kita ingin orang lain memperlakukan kita, dan bertanya pada diri kita sendiri, ‘apa yang sebenarnya saya inginkan dari orang lain?’ Kebanyakan dari kita akan menjawab pertanyaan semacam itu dengan jawaban yang sama. Kita menginginkan rasa hormat, toleransi, kesetiaan, pengertian, kasih sayang, dan keadilan dari orang lain. Setelah terlibat dalam ‘latihan’ membayangkan bagaimana kita ingin orang lain memperlakukan kita, Tuhan Yesus kemudian menyatakan bahwa kita harus bertindak terhadap orang lain dengan cara yang mencerminkan kualitas yang sama. Pernyataan Tuhan Yesus berikutnya, ‘masuk melalui pintu sempit’, menyiratkan bahwa mengikuti aturan memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin mereka memperlakukan kita tidak selalu mudah. Yesus menggunakan ilustrasi tentang pintu sempit yang membuka jalan menuju kehidupan yang aman dan bahagia (Mat. 7:13-14) untuk memperkuat ajaran-Nya tentang memilih satu-satunya jalan yang benar yang mengarah pada perdamaian dengan Tuhan. Pintu yang sempit membutuhkan usaha yang luar biasa untuk melewatinya. Pintu sempit yang Tuhan Yesus bicarakan kemudian mengarah pada apa yang disebutnya sebagai jalan yang sulit. Mengapa sulit? Ajaran Tuhan Yesus menuntut kita untuk ‘mati’ setiap hari terhadap diri sendiri, dan mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan kita sendiri. Singkatnya, jalan hidup yang Tuhan Yesus tawarkan adalah jalan yang sulit dan penuh tantangan. 

Meskipun demikian, jalan Tuhan, dengan segala isinya, adalah jalan yang perlu dipilih. Meski pintunya sempit dan jalannya mungkin sulit, Tuhan Yesus meyakinkan kita bahwa jalan-Nya adalah jalan yang menuntun kita menuju kepada kehidupan. Jalan inilah yang memberi kehidupan bagi kita dalam perjalanan hidup kita di dunia, dan jalan yang sama pula yang akan menuntun kita menuju kehidupan kekal, yakni mengambil bagian dalam kehidupan kebangkitan Tuhan sendiri. Tuhan Yesus menyatakan bahwa menghayati ajaran-Nya dan berusaha hidup sesuai dengan nilai-nilai-Nya, sama dengan mengambil jalan yang lebih sulit dibandingkan dengan jalan yang lebar dan lapang. Oleh karena itu, Yesus mengakui bahwa jalan yang diberikan-Nya kepada kita dalam pengajaran-Nya dan dalam kehidupan-Nya sendiri bukanlah jalan yang akan diambil oleh kebanyakan orang. Yesus mengajarkan bahwa mengikut Dia melibatkan kewajiban berat mengenai kebenaran, menerima penganiayaan, mengasihi musuh dan penyangkalan diri. Jalan-Nya adalah salah satu jalan yang secara naluriah akan dihindari oleh banyak orang karena tampaknya terlalu sulit dan penuh tantangan. Marilah kita senantiasa berdoa supaya Tuhan Yesus menuntun kita agar kita tetap setia berjalan pada jalan-Nya, yakni jalan menuju kehidupan serta memampukan kita untuk menghindari jalan-jalan lain yang lebih mudah dan menyenangkan, yakni jalan yang dapat mengarahkan kita menuju kebinasaan. 

(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen Universitas Katolik Weetebula, NTT)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalPara migran yang meninggalkan negeri mereka – Semoga para migran yang meninggalkan negeri mereka karena perang atau kelaparan, terpaksa melakukan perjalanan penuh bahaya dan kekerasan, menemukan sambutan dan peluang baru di negara-negara yang menerima mereka. 

Ujud Gereja IndonesiaOrang muda – Semoga Gereja semakin terbuka dan mampu merangkul kaum muda di tengah proses pembentukan identitas, sehingga mereka dapat mengalami Kristus sebagai Sahabat dan Juru Selamat.

Amin

Tinggalkan komentar