Siapa yang Diberi Akan Dituntut Darinya

Renungan Harian Misioner
Jumat, 22 Januari 2021
P. S. Vincentius

Ibr. 8:6-13; Mzm. 85:8,10.11-12,13-14; Mrk. 3:13-19

Saudara dan saudariku yang dikasihi Tuhan, setiap dari kita pada umumnya memiliki pengalaman menjadi murid. Di sekolah formal yang kita ikuti sejak kecil, pengalaman itu sungguh terasa di mana kita memiliki pengalaman menjadi murid yang selalu mendengarkan apa yang dikatakan dan diperintahkan oleh guru. Sesungguhnya sebagai orang Kristiani, kita juga punya pengalaman menjadi murid Kristus sejak kita menerima anungerah pembaptisan. Sejak kita dibaptis, oleh Roh Kudus kita diangkat sebagai anak-anak Allah sekaligus menjadi murid Kristus di dunia.

Pengalaman yang pernah dilakukan oleh Yesus 2000 tahun yang lalu ketika Ia naik ke atas bukit dan mulai memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memilih dua belas orang menjadi murid-Nya adalah panggilan yang sama untuk kita saat ini, ketika kita dibaptis. Meskipun tidak secara langsung namun sesungguhnya panggilan-Nya sama untuk kita semua yaitu, “mewartakan Injil Kabar Sukacita” lewat pewartaan, cara hidup sehari-hari dan memberi kesaksian. Hanya saja sebagian dari kita tidak menyadari hal tersebut dan menganggap panggilan itu khusus saja untuk kaum berjubah.

Sejak kita menerima pembaptisan, di mana kita diperbaharui dalam Kristus dan menerima Roh Kudus, kita semua dipanggil melaksanakan tiga tugas Kristus di dunia ini untuk menjadi Nabi, Imam dan Raja. Panggilan ini berlaku untuk semua orang bukan saja untuk kaum berjubah. Sebagai umat Allah, kita menjalankan panggilan kenabian itu dengan cara menghidupi dan mewartakan kebenaran Allah yang telah diwartakan oleh Kristus sendiri. Kita juga dipanggil untuk melaksanakan tugas Imam yaitu ikut serta berpartisipasi dalam kehidupan sakramen dan liturgi serta berlaku kudus dalam hidup. Sebagai Raja, umat Allah dituntut pula untuk ikut dalam karya pelayanan (diakonia) Gereja, tugas pastoral dan persaudaraan.

Panggilan hidup kita adalah atas inisiatif Allah sendiri sebagaimana prakarsa Yesus sendiri dalam memilih murid-murid-Nya. Sesungguhnya Allah memanggil kita semua tanpa membeda-bedakan. Ia memanggil dengan cara-Nya dan mengutus kita sesuai dengan karunia-karunia yang diberikan-Nya. Ia tidak memandang status, jabatan maupun kekayaan. Lihat saja siapa yang Yesus pilih menjadi rasul-rasul-Nya. Pada umumnya adalah nelayan, ada pemungut cukai dan orang-orang biasa yang tidak terkenal.

Namu kerap muncul persoalan yang kita hadapi bersama dalam pelayanan pastoral kita di lingkup Gereja. Ada orang-orang yang merasa terpilih karena kemampuannya hingga merasa sangat dibutuhkan dan secara tidak langsung ‘menuntut’ untuk dihormati dan diberi peran lebih. Seperti misalnya anggota koor/paduan suara gereja yang suaranya bagus dibandingkan yang lainnya, biasanya paling jarang ikut latihan karena berpikir: “nanti pada gladi bersih saja ikut, toh lagunya gampang dan saya sudah senior“. Atau jika tidak ikut koor dan hasilnya jelek mereka dengan mudah berkata, “tentu koornya demikian karena saya tidak ada”. Ada juga yang sering kali berkata, “kalau bukan saya yang mengerjakannya, pasti hasilnya amburadul”. Atau yang lain lagi pernah juga berkata demikian, “semuanya ini tidak akan terjadi dan terlaksana bila bukan karena saya. Kalian semua harusnya tahu itu dan bersyukur. Bukan malah sebaliknya, membuat saya merasa tidak dianggap ada”. Tentu semua ini bukan karangan imajinasi saya. Semuanya adalah pengalaman yang saya dapatkan dalam hidup dan karya pastoral saya selama ini. Mungkin saya atau Anda pernah tergoda juga untuk melakukan hal yang sama.

Ingatlah saudara dan saudariku. Allah yang berinisiatif memanggil dan memilih kita bukan karena kemampuan kita tetapi karena Ia mau dan dari kita dituntut untuk menanggapi panggilan itu dengan gembira hati dan bukan tinggi hati. Siapakah kita ini di hadapan-Nya sehingga kita bisa menganggap seluruh kemampuan kita adalah hasil upaya kita sendiri? Justru karena kita diberi banyak karunia oleh-Nya maka tanggung jawab yang diberikan kepada kita juga banyak. Panggilan-Nya sungguh nyata kepada setiap pribadi. Dengarkanlah suara dan kehendak-Nya pada diri kita masing-masing agar kita mampu melaksanakan tugas perutusan yang mulia ini.

(RD. Hendrik Palimbo – Dosen STIKPAR Toraja, Keuskupan Agung Makassar)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Evangelisasi:

Persaudaraan antarsesama manusia: Semoga Tuhan menganugerahi kita rasa persaudaraan yang kuat agar kita bisa hidup berdampingan bersama saudara-saudara kita yang berlainan agama dengan saling terbuka dan mendoakan. Kami mohon…

Ujud Gereja Indonesia:

Solidaritas masyarakat: Semoga, kita sebagai bangsa, dapat melanjutkan dan makin mengembangkan solidaritas, terlebih bagi mereka yang miskin dan menderita oleh karena wabah Covid-19. Kami mohon…

Ujud Khusus Tahun Santo Yoseph:

Perkenankanlah kami mempercayakan seluruh tahun ini dalam cinta-Mu, sebagaimana nampak dalam persembahan diri Santo Yoseph, yang menyertai Bunda Maria dalam memelihara Sang Putera, dalam pelbagai duka derita maupun sukacita di Nasaret. Kami mohon…

Amin

Tinggalkan komentar