Puasa: Di Antara Mempelai & Sahabat Mempelai

Renungan Harian Misioner
Jumat, 19 Februari 2021
P. S. Marselus

Yes. 58:1-9a; Mzm. 51:3-4,5-6a,18-19; Mat. 9:14-15

Para sahabat misioner yang terkasih: Shalom!
Kita telah memasuki Masa Puasa hari ketiga, dan Firman Tuhan mengajak kita untuk merenungkan tentang tindakan puasa yang kita lakukan. Firman Tuhan menempatkan “tindakan puasa” itu dalam relasi antara Sang Mempelai dan Para Sahabat Mempelai. Melalui wejangan tentang kewajiban untuk berpuasa dalam terang relasi antara Sang Mempelai dan Para Sahabat-Nya inilah, Yesus menitipkan pesan-Nya bagi kita, di dalam melaksanakan “Aksi Puasa” kita dalam Masa Retret Agung selama 40 hari ini. Apa saja pesan-pesan Yesus tersebut?

1. Sang Mempelai sebagai Fokus Utama
Tentang Fokus Utama tindakan atau Aksi Puasa ini, ditegaskan Tuhan kita Yesus Kristus ketika memjawab pertanyaan para murid Yohanes. Inilah yang ditegaskan Yesus, “Dapatkah sahabat-sahabat Mempelai Laki-laki berdukacita, selama Mempelai itu ada bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya Mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa” (Mat. 9:15). Dengan demikian, tindakan atau Aksi Puasa Para Murid Yesus terkait erat dengan Sang Mempelai itu, yang tidak lain adalah Yesus Kristus, Tuhan sendiri.

Selain menegaskan tentang kaitan erat antara para sahabat-Nya dengan diri-Nya sendiri sebagai “fokus” untuk Aksi Puasa para pengikut-Nya, ada hal lain yang ditegaskan juga mengenai “waktu” atau “saat yang tepat untuk berpuasa.” Mengacu kepada penginjil Matius, tindakan atau Aksi Puasa bagi para murid Yesus itu dilakukan pada saat “Mempelai itu diambil dari mereka.”

Dalam kutipan ini, tindakan atau Aksi Puasa terkait dengan adanya sesuatu yang hilang dari kehidupan para sahabat Mempelai itu, yakni saat di mana “Yesus diambil dari mereka.” Apa pesan di balik ungkapan tentang “saat atau waktu puasa untuk para murid ini?” Kalau kita menempatkan ungkapan tentang saat berpuasa ini dalam terang Injil Lukas 2:41-52, maka kita akan mengerti, bahwa saat itu adalah saat di mana Maria dan Yusuf menyadari bahwa Yesus tidak ada lagi bersama mereka. “Yesus hilang dari tengah rombongan orang sekampung-Nya” yang kembali dari Yerusalem untuk mencari Dia (Luk. 2:44-45).

Saat atau waktu untuk berpuasa (Mat. 9:15b) dalam terang Injil Lukas 2:41-45 ini terkait dengan saat “hilangnya atau diambilnya Sang Mempelai dari para sahabat-Nya” atau “tidak didapatinya Yesus dari sesama rombongan orang sekampung-Nya.” Jadi, “ada kesadaran bahwa manusia kehilangan Yesus,” dan kesadaran tentang kehilangan itu, langsung diterjemahkan ke dalam “tindakan untuk mencari dan menemukan Yesus, dan membawa-Nya kembali kepada para sahabat-Nya atau kepada orang-orang sekampung-Nya.”

Kedua orang-tua Yesus, kembali ke Yerusalem, dengan “fokus utama” yakni “menemukan dan membawa kembali Yesus ke tengah-tengah mereka. Inilah fokus dari aksi atau tindakan puasa para murid Yesus, yang kita lihat muncul dalam diri kedua orang-tuanya: mereka sadar bahwa mereka telah kehilangan Yesus, dan mereka mencari-Nya untuk menemukan Dia dan membawa-Nya kembali ke tengah-tengah mereka.

“Kasus Kehilangan Yesus” ini dapat terjadi, ketika saudara dan saya lepas dari fokus utama tindakan dan aksi puasa tersebut dan sibuk dengan berbagai urusan yang lain, yang bisa saja hal yang baik, tetatapi lebih-lebih hal-hal yang jahat atau dosa, yang tidak berkenan di hati Tuhan. Dosa menarik kita menjauh dari hadirat Allah dan rancangan keselamatan-Nya. Dan untuk dapat lepas dari genggaman dosa itu, tidak ada jalan lain selain “kembali kepada Allah melalui Yesus Kristus Putera-Nya.” Kesadaran tentang dosa dan ketidaklayakan manusia pendosa untuk berada di hadirat Tuhan itulah juga yang pemazmur pada hari ini (Mazmur 51:3-4. 5-6a. 18-20).

2. Kritik terhadap tindakan atau Aksi Puasa Orang Yahudi
Kritik terhadap tindakan atau aksi puasa orang-orang Yahudi ini disampaikan kepada kita melalui warta Nabi Yesaya dalam bacaan pertama (Yesaya 58:1-9a). Isi dari kritik Nabi Yesaya itu, yang sesungguhnya merupakan kritik dari Tuhan Allah sendiri, yakni bahwa puasa yang dilaksanakan oleh orang-orang Yahudi itu sama sekali tidak berfokus pada Allah. Inilah yang dikatakan oleh Tuhan sendiri melalui Nabi Yesaya, “Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu. Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi” (Yesaya 58:3c-4).

Demikian, tindakan atau aksi puasa Umat Allah atau orang-orang Yahudi di Zaman Nabi Yesaya dikritik karena tidak fokus pada upaya untuk membaharui relasi dengan Allah, dan bahkan melakukan hal-hal yang mencederai relasi dengan sesama manusia. Tema APP Nasional dari KWI pada tahun 2021 ini, juga ikut mengingatkan kita akan fokus tersebut. Rumusan tema APP Nasional kita adalah “Semakin Beriman Semakin Solider.” Melalui tema ini, kita diingatkan bahwa solidaritas yang kita lakukan, tidak dapat tidak harus mengalir dari akarnya yaitu iman akan Tuhan, Allah kita. Ketika iman itu tidak dihayati dengan baik, maka perwujudan atau aplikasinya dalam relasi dengan sesama tidak terjamin, sebagaimana yang dialami oleh Umat Allah di Zaman nabi Yesaya tersebut.

3. Sebuah pertanyaan refleksi untuk kita semua
Saat untuk berpuasa, yang ditegaskan Yesus sebagai jawaban kepada para murid Yohanes ialah bahwa para sahabat Mempelai itu akan berpuasa ketika Sang Mempelai itu diambil dari mereka. Tuhan kita Yesus Kristus adalah “Sang Mempelai Jiwa kita.” Mari kita temukan adakah saat-saat di dalam kehidupan kita, di mana Sang Mempelai Jiwa kita ini “diambil dari kita?” Atau saat di mana “Dia tidak menemukan tempat yang layak di dalam hati dan hidup kita, karena semua sudah terisi oleh berbagai kesibukan lain, bahkan juga oleh berbagai dosa melawan Allah dan sesama.” Pesan Firman Tuhan untuk saudara dan saya, ketika kita terbelenggu dalam “situasi kehilangan Sang Mempelai Jiwa kita ini,” maka inilah saatnya untuk kita berpuasa. “Selamat menunaikan ibadah puasa!” [Teriring salam dan doa dari RMG]

(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkalpinang)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Evangelisasi:

Perempuan korban kekerasan: Kita berdoa bagi kaum perempuan korban kekerasan, agar mendapat perlindungan dan penderitaan mereka benar-benar dirasakan dan diperhatikan oleh masyarakat. Kami mohon…

Ujud Gereja Indonesia:

Kasih sayang keluarga: Semoga keluarga-keluarga Katolik makin berani belajar menghayati spiritualitas tinggal di rumah yang menuntut anggota-anggota keluarga untuk saling memahami kelemahan dan saling menguatkan dalam menghadapi setiap masalah. Kami mohon…

Ujud Khusus Tahun Santo Yoseph:

Sudilah meneguhkan hati kami dalam berbakti pada sesama, seperti Santo Yoseph, sepanjang Kau perkenankan ikut membesarkan Sang Putera, dalam Keluarga Kudus Nasaret. Kami mohon…

Amin

Tinggalkan komentar