Mengelola Diri dan Hidup Kita Sebagai Bait atau Tempat Diam ALLAH

Renungan Harian Misioner
Sabtu Pekan Biasa VIII, 03 Juni 2023
P. S. Karolus Lwanga, dkk

Sir. 51:12-20; Mzm. 19:8,9,10,11; Mrk. 11:27-33 atau dr RUybs

Para Pembaca Ren-Har KKI yang terkasih, Shalom! Selamat datang ke dalam Bulan Juni tahun 2023 hari ketiga. Pada hari ini, sepekan setelah HR Pentakosta, dan enam hari setelah kita merayakan Hari Raya Santa Maria Bunda Gereja, Tuhan kita Yesus Kristus melalui Injil-Nya, sudah dua kali berturut-turut mengajar para murid-Nya tentang bagaimana seharusnya mengelola Bait atau tempat diam-Nya. Pada Jumat, 02 Juni kita membaca Injil Markus 11: 11-26 dan hari ini lanjutannya dalam Markus 11: 27-33.

Bait Allah, Kenisah Roh Kudus, Tempat Diam Allah, Rumah Allah

Tentang Bait atau Tempat Kediaman Allah di dalam Alkitab, bisa merujuk kepada kenisah, sinagoga, bisa juga pribadi Yesus Kristus sendiri (Yoh. 2:19-21), dan dalam Surat-surat Santo Paulus, Bait Allah itu adalah kita semua para murid Yesus (1Kor. 3:16-17; 6:19; 2Kor. 6:16; Efesus 2:21).

Status Kepemilikan Bait Allah

Dari berbagai nama yang disematkan kepada bait Allah ini, satu hal yang menjadi jelas tentang kepemilikannya, ialah bahwa Bait Allah ini, baik yang berwujud bangunan seperti misalnya kenisah, sinagoga, atau Gereja (untuk kita zaman sekarang ini!), maupun wujud yang mempribadi dalam diri orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, semuanya adalah milik Allah. Bait Allah ini dibangun dengan tujuan untuk memuliakan Allah, menjadi tempat perjumpaan manusia dengan Allah (melalui doa dan ibadah!), sekaligus menjadi kesaksian iman Umat Israel kepada bangsa-bangsa (Markus 11:17).

Di sisi relasi antara manusia dengan Allah, Bait Allah baik yang arsitektural atau berwujud bangunan, maupun yang personal atau yang mempribadi dalam diri semua pengikut Kristus, kita mencatat bahwa Tuhan Allah adalah pemilik mutlak atasnya sementara manusia adalah penggunanya!

Dinajiskan oleh manusia tetapi disucikan kembali oleh Allah!

Merujuk kepada Bacaan kita hari kemarin, kita menemukan hal ini, yaitu bahwa dalam kenyataan hidup, Bait Allah – baik yang berwujud arsitektural maupun yang berwujud personal,- berulangkali mengalami de-sakralisasi oleh para penggunanya. Dan sebagai pemilik atas Bait Allah itu, Tuhan Allah sendiri turun-tangan untuk memurnikannya kembali (Markus 11:11-26).  Tentang  Kediaman Allah ini, dalam teks Injil Markus 11:15-19 di mana tujuan dan fungsi Bait Allah dibelokkan dari tempat doa menjadi tempat berjualan, sehingga Yesus harus memurnikannya kembali atau mengkonsekrasikannya kembali (Markus 11: 17). 

Re-konsekrasi atau penyucian kembali Bait Allah oleh Sang Pemilik-Nya, juga mengandaikan adanya kerjasama dari pihak penggunanya, yakni manusia, yaitu kita semua yang oleh Sakramen Baptis telah menjadi bagian dari Gereja, yang adalah Tubuh Kristus itu sendiri (Bdk. KHK Kanon 204. Juga KGK artikel 775-776). Kerjasama itu tidak selalu dapat terjadi dari pihak manusia, sebagaimana pohon ara yang hanya berdaun lebat tetapi sama sekali tidak berbuah, dan pada akhirnya mati (Markus 11:20-21).

Kuasa Untuk Menyucikan Bait Allah!

Bacaan Injil kita pada hari ini (Markus 11: 27-33) menghadirkan para imam kepala, para ahli Taurat dan kaum tua-tua bangsa Yahudi yang mempersoalkan kewenangan Yesus dalam tindakan penyucian Bait Allah yang dilakukan-Nya (Markus 11:27-28). Sesungguhnya orang-orang inilah yang bertanggungjawab untuk menjaga kesucian Bait Allah, namun justru di tangan merekalah Bait Allah ini beralih-fungsi dari tempat doa menjadi pasar (Markus 11:17). Ahli tafsir Alkitab, William Barklay, menunjukkan bahwa bangunan Bait Allah itu terbagi ke dalam 4 bagian: ada Ruang Mahakudus, yang hanya Imam Besar yang boleh memasukinya. Selanjutnya ada Ruang khusus buat Para Imam. Kemudian ada Pelataran untuk para Wanita, Pelataran untuk orang Israel, tempat Upacara Keagamaan dilaksanakan. Ada lagi Pelataran untuk bangsa-bangsa lain, yang terbuka untuk semua orang. Penukaran uang berikut jual-beli binatang korban untuk upacara-upacara keagamaan di dalam Bait Allah itu terjadi di pelataran ini. Dan di sinilah tindakan penyucian Yesus itu dilakukan! Para ahli Taurat, orang-orang Farisi dan kaum tua-tua tadi mempersoalkan tindakan Yesus, karena mereka mempunyai bisnis di pelataran ini! Maka Yesus memarahi mereka sebagai orang-orang yang mencemarkan Bait Allah dari tempat ibadah menjadi tempat berjualan (Markus 11: 17).

Para Martir: Menjaga kesucikan Bait Allah yang personal!

Sebagaimana ketika Yesus menyucikan Bait Allah yang berwujud arsitektural itu ditentang oleh para imam, orang Farisi dan tua-tua bangsa Yahudi yang punya kepentingan dagang di Pelataran Bangsa-bangsa di halaman Bait Allah itu, bagaimana dengan penyucian untuk Bait Allah yang berwujud personal, yang ada di dalam diri setiap kita, yang telah percaya dan dibaptis dalam Nama-Nya?

Harapan Yesus melalui tindakan penyucian itu, ialah supaya kita yang melalui Sakramen Baptis telah menjadi Bait atau Tempat Diam-Nya Yesus, sebagaimana para martir Uganda Santo Karolus Lwanga dan 22 orang kawannya yang Katolik serta sejumlah orang Anglikan telah menjaga Bait Suci Allah dalam diri mereka hingga akhir hayat pada 3 Juni 1886 itu, demikian kita terus bertumbuh “supaya hari semakin teguh mengimani Dia” (Markus 11:22-24), dan “supaya doa dan pengampunan menjadi bagian tetap dari hidup kita” (Markus 11:25-26).  Amin. Tuhan Yesus memberkati! (PMG).

(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkalpinang)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Penghapusan praktik penyiksaan – Kita berdoa semoga komunitas internasional berkomitmen dengan cara-cara konkret untuk memastikan penghapusan praktik penyiksaan dan menjamin adanya dukungan bagi para korban dan keluarganya.

Ujud Gereja Indonesia: Hati Yesus – Kita berdoa, semoga kita dianugerahi rahmat untuk menghormati dan mencintai Hati Yesus, dan percaya, bahwa dalam Hati-Nya yang Maha Kudus kita boleh menemukan kekuatan dan penghiburan, lebih-lebih ketika kita dicekam oleh beban hidup dan krisis yang tak tertanggungkan.

Amin

Tinggalkan komentar