Renungan Harian Misioner
Kamis Biasa IX, 08 Juni 2023
P. S. William
Tb. 6:10-11; 7:1,6,8-13; 8:1,5-9; Mzm. 128:1-2,3,4-5; Mrk. 12:28b-34
Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.
Santa Teresa dari Kalkuta pernah mengatakan bahwa jika saya mencintai hingga menyakitkan, maka tidak ada luka, yang ada hanyalah mencintai lebih dalam lagi. Tingkatan mencinta yang dihidupi oleh Bunda Teresa adalah penerapan paling nyata dari ajaran utama Yesus. Bunda Teresa hanya bisa mencintai, tidak ada lain. Apa lagi selain mencintai? Mencintai lebih dalam lagi.
Yesus dalam bacaan Injil hari ini mengatakan bahwa hukum yang terutama adalah MENGASIHI: mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Ketika mengasihi menjadi hukum yang terutama, maka kasih hendaknya menjadi titik tolak semua perbuatan dan tindakan hidup kita. Cara hidup dan perilaku kita harus berakar pada kasih. Mengasihi Allah dan sesama dengan cinta yang besar merupakan tantangan bagi kita yang mudah tergoda untuk lebih mengutamakan diri. Semua hal yang kita lakukan pada akhirnya harus kembali kepada diri sendiri dengan hasil yang lebih besar.
Bagi kita orang Kristiani, Allah adalah kasih dan kita adalah ciptaan yang dirancang dalam gambar dan rupa Allah. Sederhananya: Allah sangat mencintai kita dan sebagai produk kasih, kita diharapkan dapat mengasihi tanpa batas. Saat kita mengasihi tanpa batas, kasih Allah juga akan melimpah dalam hidup kita melalui orang lain yang mengasihi kita dengan tulus. Mengasihi dan dikasihi dengan tulus adalah sebuah anugerah.
Kasih yang tulus tidak dapat dijelaskan dalam kata-kata tetapi bisa tampak dalam hal-hal sederhana. Indikatornya kurang lebih seperti ini: pasangan/teman/keluarga/siapapun memberi bukan untuk menerima, berkorban bukan untuk dikorbankan, mengerti bukan untuk dimengerti, membantu bukan untuk dibantu, dan lain sebagainya. Kasih yang tulus itu karunia yang dengannya saya dan anda lupa bahwa kita sedang mengorbankan diri dan banyak hal dalam mengasihi. Segala bentuk persayaratan yang membebani, kita hempaskan pada sudut lain yang tidak kelihatan.
Apa yang bisa kita buat dengan tema besar mengasihi yang diajarkan Yesus hari ini? Mengasihi dapat dilakukan dalam hal-hal sederhana, misalnya melakukan pekerjaan bersih-bersih rumah dengan tulus, menyiapkan makan untuk keluarga dengan cinta yang besar, memberikan diri dalam pelayanan di Gereja dengan tulus dan total. Kemurnian niat melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar merupakan penerapan mengasihi Allah dan sesama. Kutipan St. Teresa berikut ini mungkin menjadi pengingat kita dalam mengasihi: “Kita diciptakan untuk hal-hal yang lebih besar, bukan hanya untuk menjadi bagian dari dunia, bukan hanya untuk mengejar kesuksesan dan gelar, pekerjaan ini dan pekerjaan itu. Kita diciptakan untuk mencintai dan dicintai.” Mari mengasihi!
(Ignasius Lede – Komisi Karya Misioner KWI)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Penghapusan praktik penyiksaan – Kita berdoa semoga komunitas internasional berkomitmen dengan cara-cara konkret untuk memastikan penghapusan praktik penyiksaan dan menjamin adanya dukungan bagi para korban dan keluarganya.
Ujud Gereja Indonesia: Hati Yesus – Kita berdoa, semoga kita dianugerahi rahmat untuk menghormati dan mencintai Hati Yesus, dan percaya, bahwa dalam Hati-Nya yang Maha Kudus kita boleh menemukan kekuatan dan penghiburan, lebih-lebih ketika kita dicekam oleh beban hidup dan krisis yang tak tertanggungkan.
Amin
