Roti Hidup Dari Surga

Renungan Harian Misioner
Minggu, 11 Juni 2023
HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS

Ul. 8:2-3,14b-16a; Mzm. 147:12-13,14-15,19-20; 1Kor. 10:16-17; Yoh. 6:51-58

Dikisahkan bahwa Musa memimpin umat Israel untuk keluar dari tanah Mesir. Perjalanan yang sulit dan berat. Empat puluh tahun lamanya. Dengan harapan akan kebebasan, mereka harus mengalami penderitaan lagi: kehabisan makanan dan kelaparan. Mereka lalu menjadi tidak sabar, bersungut-sungut dan marah. Memang, di manapun ketika krisis makanan atau kelaparan terjadi, hal itu dapat memancing agresi pada diri manusia.

Umat Israel tentu merasa terkejut harus berada di padang gurun gersang, mengerikan, ganas dan minus air serta makanan. Mereka tidak menyangka setelah lepas dari derita perbudakan harus kemudian menghadapi penderitaan jenis lain. Kuali isi daging dan roti yang berlimpah, kini berganti menjadi burung puyuh pada waktu petang dan manna yang turun dari langit pada waktu pagi, pemberian Tuhan Allah. Itu pun hanya bisa dimakan pada hari itu saja. Diambil seperlunya, tidak bisa disimpan hingga pagi berikutnya (bdk. Kel. 16: 13-21). Apa sebenarnya yang ingin diajarkan Tuhan Allah kepada bangsa itu?

Musa menjelaskan maksud dan tujuan Tuhan Allah: “Dia bermaksud merendahkan hatimu dan menguji engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak” (Ul. 8:2). Kita dapat menemukan kembali kata merendahkan hatimu dan menguji engkau di ayat lainnya (bdk. Ul.8:16). Apa urusannya rasa lapar dan kerendahan hati? Dan mengapa pula Tuhan Allah merasa perlu menguji umat Israel?

Dalam krisis akan air dan makanan (=kehidupan), sanggupkah umat Israel tetap percaya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan mereka? Dalam situasi tanpa daya itu, mereka tak punya pilihan, diberi makanan sesuai kehendak, cara dan aturan Tuhan. Mereka harus melepaskan kehendak mereka dan mengikuti kehendak-Nya. Untuk dapat mengikuti kehendak Tuhan, hati kita harus membungkuk, merendah dan membiarkan Tuhan Allah yang meraja, memegang kendali.

Umat Israel tidak diperkenankan menyimpan makanan. Ini ajaran yang kedua, sebuah ujian. Sesuatu yang sungguh sulit. Dalam ketidakpastian akan hari esok dan masa depan, harus percaya sepenuhnya akan rencana Tuhan. Ujian ini berat, namun dikatakan akan mendatangkan kebaikan pada akhirnya (bdk. Ul.8:16 ). Kita pun sering menghadapi ujian seperti ini, bukan? Di tengah-tengah ketidakpastian hidup, mampukah kita berserah dan yakin pada rencana-Nya, serta tetap mengikuti ketetapan-Nya?

Tuhan Allah bukan hanya menurunkan manna dari langit bagi umat Israel, tetapi bahkan memberi Roti Hidup dari surga, Anak Tunggal-Nya kepada kita, untuk menjadi makanan kita. Kelangsungan hidup manusia memang tergantung pada ketersediaan makanan. Namun bukan hanya makanan jasmani, karena ada kehidupan lain yang harus kita perjuangkan.  “… bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan” (Ul. 8:3).

Yesus berkata, “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seseorang makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang akan kuberikan untuk hidup dunia ialah daging-Ku” (Yoh. 6:51). Dengan memberikan tubuh dan darah-Nya, Yesus memberi kita kehidupan dan juga menerima kita dalam persekutuan dengan-Nya. Sebuah tanda bahwa Yesus terus hadir dan menghidupi umat-Nya. Kita menerima tubuh dan darah Kristus dalam perayaan Ekaristi. Oleh karenanya tujuan dari Ekaristi adalah “persekutuan umat manusia dengan Kristus dan dalam Dia dengan Bapa serta Roh Kudus” (Ecclesia de Eucharistia, no. 22). Dengan berpusat pada Kristus melalui Ekaristi, kita akan bertumbuh dan memperoleh hidup yang kekal. “Inilah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka mati. Siapa saja yang makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya” (Yoh.  6:58).

Kita semua dipanggil untuk bertumbuh dalam kesadaran misioner bersama sebagai umat, Bait Allah dan keluarga Allah yang satu, kudus, Katolik dan apostolik di sekitar perjamuan kurban Tubuh dan Darah Kristus.

(Budi Ingelina – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Penghapusan praktik penyiksaan – Kita berdoa semoga komunitas internasional berkomitmen dengan cara-cara konkret untuk memastikan penghapusan praktik penyiksaan dan menjamin adanya dukungan bagi para korban dan keluarganya.

Ujud Gereja Indonesia: Hati Yesus – Kita berdoa, semoga kita dianugerahi rahmat untuk menghormati dan mencintai Hati Yesus, dan percaya, bahwa dalam Hati-Nya yang Maha Kudus kita boleh menemukan kekuatan dan penghiburan, lebih-lebih ketika kita dicekam oleh beban hidup dan krisis yang tak tertanggungkan.

Amin

Tinggalkan komentar