Renungan Harian Misioner
Rabu Pekan Biasa XI, 21 Juni 2023
P. S. Aloisius Gonzaga
2Kor. 9: 6-11; Mzm. 112:1-2,3-4,9; Mat. 6:1-6,16-18; atau dr RUybs
Aloisius adalah orang muda, yang berasal dari keluarga terhormat di Italia dan juga cerdas serta mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat. Namun, ia dihormati orang Italia dan Gereja, karena pada suatu titik dalam hidupnya, ia disentuh oleh Tuhan Yesus dan memilih masuk biara. Ia menjadi murid St. Ignatius dari Loyola. Imannya membawa Luigi ini masuk novisiat. Ia meneruskan studi sampai ke jenjang ‘studi teologi’. Pada masa studinya, banyak orang menderita sakit, karena wabah. Ia diberi izin oleh pembesarnya untuk mengabdi para penderita. Ia akan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan karenanya.
Refleksi kita: apa yang telah kita lakukan bagi para penderita sakit, sepanjang wabah yang ada di abad 21 ini? Seberapa mendalam bakti kita pada Tuhan nampak dalam cinta pada penderita?
Bacaan pertama 2Korintus 9:6-11, Paulus menerjemahkan pesan Tuhan Yesus, bahwa cinta Tuhan kepada kita mengundang jawab, berupa cinta kepada sesama; siapa pun juga. Cinta Tuhan menaburkan benih cinta, yang perlu kita semaikan dalam pergaulan kita dengan sesama. Sebab, Tuhan ingin, agar benih kasih dalam iman itu perlu tumbuh subur dan berbuah banyak. Bersama Luigi Gonzaga kita diundang untuk menanam cinta kasih dan menghasilkan cinta kasih yang tidak terbilang pertumbuhannya. Bagaimana bentuk pertumbuhan itu, seyogianya kita membuka diri kepada Tuhan, sehingga Dia berkenan memakai diri dan komunitas kita, sesuai dengan Kasih Allah dan selaras dengan kasih Roh Allah juga.
Bacaan Injil Matius 6:1-6.16-18: pelayanan Aloisius Gonzaga bagi para penderita sakit di sekitarnya, tidaklah dimuat dalam iklan dan pemberitaan besar-besaran, melainkan sebagai ungkapan terima kasihnya, karena Tuhan Yesus sudah mengangkatnya sebagai SAHABAT = SOCIUS, yang menyebabkan warna imannya amat cerah. Memang hanya cinta kasih Yesus, Sahabatnya, yang menyebabkan hidup Aloisius menjadi murni sekali, dalam kesungguhannya mengorbankan ‘darah dan dagingnya sendiri’,- sebagaimana Sang Sahabat, yaitu Yesus juga telah mengorbankan Diri habis-habisan. Sebab, hanya itulah yang mendukungnya Wafat di Salib dan lalu dimuliakan dengan Kebangkitan-Nya. Kita semua mendapat panggilan untuk bersama Aloisius Gonzaga menjadi Sahabat Jesus sampai titik darah yang terakhir. Oleh sebab itu marilah berdoa: “Tuhan syukur atas teladan yang Kau berikan kepada kami. Ajarilah kami untuk memberikan diri kami demi cinta itu”.
(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Penghapusan praktik penyiksaan – Kita berdoa semoga komunitas internasional berkomitmen dengan cara-cara konkret untuk memastikan penghapusan praktik penyiksaan dan menjamin adanya dukungan bagi para korban dan keluarganya.
Ujud Gereja Indonesia: Hati Yesus – Kita berdoa, semoga kita dianugerahi rahmat untuk menghormati dan mencintai Hati Yesus, dan percaya, bahwa dalam Hati-Nya yang Maha Kudus kita boleh menemukan kekuatan dan penghiburan, lebih-lebih ketika kita dicekam oleh beban hidup dan krisis yang tak tertanggungkan.
Amin
