Renungan Harian Misioner
Selasa Pekan Biasa XII, 27 Juni 2023
P. S. Sirilus dr Aleksandria
Kej. 13:2,5-18; Mzm. 15:2-3ab,3cd-4ab,5; Mat. 7:6.12-14
Dalan bacaan Injil hari ini, Yesus berbicara mengenai mutiara dan pintu. Apa yang bisa diajarkan oleh mutiara dan pintu sempit tentang kebenaran dan kekudusan Tuhan? Di dunia kuno, mutiara sangat berharga dan bahkan dianggap tak ternilai harganya. Mutiara dipakai sebagai perhiasan berharga untuk membuat seseorang tampak lebih cantik dan megah untuk dilihat. Demikian pula, kekudusan ibarat mutiara yang sangat berharga yang memancarkan keindahan kebenaran, kebaikan, dan kemuliaan Allah. Allah menawarkan kepada kita karunia kekudusan-Nya yang berharga agar kita dapat memancarkan kemegahan kebenaran dan kebaikan-Nya dalam cara kita berpikir, berbicara, bertindak, dan memperlakukan orang lain. Kita dapat menolak atau mengabaikan anugerah besar ini, atau lebih buruk lagi, kita dapat menyeretnya ke dalam lumpur perilaku dosa atau membuangnya sama sekali.
Mengapa Yesus membandingkan kekudusan dan mutiara dengan anjing dan babi (Matius 7:6)? Hukum Yahudi menganggap babi sebagai binatang najis. Anjing liar juga diperlakukan sebagai binatang yang tidak layak untuk kontak dekat dengan manusia karena kotor, tidak terawat, penuh kutu, dan rentan menyerang atau menimbulkan masalah. Apa gunanya menghindari apa yang dianggap najis? Perhatian Yesus di sini bukan pada eksklusivitas atau pengucilan orang lain (mengecualikan orang dari kasih, perhatian, dan kepedulian kita terhadap mereka). Tuhan Yesus memperhatikan dan menjaga kemurnian spiritual dan moral, yakni kemurnian iman dan cara hidup yang telah dipercayakan kepada kita oleh Tuhan yang Maha Kudus, Maha Penyayang, dan Maha Bijaksana. Gereja mula-mula merujuk ungkapan ini dengan Ekaristi atau Meja Tuhan. Dalam liturgi gereja perdana, sebuah pengumuman diberikan sesaat sebelum komuni: Hal-hal yang kudus bagi yang kudus. Didache, sebuah pedoman Gereja abad pertama menyatakan: Jangan biarkan seorang pun makan atau minum dari Ekaristimu, kecuali mereka yang dibaptis dalam nama Tuhan; karena, sehubungan dengan hal ini, Tuhan telah berfirman, ‘Jangan memberikan apa pun yang kudus (suci) kepada anjing-anjing.’ Tuhan Yesus mengundang kita untuk berpesta di meja perjamuan-Nya, tetapi kita harus datang dengan layak.
Apa yang membuat kita layak untuk turut ambil bagian dalam perjamuan Tuhan? Tuhan Yesus menegaskan hukum kasih. Hukum kasih yang sempurna mencari kebaikan tertinggi dan kepentingan terbaik satu sama lain. Yesus meringkas ajaran hukum Perjanjian Lama dan para nabi dengan ungkapan “Segala sesuatu yang kamu kehendaki diperbuat orang kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka”(Mat. 7:12). Hukum kasih Allah menuntut lebih dari sekadar menghindari bahaya terhadap sesama. Cinta yang sempurna selalu mencari kebaikan orang lain demi mereka dan memberikan yang terbaik yang bisa kita persembahkan untuk kesejahteraan mereka. Ketika kita mencintai sesama kita dan memperlakukan mereka dengan cara yang sama seperti kita ingin diperlakukan oleh Tuhan, maka kita memenuhi hukum dan para nabi.
Yesus menggunakan ilustrasi kedua tentang pintu sempit yang membuka jalan menuju kehidupan yang aman dan bahagia (Mat. 7:13-14) untuk memperkuat pengajaran-Nya tentang memilih satu jalan yang benar yang mengarah pada perdamaian dengan Allah daripada pemisahan dan penghancuran. Kitab Mazmur dimulai dengan gambaran tentang seseorang yang telah memilih untuk mengikuti jalan orang-orang yang bijaksana dan taat kepada firman Allah dan yang menolak untuk mengikuti jalan orang-orang yang berpikir dan bertindak bertentangan dengan hukum Allah (Mzm. 1:1-2). Apakah pilihan yang kita buat membantu kita bergerak menuju tujuan untuk mencintai Tuhan dan mematuhi kehendak-Nya? Marilah kita minta kebijaksanaan dari Yesus agar kita sanggup mengetahui jalan mana yang akan menuntun kita pada kebaikan dan kehidupan, serta jalan mana yang menuntun kita pada kejahatan dan kematian. Tuhan Yesuslah yang memampukan kita untuk memasuki pintu yang sempit menuju kehidupan dengan cara menjaga kemurnian iman dan cara hidup yang dikehendaki oleh Tuhan.
(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen Universitas Katolik Weetebula, NTT)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Penghapusan praktik penyiksaan – Kita berdoa semoga komunitas internasional berkomitmen dengan cara-cara konkret untuk memastikan penghapusan praktik penyiksaan dan menjamin adanya dukungan bagi para korban dan keluarganya.
Ujud Gereja Indonesia: Hati Yesus – Kita berdoa, semoga kita dianugerahi rahmat untuk menghormati dan mencintai Hati Yesus, dan percaya, bahwa dalam Hati-Nya yang Maha Kudus kita boleh menemukan kekuatan dan penghiburan, lebih-lebih ketika kita dicekam oleh beban hidup dan krisis yang tak tertanggungkan.
Amin
