Renungan Harian Misioner
Sabtu Pekan Biasa XIV, 15 Juli 2023
P. S. Bonafentura
Kej. 49:29-32; 50:15-26a; Mzm. 105:1-2,3-4,6-7; Mat. 10:24-33; atau dr RUybs
Santo Bonaventura dapat disebut sebagai seorang pribadi, yang SETIA TUNTAS kepada Tuhannya, secara lahir maupun batin. Oleh sebab itu, ia boleh kita pandang sebagai teladan dalam beriman karena cinta-Nya kepada Tuhan dan sesama, sehingga memiliki pengharapan akan peneguhan dari Allah sampai habis-habisan. Dalam sikap itu kita dapat melaksanakan misteri Baptis dan Kaul sebagai orang yang menyerahkan diri kepada Allah. “Tuhan, kurniakan iman dan pengharapan agar iman kami tuntas”.
Bacaan I Kejadian 49:29-32; 50: 15-26a: Pesan Yakub kepada anak-anaknya perihal apa yang harus dilakukan ketika “dipanggil Tuhan” perlu dipahami, tidak hanya sebagai pengajaran mengenai Tradisi, bagaimanakah mereka harus menyelenggarakan pelbagai hal, ketika leluhur Israel dipanggil Tuhan; tetapi lebih menjadi ungkapan iman, bagaimana kepercayaan kepada Allah perlu diungkapkan dalam Tradisi, bahkan sampai dengan upacara pemakaman. Sebab, iman mau dihayati dengan KESETIAAN TUNTAS, sampai napas terakhir. Dengan demikian, orang diajak untuk tidak menghayati iman hanya dengan aneka ritual saja, melainkan dengan KESADARAN KESETIAAN KEPADA ALLAH bersama seluruh UMAT ISRAEL. Dalam Kesetiaan Tuntas (=CHESED) itu, setiap pribadi dan seluruh umat Israel mengakui iman sepenuhnya: sejak awal Penciptaan mereka semua mengakui berasal dari Allah, diselenggarakan oleh Allah dan menuju kepada Allah.
Refleksi Kita: sejauh mana kita sekarang menghayati iman kita secara perseorangan dan dalam Keluarga maupun Umat dengan tulus?
Mazmur 105:1-2-3-4.6.7: mengajak kita untuk menyadari ritual ibadat kita, tidak hanya sebagai upacara, melainkan juga sebagai ungkapan, yang mau menegaskan, betapa iman meresapi seluruh jiwa-raga kita. Dengan sikap yang menyentuh lahir dan batin kita itu, maka hidup kita, sejak lahir sampai mati benar-benar ingin kita persembahkan sebagai bakti tanpa sela kepada Allah penuh cinta-bakti.
Bacaan Injil Matius 10:24-33 ingin mengajak kita menghayati sikap seperti Sang Putra, yang telah sudi BERJALAN BERSAMA DENGAN KITA SEBAGAI MANUSIA, untuk berawal dari keyakinan bahwa diciptakan Allah, dihayati sebagai ketaatan kepada Allah, maupun dipersembahkan sampai akhir kepada Allah, sebagaimana sudah dilakukan oleh Sang Putra: “SELURUHNYA DIPERSEMBAHKAN KEPADA ALLAH”. Dalam penghayatan itu, sikap iman yang lahir dan batin, juga senantiasa mewarnai setiap langkah dalam PERJALANAN BERSAMA SEBAGAI WARGA GEREJA yang menantikan Kedatangan Sang Putra yang kedua. Dalam penghayatan itu, kita diresapi oleh Roh Kristus sendiri.
Refleksi kita: sejauh manakah sepanjang hidup kita penghayatan iman membawa kita pada cinta dalam iman pada Allah berkat pengharapan Sang Roh Kasih? Marilah kita berdoa: “Tuhan, resapilah kami dengan Roh Ilahi, demi Kemuliaan-Mu yang suci”.
(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Kehidupan Ekaristi– Kita berdoa semoga umat Katolik menempatkan perayaan Ekaristi sebagai jantung kehidupan, yang mengubah hubungan antar sesama secara mendalam, dan terbuka pada perjumpaan dengan Tuhan dan sesama.
Ujud Gereja Indonesia: Kesadaran berpolitik – Kita berdoa, semoga banyak orang muda Katolik terpanggil untuk terjun dalam dunia politik dan menjadi pejabat-pejabat di pemerintahan, agar mereka bisa turut ikut membuat kebijakan demi pembangunan bangsa dan penyelesaian persoalan sosial.
Amin
