Mengenakan Pedang Roh

Renungan Harian Misioner
Senin Pekan Biasa XV, 17 Juli 2023
P. S. Alexis

Kel. 1:8-14,22; Mzm. 124:1-3,4-6,7-8; Mat. 10:34 – 11:1

Pertanyaan yang mungkin muncul dalam pikiran kita ketika membaca perikop Injil hari ini adalah mengapa Yesus menggambarkan misi-Nya dan kedatangan kerajaan Allah dalam konteks konflik, perpecahan, dan perang? Sebelumnya, Yesus menyatakan bahwa mereka yang mengusahakan kedamaian adalah orang-orang yang terberkati oleh Tuhan (Mat. 5:9) dan menguraikan strategi konkret untuk tidak melawan kekerasan (Mat. 5:38-48).  Penegasan Tuhan Yesus bahwa Dia “datang bukan untuk membawa damai, tetapi pedang” (Mat. 10:34) tidak sedang melawan sikap ini, tetapi hanya mau berbicara tentang akibat dari perutusan-Nya. “Pedang” yang Yesus bicarakan di sini bukanlah senjata fisik yang menebas orang, tetapi senjata spiritual yang memotong inti batin kita untuk mengungkap kerusakan pikiran dan niat berdosa serta kebohongan dan penipuan setan. Kitab Suci juga menggambarkan “Firman Tuhan” sebagai “pedang Roh” yang memiliki kuasa untuk menghancurkan setiap benteng rohani yang menahan orang dalam perbudakan dosa, penipuan, dan setan (Ef. 6:17).

Misi Yesus adalah melawan kekuatan spiritual yang menentang kerajaan Allah dan pemerintahan-Nya atas bumi. Itulah sebabnya Yesus mengidentifikasi setan sebagai penguasa dunia ini yang akan Dia usir (Yoh. 12:31). Peperangan yang dimaksud Yesus bukanlah konflik duniawi antara individu dan bangsa, tetapi peperangan rohani antara kekuatan setan dan bala tentara surga. Yesus datang untuk berperang melawan kekuatan spiritual dunia saat ini yang memalingkan pikiran dan hati orang-orang dari Allah dan kerajaan sukacita, kedamaian, dan kebaikan-Nya. Kitab Suci menggambarkan “dunia” sebagai masyarakat orang-orang yang menentang Allah serta kerajaan kebenaran dan kebaikan-Nya. Yesus datang untuk menggulingkan kuasa setan dan membebaskan kita dari segala sesuatu yang akan menghalangi kita untuk mengenal, mencintai, dan melayani Tuhan yang telah mengasihi kita masing-masing dengan belas kasihan dan kebaikan yang tak terbatas.

Yesus memberitahu murid-murid-Nya syarat yang harus dipenuhi jika mereka mengikuti-Nya, yaitu mereka harus mengutamakan kerajaan Allah dan menaati firman-Nya. Setiap kali panggilan besar diberikan, pasti menyebabkan perpecahan antara mereka yang menerima dan menolak-Nya. Ketika Yesus mengatakan bahwa perpecahan akan  terjadi dalam rumah tangga, para pendengar-Nya kemungkinan besar mengingat nubuat Mikha: “…musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya” (Mi. 7:6). Yesus menantang murid-murid-Nya untuk memeriksa siapa yang paling utama dan lebih dahulu mereka kasihi. Seorang murid sejati mencintai Tuhan di atas segalanya dan rela meninggalkan segalanya demi Yesus Kristus. Kasih Tuhan memaksa kita untuk memilih siapa yang akan menjadi yang pertama dan utama dalam hidup kita. Kesetiaan kepada Yesus harus melebihi kesetiaan kepada pasangan atau anggota keluarga. Dalam konteks ini, ada kemungkinan bahwa keluarga dan teman dapat menjadi “musuh” kita jika pemikiran mereka membuat kita tidak melakukan apa yang Tuhan ingin kita lakukan dalam kehidupan ini.

Cinta sejati kepada Tuhan mendorong kita untuk mengungkapkan amal kasih terhadap sesama kita yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Yesus menyatakan bahwa kebaikan apa pun yang ditunjukkan dan bantuan apa pun yang diberikan kepada pengikut-Nya tidak akan dibiarkan tanpa imbalan (Mat. 10:42). Yesus sendiri tidak pernah menolak untuk memberi kepada siapa pun yang membutuhkan dan yang meminta bantuan-Nya. Sebagai murid-murid Yesus, kita dipanggil untuk berbuat baik dan murah hati seperti Dia. Yesus menetapkan bagi murid-murid-Nya satu tujuan dalam hidup yang layak diperjuangkan, yaitu kehendak Allah yang menuntun pada kehidupan abadi, kedamaian, dan sukacita bersama Allah. Marilah kita mengenakan “pedang roh”, yakni firman Allah untuk melawan segala kekuatan yang menghalangi kita untuk mengikuti Yesus dengan setia dan yang menghambat kita untuk mencintai sesama.

(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen Universitas Katolik Weetebula, NTT)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Kehidupan Ekaristi– Kita berdoa semoga umat Katolik menempatkan perayaan Ekaristi sebagai jantung kehidupan, yang mengubah hubungan antar sesama secara mendalam, dan terbuka pada perjumpaan dengan Tuhan dan sesama.

Ujud Gereja Indonesia: Kesadaran berpolitik – Kita berdoa, semoga banyak orang muda Katolik terpanggil untuk terjun dalam dunia politik dan menjadi pejabat-pejabat di pemerintahan, agar mereka bisa turut ikut membuat kebijakan demi pembangunan bangsa dan penyelesaian persoalan sosial.

Amin

Tinggalkan komentar