Renungan Harian Misioner
Selasa Pekan Biasa XV, 18 Juli 2023
P. S. Frederik dr Utrecht
Kel. 2:1-15a; Mzm. 69:3,14,30-31,33-34; Mat. 11:20-24
Saudara-saudari yang dikasihi oleh Tuhan Yesus, masih segar dalam ingatan kita tentang Bacaan Injil pada hari Minggu Biasa XV mengenai perumpamaan tentang seorang penabur. Ada berbagai macam tipe orang yang digambarkan sebagai media tanah tempat benih bertumbuh yang adalah Firman Allah. Dalam perumpamaan tersebut, tidak semata-mata berbicara tentang Firman Allah yang berdaya guna tetapi daya penerimaan setiap orang terhadap Firman Allah tersebut. Begitu banyak orang yang berkumpul untuk mendengarkan Yesus dalam mengajar tetapi tidak semua bisa memahami dengan baik akan inti dari Firman tersebut. Bisa saja ada yang datang hanya semata-mata untuk melihat tanda-tanda mengherankan yang dibuat Yesus, karena merasa penasaran dengan cerita-cerita yang beredar di kalangan mereka. Mungkin juga ada yang datang untuk mencari Yesus hanya untuk disembuhkan oleh-Nya secara fisik tapi bukan secara rohani. Mengalami kehadiran Yesus yang membawa pada perubahan hidup yaitu pertobatan tidak hanya semata-mata lewat pancaindra saja. Terbukti, bagaimana Yesus mengecam kota-kota yang menerima begitu banyak mukjizat Tuhan tetapi tetap saja tidak bertobat. Yesus berkata, “Celakalah engkau, Khirazim! Celakalah engkau Betsaida!” Dengan keras pula IA mengecam Kapernaum, “Dan engkau, Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak! Engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!”
Jika kita menggunakan logika berpikir kita, seharusnya tanda-tanda heran atau mukjizat yang dibuat oleh Yesus berbanding lurus dengan semakin banyaknya orang yang percaya dan melakukan pertobatan. Namun, pada kenyataannya tidaklah demikian. Kekaguman hanya terjadi sebatas pancaindra penglihatan saja tidak sampai ke hati yang terdalam, yaitu mampu melihat betapa besarnya belas kasih Allah dalam diri manusia yang sungguh dikasihi-Nya. Jadi jangan heran bila yang ditangkap dengan pancaindra penglihatan saja belum sampai menggugah orang-orang untuk menjadi semakin percaya. Apalagi untuk sesuatu yang tidak nampak, yang hanya bisa dirasakan lewat hati dan kemudian diimani sebagai karya Allah yang luar biasa.
Ketika di malam hari saya kesulitan untuk tertidur dan mengalami sesak nafas, saya lalu meminum obat. Saya kemudian bisa terbangun kembali di pagi hari berikutnya yang indah dan menghirup udara segar. Apakah pengalaman itu saya rasakan sebagai mukjizat Tuhan atau hanya sekadar berpikir, “untung saja semalam, obat sesaknya masih ada”. Ada pengalaman beberapa kakek melakukan Video Call masing-masing dengan cucunya di daerah yang jauh. Kakek yang satu memiliki pengalaman biasa saja, sekadar takjub akan betapa luar biasanya teknologi komunikasi zaman sekarang ini. Namun, kakek yang lain bisa saja melalui pengalaman yang sederhana ini justru merefleksikan betapa besar kasih Allah kepada dirinya sehingga masih diberi kesempatan untuk sekadar ngobrol dengan cucunya di dunia maya.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan. Pancaindra mata untuk melihat ternyata tidaklah cukup untuk memahami karya Allah dan menghantar pada pertobatan. Kita perlu terus mengasah hati kita, agar bila tersentuh sedikit saja dengan hal-hal sederhana kita mampu merasakan kasih Tuhan dalam diri kita dan membawa kita kepada pertobatan sesungguhnya. Diri kita ini bagaikan media tanah yang harus selalu disiapkan agar Firman Allah dapat terus hidup dan bertumbuh dengan baik. Untuk menjaga agar media ini terus subur, jangan hanya mengandalkan pancaindra penglihatan saja tetapi gunakanlah hati untuk memahami setiap karya Allah, pun dalam hal-hal yang sederhana.
(RD. Hendrik Palimbo – Dosen STIKPAR Toraja, Keuskupan Agung Makassar)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Kehidupan Ekaristi– Kita berdoa semoga umat Katolik menempatkan perayaan Ekaristi sebagai jantung kehidupan, yang mengubah hubungan antar sesama secara mendalam, dan terbuka pada perjumpaan dengan Tuhan dan sesama.
Ujud Gereja Indonesia: Kesadaran berpolitik – Kita berdoa, semoga banyak orang muda Katolik terpanggil untuk terjun dalam dunia politik dan menjadi pejabat-pejabat di pemerintahan, agar mereka bisa turut ikut membuat kebijakan demi pembangunan bangsa dan penyelesaian persoalan sosial.
Amin
