Menghayati Harta Yang Engkau Miliki

Renungan Harian Misioner
Kamis Pekan Biasa XVII, 3 Agustus 2023
P. S. Stefanus I

Kel. 40:16-21,34-38; Mzm. 84:3,4,5-6a,8a,11; Mat. 13:47-53

Injil hari ini menutup serangkaian dari tujuh perumpamaan tentang Kerajaan Allah yang disajikan oleh Matius. Ketujuh perumpamaan dalam Matius 13 ini mempunyai nilai eskatologis, merupakan wahyu mengenai penghakiman terakhir. Adanya Kerajaan Surga mendesak kita mengambil sikap hati yang benar ketika berjumpa dengan Kristus (ingat perumpamaan penabur), dan dilanjutkan dengan berkembangnya seluruh pengertian dalam perumpamaan tentang: ilalang dan gandum, biji sesawi, ragi, harta terpendam, dan mutiara yang mengikutinya. Dalam perumpamaan tentang‘jala besar’ (TB-2 atau ‘pukat’ pada TB-1) hari ini, masing-masing dari kita diajak menghayati harta kehidupan sebagai anak Kerajaan Surga.

Jala besar sebagai penangkap ikan ditinggalkan di laut selama beberapa waktu untuk membiarkan ikan-ikan tertangkap di dalamnya. Biasanya yang tertangkap bukan saja ikan, tetapi segala binatang lain, juga segala kotoran serta sampah ikut tersangkut di dalamnya. Dunia adalah laut yang sangat luas dan anak-anak manusia ibarat ikan di laut yang berkelana tanpa ada yang mengaturnya (bdk. Hab. 1:14). Jala besar yang dibentangkan di dalam laut menggambarkan Kristus dan para penjala manusia yang menebarkan Injil di antara bangsa-bangsa di seluruh dunia. Gereja tidak memilih-milih siapa ‘yang terjaring’ ke dalamnya, tetapi menerima dan memperhatikan semua orang di dalam pangkuannya sebagai bentuk perhatian Allah dan para hamba-Nya terhadap keselamatan semua umat manusia.

Para nelayan juga tidak dapat mengetahui lebih dulu apa saja yang tertangkap di dalam jala besar itu, sehingga setelah cukup waktunya, mereka menyeret jala itu ke pantai dengan hati-hati demi menjaga supaya tangkapan yang baik tidak rusak. Demikian pula, pada waktu yang ditentukan untuk pemberitaan Injil terpenuhi, maka kumpulan orang-orang yang merindukan belas kasih Allah itu harus dirawat dengan hati-hati. Inilah wujud kepedulian Allah yang penuh belas kasih dan sabar kepada kita, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat (bdk. 2Ptr. 3:9).

Jala besar yang sudah penuh dan ditarik ke pantai berisi tangkapan berbagai jenis ikan segar, bukan ikan rusak atau busuk. Tetapi oleh para penjala, ikan-ikan itu tetap dipilih dan dipisahkan antara ikan yang baik untuk dimakan atau yang tidak baik. Kemungkinan besar oleh orang Yahudi ikan yang tidak bersirip atau bersisik dibuang, karena dianggap najis dan tidak halal untuk dimakan (bdk. Im. 11:10-12). Ikan yang digolongkan tidak baik ini, tidak ada harganya, sehingga para nelayan membuangnya begitu saja. Sedangkan ikan yang baik dikumpulkan untuk dijual ke pasar. Menarik pukat ke pantai, menggambarkan Gereja yang mengeluarkan manusia dari kedalaman kegelapan dan membawanya kepada terang. Tetapi tidak setiap orang yang berada dalam Gereja dan telah menerima pewartaan Injil melakukan pertobatan serta menerima kebenaran-kebenaran-Nya. Di antara mereka masih saja ada orang yang tinggal dalam dosa, yaitu mereka yang digolongkan orang jahat dan akhirnya dicampakkan ke dalam siksaan kekal pada hari penghakiman nanti. Sedangkan mereka yang baik, yang bertanggung jawab menjaga kekudusannya dan menerapkan belas kasih Allah, pada hari penghakiman akan beroleh kehidupan kekal bersama-Nya.

Pertanyaan Yesus, “Mengertikah kamu semuanya itu?” mengingatkan kita bahwa mendengar saja apa yang diajarkan, tidaklah sama dengan memahami pengajaran itu. Yesus mengharapkan agar kita sungguh-sungguh dapat mendengarkan serta memahami arti yang sesungguhnya dari ajaran-Nya. Tanggapan dan jawaban para rasul rupanya telah memuaskan Yesus, sehingga mereka mendapat pujian dan disamakan dengan ahli Taurat yang menerima pengajaran tentang Kerajaan Surga.

Jika kita sebagai murid sudah mampu mengajar dan menafsirkan kebenaran Allah dengan benar, maka Yesus juga akan menyamakan kedudukan kita dengan tuan rumah yang memiliki gudang penuh harta. Tuan rumah yang baik akan mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya demi melaksanakan semua kewajiban pewartaan. Harta yang dimaksud ialah Yesus dan segala kebenaran-Nya. Artinya, agar mampu menghayati Kristus di dalam hidup kita, kita pertama-tama mesti fokus pada harta yang baru atau hal-hal yang baru lebih dulu, yaitu ajaran-ajaran Yesus yang baru. Karena Yesus juga merupakan awal dari segalanya, dalam terang-Nya harta yang lama atau kebenaran-kebenaran yang lama dapat tersingkap bagi kita. Tidak mengenal Kristus membuat kita tidak mengenal Kitab Suci. Karena kegenapan kebenaran Kristus pada Perjanjian Baru tidak dapat dipahami tanpa mengenal apa yang dulu telah dijanjikan. Dan sebaliknya, yang lama hanya dapat dimengerti dalam cahaya dari yang baru, yang adalah kegenapannya. Perjanjian Baru-lah yang akan menerangi dan membuka selubung kebenaran-kebenaran pada Perjanjian Lama. Kita ditantang untuk terus belajar dan berlatih mengenali dan mewartakan-Nya kepada orang lain, supaya semakin banyak orang juga mengenali kehadiran Tuhan. (ek)

(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalHari Orang Muda Sedunia – Kita berdoa semoga perayaan hari Orang Muda Sedunia di Lisbon dapat membantu orang muda untuk menghidupi dan menjadi saksi Injil dalam kehidupan mereka. 

Ujud Gereja IndonesiaCita-cita kemerdekaan – Kita berdoa, semoga pemerintah, anggota DPR, para elit politik, dan kaum cendikiawan bersama-sama serius memperjuangkan cita-cita kemerdekaan dan keutuhan bangsa, dan tidak saling bertengkar serta saling mencari kesalahan, yang membingungkan masyarakat dan memecah belah kesatuan serta kerukunan. 

Amin

Tinggalkan komentar