Renungan Harian Misioner
Sabtu Pekan Biasa XVII, 5 Agustus 2023
Pemberkatan Gereja Balisik SP Maria
Im. 25:1,8-17; Mzm. 67:2-3,5,7-8; Mat. 14:1-12
Allah senantiasa menghendaki agar seluruh umat-Nya hidup dalam kasih-Nya dengan membangun persaudaraan yang sejati, kesatuan berdasarkan prinsip-prinsip kasih, keadilan, dan kesetaraan. Bacaan pertama memberikan gambaran tentang tahun Yobel yang dirayakan dengan memberikan nilai-nilai hidup kesetaraan dan pembebasan. Tradisi Israel mengisahkan bahwa pada tahun Yobel, semua hutang harus diampuni, para budak dibebaskan, tanah yan dijual sebagai pelunasan utang harus dikembalikan kepada pemiliknya (Im. 25:23-28). Melalui cara ini nilai kesetaraan dan keadilan dari semua penduduk dipulihkan, dan semuanya kembali kepada keadaan mereka yang semula. Dasarnya adalah konsep pemahaman teologis bahwa Allah adalah pemilik akhir dari tanah (Im. 25:38), dan manusia hanyalah penjaga ciptaan Tuhan.
Apa yang dapat kita refleksikan dari dua bacaan pada hari ini? Pertama, dimensi spiritual yang berkaitan dengan ajaran tentang Kerajaan Allah itu tidak bisa dipisahkan dari dimensi sosial, politik, dan ekonomi. Kitab Suci memberikan kepada kita prinsip bagaimana umat seharusnya diatur menurut nilai-nilai spiritual, yang didasarkan pada belas kasih, persamaan, dan keadilan. Bacaan pertama memberikan gambaran bahwa kita harus berlaku adil terhadap sesama, karena semua manusia adalah anak-anak Allah yang mendapatkan martabat yang sama. Karenanya, kehidupan spiritual itu tidak terbatas pada mengikuti kegiatan liturgis semata, tetapi sampai pada praksis hidup dengan mengungkapkan cinta kepada Allah yang tampak nyata dalam mencintai sesama. Tindakan yang paling nyata adalah siap untuk berbagi dengan orang lain terutama mereka yang miskin dan terlantar. Inilah bentuk keadilan yang paling nyata, karena orang miskin juga berhak menikmati hasil dari bumi kita.
Kedua, apa yang telah dilakukan oleh Yesus dan Yohanes Pembaptis menjadi dasar bagi semua perjuangan kita untuk membela nilai-nilai Injil. Kita mengambil peran kenabian dengan menyuarakan suara kebenaran dan keadilan. Namun, itu menuntut dari kita praksis hidup kita sendiri yang sejalan dengan seruan kenabian kita. Seruan kenabian selalu mengandung risiko. Seperti Yesus dan Yohanes Pembaptis, banyak orang bahkan menjadi korban ketika menyuarakan kebenaran. Harga dari kebenaran adalah pengorbanan diri atau kemartiran kita!
Dalam memperjuangkan kebenaran, kita bisa terjebak pada karakter yang ditampilkan dalam kisah Injil hari ini! Karakter yang ditampilkan oleh Raja Herodes bisa tumbuh dalam diri kita ketika kita bimbang di hadapan kebenaran, dengan lebih mengutamakan kenyamanan diri sendiri, egois, arogan, dan sombong. Kita menjadi takut untuk menghadapi kebenaran tentang diri kita sendiri. Seperti Raja Herodes, kita bisa memiliki otoritas, kekuatan, status, atau pengaruh untuk mengubah situasi yang buruk menjadi lebih baik, namun, kita tidak sanggup melakukannya. Kita gagal menjalankan tugas kenabian kita! Hati nurani kita akhirnya menghukum kita karena kegagalan kita, dan terus menghantui kita.
Juga, kita bisa memiliki karakter seperti ditampakkan oleh putri Herodias, dimanfaatkan demi kepentingan orang lain untuk melakukan tindakan kejahatan. Orang yang tidak memiliki kekuasaan atau kekuatan, membiarkan diri dipengaruhi dan mudah menyerah pada orang yang lebih berkuasa atau atas nama ketaatan pada orang yang dikasihi. Orang takut kehilangan posisi atau jaminan hidup, sehingga melakukan kesalahan secara sadar demi mencari rasa aman. Kita bisa menjadi penjilat dan bekerja sama dengan mereka dalam mendukung kejahatan.
Akhirnya, kita juga bisa menghidupi karakter Herodias, yang hatinya dikuasai dengan kebencian yang mendalam, kemarahan, dendam, karena kepahitan hidup. Tindakan keji dari Herodias, tentu bertujuan untuk membalas dendam, sebagai akibat dari kegagalannya dalam menghidupi ajaran moral dan pemahamannya akan nilai-nilai kebenaran yang diajarkan dan diimani. Ketika kita dirasuki oleh keinginan untuk membalas dendam, kita menjadi buta terhadap nilai-nilai Injil dan bertindak liar tanpa menggunakan akal budi dan hati kita.
Tuhan Yesus dan Yohanes Pembaptis memberikan kepada kita teladan hidup untuk terus berdiri teguh pada nilai-nilai kebenaran yang mereka ajarkan dan hidupi. Mari kita berdoa memohon Roh kebijaksanaan, agar kita selalu dituntun dalam jalan kebenaran dan berani mempertahankan iman dan integritas diri kita sebagai pengikut Kristus.
(RP. Joseph Gabriel, CSsR – Studentat Redemptoris, Yogyakarta)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Hari Orang Muda Sedunia – Kita berdoa semoga perayaan hari Orang Muda Sedunia di Lisbon dapat membantu orang muda untuk menghidupi dan menjadi saksi Injil dalam kehidupan mereka.
Ujud Gereja Indonesia: Cita-cita kemerdekaan – Kita berdoa, semoga pemerintah, anggota DPR, para elit politik, dan kaum cendikiawan bersama-sama serius memperjuangkan cita-cita kemerdekaan dan keutuhan bangsa, dan tidak saling bertengkar serta saling mencari kesalahan, yang membingungkan masyarakat dan memecah belah kesatuan serta kerukunan.
Amin
