Bersiap Untuk Hidup Kekal

Renungan Harian Misioner
Kamis Pekan Biasa XVIII, 10 Agustus 2023
P. S. Laurensius

2Kor. 9:6-10; Mzm. 112:1-2,5-6,7-8,9; Yoh. 12:24-26

Kisah dalam Injil hari ini berada dalam situasi ketika Yesus masuk ke dalam kota Yerusalem dan dielu-elukan oleh orang banyak. Tidak lama sebelum kejadian tersebut, Yesus telah membangkitkan Lazarus. Sehingga timbullah ketakutan di kalangan imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, sehingga bersama-sama dengan Mahkamah Agama mereka bersepakat untuk membunuh Yesus. Kayafas, sebagai imam besar pada saat itu, telah mengucapkan sebuah perkataan nubuat tanpa disadarinya, “…lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa.” (Yoh. 11:50-51).

Kejadian itu menjadi saat yang tepat bagi Yesus untuk memberitakan kematian-Nya sendiri, bersamaan juga di hadapan beberapa orang Yunani yang datang ingin bertemu dengan-Nya. Ironis memang, ketika pemimpin-pemimpin orang Yahudi ingin menyingkirkan-Nya, orang-orang asing malah berusaha mendekat kepada-Nya. Catatan Yohanes tentang orang Yunani ini seolah-olah tidak ada kaitannya, namun justru membuka berbagai kebenaran yang amat menarik. Keberadaan orang Yunani menggambarkan bangsa-bangsa di dunia yang setia mengikuti ajaran Yesus, dan sementara ini diwakili oleh beberapa orang Yunani itu. Jadi bagi Yesus, orang-orang Yunani itu melambangkan seluruh dunia yang harus dijangkau oleh pewartaan tentang karya penyelamatan-Nya bagi segala bangsa. Kisah kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke sorga inilah yang dimaksud Tuhan sebagai saat di mana Anak Manusia dimuliakan (bdk. Yes. 52:13).

Nubuatan imam besar sebelumnya dihubungkan oleh Yesus sebagai dasar pengajaran rohani yang mendalam ketika menyampaikan mengapa Dia harus mengalami kematian. Ia menjelaskan mengenai kehidupan biji gandum, yang merupakan hal biasa dan nyata dalam keseharian orang Yahudi. Yesus menyamakan kemuliaan yang akan dialami-Nya itu seperti biji gandum yang jatuh ke dalam tanah dan mati. Tetapi kematian biji gandum itulah yang menyebabkannya menghasilkan banyak buah. Kematian satu orang Yesus itulah yang menghasilkan buah kehidupan bagi banyak orang. Pengorbanan Yesus adalah kehendak-Nya sendiri yang merupakan perwujudan ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa. Hal ini dilakukan semata-mata demi menyelamatkan semua manusia ciptaan-Nya. Suatu prinsip yang berlaku bukan bagi Yesus saja, tetapi untuk kita semua. Sebagai murid yang percaya kepada Yesus kita juga punya panggilan hidup menjadi martir yang kematiannya juga akan menghasilkan banyak buah.

Fokus perhatian Yesus adalah kepada sikap bagaimana manusia memperjuangkan kehidupan kekal. Siapa yang mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi siapa yang membenci nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Pesan ini berlaku bagi seluruh umat manusia. Bagi Yesus, jalan yang terbaik bagi setiap orang adalah jalan yang mengutamakan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Barangsiapa yang mengutamakan hidup dan kepentingan mereka sendiri, hanya akan merusak hidup mereka sendiri. Tetapi jika mereka mengutamakan orang lain dan kepentingannya, mereka akan memperoleh harta kehidupan dalam kekekalan. Memang tidak mudah untuk ‘mati’ terhadap diri sendiri agar dapat melayani banyak orang, tetapi seseorang harus menganggap rendah dirinya sendiri dan semakin ‘mati’ bagi dirinya sendiri, sehingga dengan demikian dia akan makin hidup dalam kehendak Tuhan saja.

Pesan berikutnya bagi siapa saja yang melayani-Nya dapat meneguhkan dan memberi sukacita. Mengikuti Yesus adalah kewajiban setiap orang Kristiani. Di mana Yesus berada, di situlah kita juga seharusnya berada. Berada bersama Kristus itu sudah merupakan upah yang kita dapatkan. Mengikuti Yesus juga berarti mengalami apa saja yang Yesus alami, karena kita ada bersama-sama dengan Dia. Maka, pengikut Kristus juga akan menderita, seperti Tuhan Yesus yang menderita, itulah martyria. Tuhan hanya menginginkan agar kita setia melayani-Nya. Supaya seperti dikatakan oleh Santo Paulus, dengan kesetiaan hidup melayani, kita harus selalu rindu untuk mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya, serta persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana kita akan menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya. Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru (bdk. Flp. 3:10; Rm 6:4). Itulah kehormatan yang diberikan Bapa kepada kita. (ek)

(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalHari Orang Muda Sedunia – Kita berdoa semoga perayaan hari Orang Muda Sedunia di Lisbon dapat membantu orang muda untuk menghidupi dan menjadi saksi Injil dalam kehidupan mereka. 

Ujud Gereja IndonesiaCita-cita kemerdekaan – Kita berdoa, semoga pemerintah, anggota DPR, para elit politik, dan kaum cendikiawan bersama-sama serius memperjuangkan cita-cita kemerdekaan dan keutuhan bangsa, dan tidak saling bertengkar serta saling mencari kesalahan, yang membingungkan masyarakat dan memecah belah kesatuan serta kerukunan. 

Amin

Tinggalkan komentar