Pikul Salibmu, Teruslah Berjalan Ikut TUHAN

Renungan Harian Misioner
Jumat Biasa XVIII, 11 Agustus 2023
P. S. Klara

Ul. 4:32-40; Mzm. 77:12-13,14-15,16,21; Mat. 16:24-28; atau dr Rybs

Sangkal diri, pikul salib, ikut Yesus! 

Menyangkal berarti mengatakan tidak atau membantah tentang sesuatu. Keinginan dan kehendak sendirilah yang harus kita bantah. Dalam diri manusia selalu akan ada dorongan-dorongan kedagingan yang tak selaras dengan kehendak Tuhan. Dorongan itu bisa berwujud rupa-rupa keinginan yang tak teratur. Keinginan yang jika kita ikuti akan membawa kita jauh dari Tuhan. Penyangkalan diri menjadi penting karena sebagai seorang Kristiani yang taat dan setia, kita harus mengikuti Kristus. Penyangkalan diri bertujuan untuk memurnikan diri, mengakui kuasa dan kehendak Tuhan dalam diri dan hidup kita, menempatkan Tuhan di atas segalanya, termasuk di atas diri sendiri. Tapi penyangkalan diri ini tidak dapat dilakukan secara terpaksa. Harus didasari kerelaan dan usaha terus menerus. Pada akhirnya seseorang yang berhasil menyangkal dirinya demi Kristus tidak akan terpuruk dan merasa sengsara, sebaliknya dia akan bersukacita, dapat terbebaskan dari rupa-rupa keinginan duniawi. 

Bagian dari penyangkalan diri adalah menerima salib. Salib seringkali diartikan sebagai derita dan beban dalam kehidupan. Mengangkat salib dan memikulnya merupakan suatu tindakan yang membutuhkan kerendahan hati dan juga sikap pasrah serta percaya akan kuasa Tuhan. Prosesi pikul salib sering diadakan dalam ziarah di Yerusalem. Tapi praktik sesungguhnya di dalam kehidupan sehari-hari takkan semudah dan seringan mengangkat salib kayu tersebut. Bayangkan saat Yesus mengangkat salib-Nya menyusuri jalan-jalan berdebu di Yerusalem, di antara sesak kerumunan orang yang datang untuk menemani-Nya, atau sekadar melihat, bahkan datang khusus untuk mengejek dan meludahi-Nya. Seperti itu pula situasi yang kita temukan dalam kehidupan ketika kita berada pada jalan salib. Saat salib berat menindih bahu kita dan langkah kita tertatih hampir jatuh, akan ada orang-orang yang berjalan bersama kita, berusaha memberikan dukungan dan penghiburan. Namun juga akan ada mereka yang menjadi penonton, hanya sekadar ingin melihat, atau mereka yang sengaja datang dengan kebencian, ejekan dan sorakan agar kita terjatuh. 

Sebagai orang yang beriman, kita percaya bahwa salib bukan sekadar lambang penderitaan tetapi juga merupakan lambang kemenangan. Kita tak boleh gentar dan ragu untuk mengangkat salib dan terus berjalan. Meneladani ketaatan dan kepasrahan Yesus Kristus pada kehendak Bapa, kita pun harus berusaha sebaik mungkin untuk teguh memikul salib kita. Karena akhir dari salib bukanlah kematian, tetapi akan ada kemenangan dan kebangkitan yang menanti kita. 

(Budi Ingelina – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalHari Orang Muda Sedunia – Kita berdoa semoga perayaan hari Orang Muda Sedunia di Lisbon dapat membantu orang muda untuk menghidupi dan menjadi saksi Injil dalam kehidupan mereka. 

Ujud Gereja IndonesiaCita-cita kemerdekaan – Kita berdoa, semoga pemerintah, anggota DPR, para elit politik, dan kaum cendikiawan bersama-sama serius memperjuangkan cita-cita kemerdekaan dan keutuhan bangsa, dan tidak saling bertengkar serta saling mencari kesalahan, yang membingungkan masyarakat dan memecah belah kesatuan serta kerukunan. 

Amin

Tinggalkan komentar