Renungan Harian Misioner
Senin Pekan Biasa XIX, 14 Agustus 2023
P. S. Maksimilianus Maria Kolbe
Ul. 10:12-22; Mzm. 147:12-13,14-15,19-20; Mat. 17:22-27; atau dr Rybs
Hari ini gereja merayakan peringatan wajib S. Maksimilianus Maria Kolbe. Ia lahir di Polandia 8 Januari 1894 dan menjadi Imam Fransiskan pada tahun 1918. Sebagai misionaris, ia menyebarkan devosi kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria ke Jepang dan India. Selama perang dunia II, ia menyiapkan tempat bagi para pengungsi Yahudi yang dianiaya Nazi. Ia menentang kekejaman para Nazi, maka ditangkap dan dikirim ke Auschwitz.
Ketika salah seorang tahanan kabur dari penjara, sebagai efek jera, Nazi mengambil 10 orang tahanan yang sengaja dibiarkan mati kelaparan. Salah satunya, seorang bapak keluarga yang berteriak histeris mengingat keluarganya yang ditinggalkan. Karena belas kasihan S. Maksimilianus merelakan dirinya untuk menggantikan orang itu. Kemudian ia dibawa ke tempat di mana mereka akan dibiarkan mati kelaparan. Namun, dengan tegar ia berpesan kepada yang lain, “Jangan lupakan cinta!” Ia mengajak mereka berdoa dan memuji Tuhan, agar mereka tetap kuat menjalani penyiksaan. Selama dua minggu mereka menahan lapar dan haus, hanya S. Maksimilianus yang bertahan hidup. Hingga akhinya asam karbol yang mematikan disuntikkan padanya.
Hidup S. Maksimilianus adalah kisah cinta. Ia adalah orang yang luar biasa, berani menyatakan imannya dengan tindakan cinta dan pengorbanan. “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13). Tahun 1982 Maksimilianus Maria Kolbe dikanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Belajar dari S. Maksimilianus Kolbe, kita peroleh pesan berharga “Selama hidup, jangan tinggalkan cinta” Kita diajak untuk menyangkal diri agar dapat menjadi berkat bagi sesama. Semoga hidup kita semakin dipenuhi cinta kepada Tuhan dan sesama. Berani memberi diri, melayani Tuhan dengan cinta dalam keluarga, kepada kerabat dan juga dalam komunitas Gereja.
Penderitaan yang Yesus alami, memanggul salib yang berakhir pada kematian-Nya di kayu salib, semuanya dilakukan demi cinta. Ketaatan-Nya kepada Bapa dan cinta-Nya kepada manusia. Pada hari ketiga setelah kematian-Nya, Ia dibangkitkan.
Tidak hanya taat kepada Bapa, Yesus juga taat pada peraturan dunia. Yesus memberi teladan kepada Simon Petrus yang ada bersama-Nya di Bait Allah. Ia membayar pajak untuk pemeliharaan Bait Allah. Teladan Yesus juga berlaku bagi kita saat ini, sebagai warga negara kita punya kewajiban membayar pajak.
Meneladan hidup Yesus, kita senantiasa mau mengasihi sesama dan melakukan kebaikan. Pesan berharga yang harus selalu kita ingat dan laksanakan selama hidup di dunia adalah, “Jangan tinggalkan cinta.” Bertekun dalam hidup doa agar kita dapat semakin mengenal Yesus dan mengalami kehadiran-Nya untuk semakin dapat mencintai-Nya.
(Alice Budiana – Komunitas Meditasi Katolik Ancilla Domini, Paroki Kelapa Gading – KAJ)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Hari Orang Muda Sedunia – Kita berdoa semoga perayaan hari Orang Muda Sedunia di Lisbon dapat membantu orang muda untuk menghidupi dan menjadi saksi Injil dalam kehidupan mereka.
Ujud Gereja Indonesia: Cita-cita kemerdekaan – Kita berdoa, semoga pemerintah, anggota DPR, para elit politik, dan kaum cendikiawan bersama-sama serius memperjuangkan cita-cita kemerdekaan dan keutuhan bangsa, dan tidak saling bertengkar serta saling mencari kesalahan, yang membingungkan masyarakat dan memecah belah kesatuan serta kerukunan.
Amin
