Renungan Harian Misioner
Rabu Pekan Biasa XIX, 16 Agustus 2023
P. S. Stefanus dr Hungaria
Ul. 34:1-12; Mzm. 66:1-3a,5,8,16-17; Mat. 18:15-20
Menegur orang berdosa merupakan tindakan yang tidak mudah. Suara batin mengatakan bahwa lebih mudah ditegur dari pada menegur. Mengapa? Karena belum tentu sebuah teguran akan didengarkan. Demikian pula, orang yang menegur harus lebih baik dari pada orang yang ditegur. Seorang nabi besar seperti Yesaya mengalami hal yang sama. Bagaimana ia menegur bangsa yang najis bibir, sementara dia sendiri adalah seorang yang najis bibir. Bukankah hal ini akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri? Bahkan sering terjadi, pihak yang menegur langsung dianggap sebagai musuh, seperti yang dialami Paulus: “Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?” (Gal. 14: 16).
Warta gembira hari ini kembali menegaskan bahwa walaupun berat, menegur merupakan tugas yang sangat mulia, terlebih ketika dilakukan dengan tulus hati tanpa rasa benci. Musa, sebagai orang yang berat mulut dan berat lidah (Kel. 4:10) justru dipanggil Tuhan untuk menegur. Ia harus menegur Firaun, seorang raja yang sangat berkuasa, juga orang-orang sebangsanya sendiri yang terkenal dengan tegar tengkuk dengan menyembah dewa-dewa lain buatan sendiri. Ia mengalami berbagai penderitaan hebat karena hal ini. Baru sesudah Ia tutup usia, bangsa Israel menangisinya sampai tiga puluh hari lamanya.
Yesus juga memberikan teladan yang sangat indah dalam menegur. Teguran ternyata memerlukan sebuah proses yang cukup panjang: pertama, dimulai dari menegur secara empat mata, agar berita tidak ke mana-mana. Kedua, perlunya dua-tiga orang saksi, agar persoalan disadari. Ketiga, keterlibatan jemaat agar persoalan ditanggapi dengan sepenuh hati. Keempat, kalau teguran tidak didengarkan, anggap saja dia sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau pemungut cukai.
Akhirnya, teguran menjadi sangat indah karena tujuannya sangat mulia: “supaya engkau mendapatkannya kembali”. Peristiwa kembalinya anak yang hilang ke dalam rumah bapanya menjadi saksi betapa indahnya sebuah pertobatan: “Ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat” (Luk. 15: 7).
(RP. Anton Rosari, SVD – Imam Keuskupan Bogor)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Hari Orang Muda Sedunia – Kita berdoa semoga perayaan hari Orang Muda Sedunia di Lisbon dapat membantu orang muda untuk menghidupi dan menjadi saksi Injil dalam kehidupan mereka.
Ujud Gereja Indonesia: Cita-cita kemerdekaan – Kita berdoa, semoga pemerintah, anggota DPR, para elit politik, dan kaum cendikiawan bersama-sama serius memperjuangkan cita-cita kemerdekaan dan keutuhan bangsa, dan tidak saling bertengkar serta saling mencari kesalahan, yang membingungkan masyarakat dan memecah belah kesatuan serta kerukunan.
Amin
