Renungan Harian Misioner
Kamis Pekan Biasa XIX, 17 Agustus 2023
HARI RAYA KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA
Sir. 10:1-8; Mzm. 101:1a,2ac, 3a,6-7; 1Ptr. 2:13-17; Mat. 22:15-21
Hubungan antara politik dan agama selalu rumit. Bagi kaum agamawan, seperti orang Farisi, penguasa Romawi itu kafir. Membayar pajak berarti mengakui sang Kaisar sebagai tuan. Dan itu adalah bentuk penyembahan berhala. Bagi kelompok ultra-nasionalis seperti kaum Zelot, Roma itu penjajah yang harus dilawan dan ditumpas. Membayar pajak itu tanda menyerah dan menjadi hamba. Pajak Roma sudah menimbulkan pemberontakan sebelumnya, yang dipimpin seorang Galilea bernama Yudas. Mungkinkah Yesus, orang Galilea yang sudah sangat memikat massa ini, dapat dimanfaatkan untuk memicu revolusi baru?
Kelompok Herodian diikutsertakan. Mereka sebenarnya lebih dominan di Galilea, bukan di Yudea. Tetapi karena keluarga Herodes menikmati kuasa dari Roma, kiranya mereka ini kelompok pro-Kaisar. Yesus tidak boleh menjawab: “ya” atau “tidak”. Maka, Ia mengembalikan persoalan dan jerat kepada mereka sendiri: yang kalian pakai sebagai sarana pembayaran itu uang siapa? Ternyata uang Kaisar! Jangan lupa: uang itu mereka miliki dan tunjukkan di pelataran Bait Allah! Itu sikap munafik yang dikecam Yesus: memakai uang-kafir di pelataran Bait suci! Yesus menuntut kesejatian diri: kalau kalian memakai fasilitas Roma atau Kaisar, kalian wajib membayar pajak kepada Roma. Itulah yang menjadi hak negara! Lalu apa yang menjadi hak Allah? Dirimu sebagai “gambar Allah”! Pengabdian dan loyalitasmu sebagai anggota umat-Nya harus diarahkan kepada Allah saja. Menyeimbangan dua hal ini adalah tugas abadi setiap pengikut Tuhan. Beriman dan menjadi warga negara yang baik tidak perlu diperlawankan, tetapi juga tetap harus jelas dibedakan!
Tak perlu ikut-ikutan orang Farisi atau kelompok Herodian, memperlawankan Tuhan dan negara. Meski jika pemimpin atau pejabat negara bukan dari partai yang kita usung, kewajiban sebagai warga negara harus tetap jalan. Kita hidup merdeka di negara Indonesia ini, menikmati segala fasilitas yang disediakan negara, maka kita wajib membayar pajak kepada negara. Yesus tegas soal itu: berikan apa yang menjadi hak negara! Terlepas dari itu, kita tak boleh lupa akan identitas kita sebagai orang Katolik. Sesuai panggilan kita saat dibaptis, tugas panggilan itu harus kita penuhi: layani Tuhan dan Gereja Katolik dengan sepenuh hati! Itulah makna sesungguhnya dari kesejatian diri kita sebagai orang Katolik sekaligus orang Indonesia. 100% Katolik, 100% Indonesia. Salam merdeka!
(Budi Ingelina – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Hari Orang Muda Sedunia – Kita berdoa semoga perayaan hari Orang Muda Sedunia di Lisbon dapat membantu orang muda untuk menghidupi dan menjadi saksi Injil dalam kehidupan mereka.
Ujud Gereja Indonesia: Cita-cita kemerdekaan – Kita berdoa, semoga pemerintah, anggota DPR, para elit politik, dan kaum cendikiawan bersama-sama serius memperjuangkan cita-cita kemerdekaan dan keutuhan bangsa, dan tidak saling bertengkar serta saling mencari kesalahan, yang membingungkan masyarakat dan memecah belah kesatuan serta kerukunan.
Amin
