Renungan Harian Misioner
Jumat Pekan Biasa XIX, 18 Agustus 2023
P. S. Helena
Yos. 24:1-13; Mzm. 136:1-3,16-18,21-22,24; Mat. 19:3-12
Sejak dini, anak-cucu Abraham, Ishak, Yakub sangat mengimani, bahwa Allah menyelenggarakan sejarah Israel. Sejak awal sampai Langkah-langkah yang penuh lekuk-liku. Kondisi geografis dan psikis mereka sedemikan berat, sehingga mereka membaca dalam sejarah bangsa itu: segalanya hanya mungkin teratasi, dengan kekuatan transenden Sang Mahakuasa, yang melampaui alam maupun kecerdasan manusiawi. Dalam keyakinan mereka, situasi gurun maupun alam semesta secara menyeluruh dapat diatasi, hanya karena Allah setia menuntun perjalanan umat. Mereka yakin sekali akan kuatnya Tangan Allah. Hal serupa juga sering kita hayati di masa sekarang ini.
Bacaan I: Yos. 24:1-3 memperlihatkan menyeluruhnya bimbingan dari Yang Mahakuasa sejak Mesopotamia, sampai sejarah terbaru. Allah memang Raja semesta alam dan menguatkan umat: tidak tersangkal sama sekali. Itulah sebabnya, berita dalam Yoshua tersebut menguatkan iman umat Allah secara mendasar. Kisah Tradisi itu menciptakan alas yang benar-benar menyebabkan iman Israel sejak awal sangat kuat dan mereka menjadi bangsa beriman, yang melampaui kekuatan banyak bangsa di sekitar mereka. Alam dan sejarah bangsa menjadi tanda Kasih.
Refleksi kita: apabila kita mengenangkan sejarah pribadi dan bangsa kita, benar kuatkah iman kita pada Allah Sang Pencipta yang Tercinta?
Dalam Tanggapan yang diambil dari Mzm. 136: 1-3.16-18.21-22.24 berkembanglah iman Israel: dari sekadar membaca gejala-gejala alamiah, sampai keyakinan akan relasi cinta Allah kepada Bangsa Kecil ini, yaitu kesetiaan Pencipta, yang nampak sebagai cinta kasih Yang Mahakuasa.
Pengantar Injil:1 Tes 2:13 memaparkan kita pada pengalaman batin, bagaimana Kitab Suci disambut sebagai Sabda Allah, bukan sekadar rangkaian kata-kata manusia, sebagaimana sering diperdengarkan oleh madah-madah budaya bangsa di sekeliling Israel, yang tersebar luas.
Injil: Mat. 19:3-12 membawa umat Perjanjian Baru, yang mau mendalami sejarah Israel, yang kadang kala merangsang kebingungan: dari satu sisi ada kisah mengenai kepercayaan akan Pranata yang diberikan Allah kepada Israel, dari sisi lain kadang kala tersirat toleransi Allah pada nafsu manusia. Bagaimana mungkin Allah memberikan toleransi kepada manusia pendosa, yang sering tunduk kepada nafsu alami. Dalam penjelasannya, Matius menunjukkan, betapa Allah bermurah hati kepada kelemahan Israel, sehingga memberi kelonggaran kepada kelemahan anak-cucu Abraham, Ishak, Yakub, tanpa mencabut ketegasan Hukum Ilahi.
Refleksi kita: sejauh manakah kita menyambut kemurahan hati Ilahi saat kita berhadapan dengan kelemahan dan dosa. Kalau demikian, siapkah kita menundukkan kepala untuk mengakukan dosa dan bertobat?
(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Hari Orang Muda Sedunia – Kita berdoa semoga perayaan hari Orang Muda Sedunia di Lisbon dapat membantu orang muda untuk menghidupi dan menjadi saksi Injil dalam kehidupan mereka.
Ujud Gereja Indonesia: Cita-cita kemerdekaan – Kita berdoa, semoga pemerintah, anggota DPR, para elit politik, dan kaum cendikiawan bersama-sama serius memperjuangkan cita-cita kemerdekaan dan keutuhan bangsa, dan tidak saling bertengkar serta saling mencari kesalahan, yang membingungkan masyarakat dan memecah belah kesatuan serta kerukunan.
Amin
