Renungan Harian Misioner
Minggu, 20 Agustus 2023
HARI MINGGU BIASA XX
Yes. 56:1,6-7; Mzm. 67:2-3,5,6,8; Rm. 11:13-15,29-32; Mat. 15:21-28
Dalam bacaan Injil hari Minggu ini, Yesus memuji seorang perempuan Kanaan karena imannya yang besar kepada Yesus. Kisahnya dimulai ketika Yesus menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon, seorang perempuan Kanaan datang kepada-Nya dan mohon supaya Yesus menyembuhkan anak perempuannya yang kerasukan setan dan sangat menderita. Pada mulanya Yesus tampak tidak menghiraukannya. Yesus menegaskan bahwa Dia diutus hanya kepada anak-anak (domba-domba Israel) yang hilang dari umat Israel. Pernyataan Yesus ini tidak membuat perempuan Kanaan itu menyerah. Ia justru mendekat dan menyembah Yesus sambil mohon “Tuhan, tolonglah aku”(Mat. 15:25). Yesus menjawab, “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing” (Mat. 15:26). Apa yang Yesus maksudkan dengan ungkapan “melempar roti ke anjing”? Orang Yahudi sering berbicara tentang orang bukan Yahudi dengan arogan sebagai “anjing najis” karena orang bukan Yahudi tidak mengikuti hukum Tuhan dan dikeluarkan dari perjanjian Tuhan dengan orang Israel. Ada referensi lain untuk “anjing” dalam Injil Matius di mana Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing” (Matius 7:6). Yesus menguji iman wanita ini untuk melihat apakah dia bersungguh-sungguh dalam menerima hal-hal kudus dari tangan Allah Yang Kudus.
Berhadapan dengan pernyataan Yesus, perempuan Kanaan itu sepenuhnya menerima kenyataan dirinya. Dia setuju dengan penilaian Yesus sambil melanjutkan pembelaannya: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya” (Mat. 15:27). Jawaban cerdas dari perempuan itu menunjukkan imannya yang besar dan tangguh, yang berkebalikan dengan para murid yang kurang percaya (bdk. Mat. 6:30; 8:26). Identitasnya sebagai orang Kanaan dan berjenis kelamin perempuan sebenarnya merupakan halangan besar dan berat untuk bertemu dengan Yesus yang adalah orang Yahudi dan seorang laki-laki. Sebagai orang bukan Yahudi, ia tidak terikat perjanjian dengan Allah sebagai bagian dari umat pilihan-Nya dan tidak diterima oleh orang Yahudi. Namun, denganmenyapa Yesus sebagai “Anak Daud” (Mat. 15:24), ia mengungkapkan imannya kepada Yesus sebagai Mesias Yahudi. Sebagai seorang perempuan, ia tidak pantas mendekati laki-laki Yahudi. Namun, perempuan Kanaan ini memiliki keberanian untuk tampil di depan umum dan berbicara dengan seorang laki-laki Yahudi, yakni Yesus. Dia tidak takut dengan kehadirannya di depan umum di antara orang Yahudi dan di tengah lingkaran Yahudi yang kebanyakan adalah laki-laki.
Identitasnya sebagai orang Kanaan dan sebagai seorang perempuan sebenarnya sama sekali tidak memungkinkan dia untuk mendekati Yesus serta meminta Yesus untuk menyembuhkan anaknya yang kerasukan setan dan sangat menderita. Namun, perempuan Kanaan itu mengambil inisiatif untuk mendekati Yesus dan dia keluar dari wilayahnya.Meskipun ada halangan identitasnya, ia tidak menyerah. Imannya luar biasa! Dia membuktikan iman yang mendalam akan kekuatan ajaib Yesus dan belas kasihan Yesus. Yesus akhirnya mengakui iman yang luar biasa dari perempuan itu: “Hai ibu, besar imanmu! Terjadilah kepadamu seperti yang kau inginkan” (Mat. 15:28). Imannya menjadi alasan utama bagi Yesus untuk mengabulkan permintaannya: “Seketika itu juga anaknya sembuh”(Mat. 15:28). Perempuan Kanaan dipuji oleh Yesus bukan hanya karena dia percaya pada belas kasihan Yesus untuk menyembuhkan anaknya, tetapi lebih dari itu karena ia berani menerobos halangan-halangan identitasnya sebagai seorang non-Yahudi dan sebagai seorang perempuan demi imannya akan Yesus dan cinta yang luar biasa kepada anaknya.
Apa yang dapat kita pelajari dari perempuan Kanaan ini? Keberanian dan daya tahan perempuan Kanaan dalam mengatasi semua rintangan yang dia hadapi membuktikan imannya yang sangat kuat dan mendalam untuk membiarkan Yesus memberkatinya dengan rahmat dan kesembuhan putrinya. Perempuan Kanaan mengajarkan kitatentang universalitas anugerah Tuhan dalam diri Yesus, yaitu bahwa cinta tanpa syarat Tuhan tersedia untuk semuaorang, tidak terkecuali. Yesus memproklamasikan keadilan dan kebenaran kepada seluruh umat manusia, terlepas dari status agama, ras, dan sosial ekonomi dari orang yang membutuhkan-Nya. Kisah ini memberi kesaksian bahwa walaupun perempuan itu berasal dari bangsa kafir, tetapi ia mau percaya pada Yesus sebagai sosok Penyelamat. Ia merendahkan diri, menyembah-Nya, dan memohon belas kasih-Nya. Ia percaya pada kuasa dan kasih Yesus yang tak terbatas. Kita tentu tidak memiliki halangan identitas untuk mendekati Yesus, menyembah-Nya dan memohon bantuan-Nya sebagaimana yang dialami oleh perempuan Kanaan. Namun, apakah kita mendekati dan menyembah Tuhan Yesus dengan pengharapan iman yang penuh ketika kita berhadapan dengan berbagai kesulitan, tantangan dan cobaan dalam hidup kita? Mari kita belajar dari perempuan Kanaan yang mencari Yesus dengan iman sungguh-sungguh!
(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen Universitas Katolik Weetebula, NTT)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Hari Orang Muda Sedunia – Kita berdoa semoga perayaan hari Orang Muda Sedunia di Lisbon dapat membantu orang muda untuk menghidupi dan menjadi saksi Injil dalam kehidupan mereka.
Ujud Gereja Indonesia: Cita-cita kemerdekaan – Kita berdoa, semoga pemerintah, anggota DPR, para elit politik, dan kaum cendikiawan bersama-sama serius memperjuangkan cita-cita kemerdekaan dan keutuhan bangsa, dan tidak saling bertengkar serta saling mencari kesalahan, yang membingungkan masyarakat dan memecah belah kesatuan serta kerukunan.
Amin
