Renungan Harian Misioner
Senin Pekan Biasa XXI, 28 Agustus 2023
P. S. Augustinus (Uskup dan Pujangga Gereja)
1Tes. 1:2b-5,8b-10; Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9b; Mat. 23:13-22; atau dr RUybs
Dalam Injil hari ini, Yesus mengkritik dan mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Yesus mengkritik mereka bukan hanya karena kemunafikan mereka dalam hidup keagamaan, tetapi juga karena mereka merintangi orang yang berusaha masuk surga. Yesus marah kepada para pemimpin agama karena mereka gagal mendengarkan firman Tuhan dan menyesatkan orang-orang yang seharusnya mereka ajar dan pimpin di jalan Tuhan. Mereka menuntun orang bukan kepada tujuan dan cara hidup yang dikehendaki Allah bagi umat-Nya. Sebaliknya, mereka secara membabi buta menuntun orang kepada gagasan, aturan, dan praktik mereka sendiri yang tidak dikehendaki atau diwajibkan oleh Allah.
Yesus memberikan beberapa contoh untuk menunjukkan betapa salahnya mereka dalam berpikir dan bertindak.Dalam celaan pertama (Mat. 23:13-14), Yesus mengkritik para ahli Taurat dan kaum Farisi bukan saja karena mereka sendiri gagal masuk ke dalam Kerajaan Allah, tetapi yang lebih buruk, mereka merintangi orang yang berusaha untuk masuk.
Celaan kedua (Mat. 23:15) adalah sebuah tuduhan bahwa orang non-Yahudi yang menganut agama ahli Taurat dan kaum Farisi adalah dua kali lebih jahat dan lebih tersesat daripada gurunya. Yesus memperingatkan bahwa pada akhirnya mereka akan menjadi “orang nereka” dan bukan “anak-anak Allah”. Ahli Taurat dan orang Farisi memang sungguh berjuang untuk menobatkan orang-orang supaya mengikuti agama yang mereka anut, tetapi mereka menuntut aturan-aturan dan praktik-praktik keagamaan yang tidak perlu, bahkan sangat memberatkan pengikutnya. Aturan-aturan dan praktik-praktik keagamaan yang mereka tetapkan sungguh jauh dari apa yang sangat penting dalam agama, yaitu cinta kepada Tuhan dan cinta terhadap sesama.
Dalam bagian ketiga (Mat. 23:16-22), Yesus mencela pembedaan tanpa guna yang dibuat oleh kaum Farisi untuk tata cara sumpah. Pada zaman Yesus, kewajiban yang mengikat tidak ditentukan dengan kesepakatan tetapi melalui kata-kata seseorang, dengan sumpah publik. Untuk hal yang serius, nama Allah bisa disebut. Tetapi, seorang Yahudi yang saleh akan berkeberatan menyebutkan nama Allah dengan lantang. Yesus mengkritik mereka karena pada saat yang sama mereka membuat pengecualian bagi diri mereka sendiri dengan merancang cara-cara licik untuk menghindari sumpah-sumpah yang mengikat dan janji-janji khidmat yang telah mereka buat kepada Tuhan. Orang-orang Yahudi menganggap sumpah yang diucapkan kepada Tuhan sebagai kewajiban mengikat yang tidak boleh dilanggar dalam keadaan apa pun. Namun, orang-orang Farisi menemukan cara-cara cerdik untuk menghindari kewajiban mereka ketika ada ketidaknyamanan yang menghadang mereka.
Singkatnya, para ahli Taurat dan orang-orang Farisi lebih menyukai gagasan mereka tentang agama daripada gagasan tentang Tuhan. Mereka gagal memimpin orang lain kepada Tuhan karena mereka mengutamakan gagasan mereka sendiri tentang apa itu agama yang benar dan mereka gagal memahami arti dan maksud sebenarnya dari firman Tuhan. Melalui kesombongan dan kemunafikan mereka sendiri, mereka menutup pintu hati dan pikiran mereka terhadap kebenaran kerajaan Allah dan menutup pintu Kerajaan Surga bagi orang yang berusaha masuk. Pelajaran apa yang dapat kita petik dari celaan dan kritikan Yesus terhadap para ahli Taurat dan kaum Farisi? Kata-kata Yesus yang sangat keras dan bernada celaan memang ditujukan kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang merupakan pemimpin agama pada masa itu. Namun, dalam merenungkan kata-kata Yesus ini, kita hendaknya tidak hanya berpikir tentang para ahli Taurat dan orang Farisi pada zaman Yesus. Setiap kita seharusnya merefleksikan atau merenungkan kemunafikan yang ditemukan dalam diri kita masing-masing, dalam keluarga kita, dalam komunitas kita, dalam Gereja kita, dan di masyarakat saat ini.
Marilah kita bercermin pada bacaan Injil hari ini untuk menemukan jenis kesalahan dan kemunafikan dalam diri kitaserta menempuh jalan pertobatan sebagaimana yang dilakukan Santo Agustinus yang kita rayakan pestanya pada hari ini. Semoga berkat doa dan teladan Santo Agustinus, kita diberi kerelaan untuk menemukan kemunafikan dalam diri kita serta kesanggupan untuk mengarahkan hidup kita kepada tujuan dan cara hidup yang dikehendaki Allah. Dengan demikian, hidup kita tidak menjadi rintangan bagi kita sendiri dan bagi orang lain menuju Kerajaan Surga. Jangan tutup pintu Kerajaan Surga!
(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen Universitas Katolik Weetebula, NTT)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Hari Orang Muda Sedunia – Kita berdoa semoga perayaan hari Orang Muda Sedunia di Lisbon dapat membantu orang muda untuk menghidupi dan menjadi saksi Injil dalam kehidupan mereka.
Ujud Gereja Indonesia: Cita-cita kemerdekaan – Kita berdoa, semoga pemerintah, anggota DPR, para elit politik, dan kaum cendikiawan bersama-sama serius memperjuangkan cita-cita kemerdekaan dan keutuhan bangsa, dan tidak saling bertengkar serta saling mencari kesalahan, yang membingungkan masyarakat dan memecah belah kesatuan serta kerukunan.
Amin
