Renungan Harian Misioner
Kamis Pekan Biasa XXIV, 21 September 2023
Pesta S. Matius
Ef. 4:1-7,11-13; Mzm. 19:2-3,4-5; Mat. 9:9-13
Selama “JALAN BERSAMA PARA RASUL”, Guru Nasaret mengajak banyak sekali rakyat Galilea dan Yudea. Yesus MEMPERSATUKAN mereka dengan banyak cara: kadang sekadar dengan bercengkrama di rumahnya (seperti Andreas), sesekali dengan mengunjungi mereka di tempat mereka kerja sehingga mereka merasa diperhatikan waktu bekerja (seperti Yohanes), dapat pula sambil mengunjungi saudaranya yang sakit (seperti ketika Mertua Petrus sakit), pernah pula dengan makan-minum bersama (seperti di Kana) atau waktu saudaranya meninggal (seperti di Bethania) dst. Pelbagai situasi dan kondisi serta cara itu MEMPERSATUKAN MEREKA, bahkan makan istimewa (dalam Perjamuan Malam Terakhir). Yang terutama adalah “mempersatukan dengan Wafat di Golgota”).
Refleksi kita: kenangkanlah saat-saat istimewa, ketika Tuhan juga MEMPERSATUKAN keluarga atau kelompok atau komunitas Anda.
Bacaan I: Ef. 4:1-7,11-13, memperlihatkan, bagaimana Tuhan mempersatukan dengan pelbagai macam cara dan diselaraskan dengan situasi dan kondisi. “Kepada masing-masing kita” diberikan sapaan dan “jalan bersama” selaras dengan konteks pertemuan. Dalam pelbagai macam keadaan itu, Tuhan selalu mempersatukan kita. Pada awal, dalam situasi lanjutan seperti di sekitar Simon dan Paulus, maupun dalam masa sesudahnya, Tuhan MEMPERSATUKAN kita semua. Kita didekati agar dapat semakin akrab juga satu sama lain, justru karena sama-sama beriman kepadanya.
Refleksi kita: ingat-ingatlah, situasi dan kondisi lahir maupun batin, ketika Tuhan menyentuh hati Anda berikut teman atau keluarga Anda. Syukurilah.
Bacaan Injil: Matius 9:9-13, memaparkan kita pada peristiwa istmewa. Di situ Matius yang sedang bekerja, seperti biasanya setiap hari di tengah rakyat, didekati oleh Tuhan. Padahal, menurut cara pandang orang di sekitarnya, Matius itu dianggap bukanlah orang yang pantas didekati. Sebab ia dipandang, sebagai tidak dekat dengan rakyat Yahudi dan malah dekat dengan ‘penjajah’. Tuhan Yesus menyentuh hati orang, yang dianggap oleh sesamanya, sebagai ‘orang yang tidak baik’. Namun Matius sendiri merasa, ‘tersentuh hatinya’ sehingga ‘bertobat dan menjanjikan untuk berbuat baik kepada sesamanya. Kita mengetahui, bahwa Matius mencermati Pribadi Yesus secara mendalam, sehingga ia mencatat banyak tindakan, kata maupun isi ajaran Yesus sedemikian, sehingga dapat dipahami teman-temannya yang lain dan malah diwariskan bagi kita. Dari situ murid ini membagikan imannya kepada Yesus. Cara itu akan berkembang dalam sejarah Gereja selanjutnya. Dengan demikian tampak sekali, bahwa persahabatan Matius dengan Guru Nasaret itu tidak berhenti pada hari pertama, namun berkembang semakin lama semakin mendalam. Kecuali itu Matius membagikan imannya kepada orang yang berjumpa dengannya. Betapa indah sikap Matius, yang membuka telinga hatinya dan menggunakan lidah serta seluruh indranya untuk mewartakan Kabar Gembira Sang Mesias. Roh Kudus telah meneguhkan Matius dan menguatkannya untuk melanjutkan PENGUTUSAN Sang Putra sehingga tidak terbilang orang yang menerima sapaan Allah dan beriman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Refleksi kita: sejauh manakah iman kita kepada Tuhan merasuki diri kita sehingga menyentuh seluruh pribadi kita dan kita bagikan kepada siapa pun juga? Juga di masa sekarang, seberapa rela kita mewartakan Kabar Gembira Sang Mesias, sehingga Kabar Penyelamatan menjadi tanpa batas disambut orang lain?
(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Mereka yang terpinggirkan – Kita berdoa bagi saudara-saudara kita yang terpinggirkan, dan berada dalam situasi yang tidak manusiawi, semoga mereka tidak diabaikan oleh lembaga-lembaga masyarakat dan tidak dipandang lebih rendah dan kurang diperlukan.
Ujud Gereja Indonesia: Inspirasi pengampunan – Kita berdoa, semoga kita rajin membaca dan menggali inspirasi dari Kitab Suci tentang pertobatan, sehingga kita disadarkan, bahwa manusia siapa pun mempunyai hak untuk diampuni, jika mau menyesali kesalahannya, dan mohon pengampunan dari Tuhan yang Maha Rahim.
Amin
