Renungan Harian Misioner
Sabtu Pekan Biasa XXIV, 23 September 2023
P. S. Pius dr Pietrelcina (Padre Pio)
1Tim. 6:13-16; Mzm. 100:2, 3, 4, 5; Luk. 8:4-15; atau dari RUybs
Dalam sejarah Gereja dapat ditemukan banyak sekali murid Kristus, yang terpesona sekali pada Sang Putra. Mereka mengikuti jejak Yesus dengan cara beraneka. Yang paling serupa adalah “sama-sama mendapat salib”. Namun, itu pun masih dapat beraneka lagi. Sebab, Petrus disalib berkebalikan “atas-bawah” dengan Golgota. Ada yang disalib melintang. Ada pula penyaliban yang direkatkan pada tubuh dan badannya, sehingga tangan atau kakinya luka. Dalam seluruhnya, yang ingin disampaikan adalah “BAKTI MURNI”. Begitulah dengan Padre Pio.
Doa awal untuk misa merumuskan pujian Gereja: bahwa Tuhan dimohon menganugerahkan “kemurnian” bagi para imam. Harapannya adalah, agar para imam menjadi utusan yang secara murni melaksanakan imamatnya sedemikian sehingga Sang Kristus diwartakan kepada semuanya.
Bacaan Pertama: 1 Tim. 6:13-16, mengajak murid Kristus untuk secara tulus melaksanakan pengutusan Tuhan sehingga Kehendak Bapa terwujud secara utuh. Di sanalah terwujud segala, yang secara kata per kata diucapkan dalam doa bersama maupun doa pribadi, oleh awam maupun imam. Mengapa hal itu penting? Sebab, dalam ajaran-ajaran-Nya, Yesus kerap mengingatkan, agar para pengikut-Nya tidak hanya bicara mengenai apa yang dinubuatkan dalam Alkitab, tetapi di dalam hati, semua itu harus dihayati pula dengan setia dan tulus sesuai intensi hidup.
Mazmur Tanggapan: Mzm. 100, memberi teladan, agar umat melaksanakan ibadat dan doa dengan benar-benar baik; tetapi semuanya dilengkapi dengan sikap batin, yang menunjukkan tekad menundukkan kepala kepada Allah, sebagai isi murni dari sikap lahiriah ibadat itu.
Bacaan Injil: Luk. 8:4-15, iman ditaburkan Allah dalam diri para hamba-Nya secara benar. Artinya, jangan sampai benih iman terjepit dalam pelbagai kepentingan manusiawi. Jangan sampai iman terperosok ke dalam kerumitan hidup, yang menutupi kejujuran bakti kepada Allah. Kita diundang untuk menjiwai ibadat dengan kemurnian tekad mencari kemuliaan Allah sampai ke lubuk hati yang terdalam. Dengan cara itu, kita dapat mengikuti jejak Padre Pio, yang tidak henti-hentinya mengajak umat untuk beribadat secara lahir dan batin demi kemuliaan Allah. Hal itu hanya mungkin terwujud, apabila kita mau membuka hati kita, sehingga Roh menguduskan jiwa raga kita.
Marilah kita memuliakan Allah dengan ibadat, hidup bersama dan saling menolong sehingga langkah demi langkah melibatkan diri dalam pembangunan Keluarga Allah. Kita mohon kerendahan hati yang mendalam.
(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Mereka yang terpinggirkan – Kita berdoa bagi saudara-saudara kita yang terpinggirkan, dan berada dalam situasi yang tidak manusiawi, semoga mereka tidak diabaikan oleh lembaga-lembaga masyarakat dan tidak dipandang lebih rendah dan kurang diperlukan.
Ujud Gereja Indonesia: Inspirasi pengampunan – Kita berdoa, semoga kita rajin membaca dan menggali inspirasi dari Kitab Suci tentang pertobatan, sehingga kita disadarkan, bahwa manusia siapa pun mempunyai hak untuk diampuni, jika mau menyesali kesalahannya, dan mohon pengampunan dari Tuhan yang Maha Rahim.
Amin
