T-SoM III – ASG Bukan Sekadar Teori Tapi Perlu Aksi

Hari kedua kegiatan Pernas III T-SoM Angkatan ke-3 dibuka dengan misa konselebrasi yang dipimpin oleh RP. Alfonsus Widhiwiryawan, SX. 

Sebelum sarapan para remaja diberikan pengarahan oleh RD. Junarto Timbang, Dirdios K.A. Makassar. Ada 10 tempat live-in yang akan dikunjungi. Para remaja T-SoM dibagi dalam dua belas kelompok, yang masing-masing akan didampingi oleh kakak pendamping. Sudah dipersiapkan angkutan umum, yang disebut pete-pete untuk menghantar setiap kelompok ke tempat tujuan live-in. Sementara untuk pulang, para remaja diminta untuk mengatur sendiri dengan dibekali uang transport.

Ada bermacam bidang usaha yang dipilih untuk menjadi tempat live-in para remaja T-SoM dalam mempraktikkan Ajaran Sosial Gereja (ASG), antara lain: industri, perikanan, penjual makanan, distribusi farmasi, warung kopi, furniture dan produksi spring bed

Bermacam pengalaman unik didapatkan dari kegiatan live-in ini. Biro Nasional mengunjungi beberapa lokasi untuk melihat bagaimana situasi dan keadaan para remaja T-SoM. Ada yang terlihat antusias namun ada juga yang tampak bosan karena tidak banyak yang bisa dilakukan. Ada beberapa pemilik usaha merasa tidak tega untuk sungguh-sungguh meminta para remaja bekerja secara serius dan profesional. Bahkan ada yang memperlakukan para remaja seperti tamu, disuguhi bermacam-macam makanan. 

Namun ada juga yang benar-benar berbaur dengan para karyawan, melakukan pekerjaan secara profesional. Berikut komentar dari para remaja:

“Kami merasakan bagaimana repotnya karyawan yang menjaga restoran. Jadi teman-teman, tolong jika pesanan datang lama, tolong dimengerti karena ternyata di belakang itu lebih susah daripada kita yang menunggu makan. Jadi tolong hargai semua pekerjaan yang ada, dan jangan marah-marah dengan staf restoran” (Sirilus Wempi Kesu, Pendamping T-SoM K. Palangkaraya).

“Pengalaman luar biasa, meskipun berat karena ini pengalaman pertama kali. Mesti antar makanan, bersih-bersih, berat… Cuman di balik itu ada juga yang didapatkan. Kita harus menghargai pekerjaan orang lain karena di luar sana masih banyak orang yang tidak punya pekerjaan. Juga ada orang yang menganggap rendah pekerjaan tertentu, seperti pelayan restoran. Padahal mereka sangat membantu orang yang mau makan siang, dinner…” (Pascasius Oka Apriza, T-SoM nasional K. Sintang). 

“Capek dan tidak gampang. Berdiri terus, saya tidak suka orang ramai dan tempat ramai. Bertemu orang capek. Tapi hari ini berhasil melakukan itu” (Vania Angelina Thomas, T-SoM KAMS).

Pak Andi, seorang supervisor dari salah satu bidang usah ketika diwawancarai BN KKI mengatakan bahwa para remaja belajar dengan cepat. Ketika ditanya apakah kehadiran remaja T-SoM mengganggu usaha yang sedang berjalan, ia mengatakan, “Justru tidak. Malah bisa membantu sebagai pengenalan untuk yang muda-muda bagaimana bekerja sama dengan baik.” 

Diharapkan dengan pengalaman live-in sehari ini, meskipun pendek saja, dapat diproses para remaja untuk menjadi pengalaman iman mereka. Kemudian dengan pembekalan Kitab Suci dan ajaran Gereja yang telah mereka dapatkan secara rutin, nantinya para remaja dapat melakukan aksi nyata untuk berbagi kasih dengan sesama di manapun mereka berada, terutama di keuskupan mereka masing-masing.

Malam harinya para remaja berkumpul kembali untuk melakukan diskusi kelompok. Mereka diminta untuk membuat video pengalaman live-in yang nantinya akan direfleksikan pada hari terakhir. Ada beberapa poin yang dijelaskan dalam video tersebut, antara lain: situasi tempat, masalah sosial yang ditemukan di tempat tersebut, analisa masalah, prinsip Ajaran Sosial Gereja mana yang dapat diterapkan untuk menyelesaikannya dan alasan mengapa kita harus membantu orang-orang yang mengalami masalah ASG. 

(Budi Ingelina – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia)

Tinggalkan komentar