Renungan Harian Misioner
Rabu Pekan Biasa XXX, 01 November 2023
HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS
Why. 7:2-4,9-14; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; 1Yoh. 3:1-3; Mat. 5:1-12a
Pada penglihatan yang disaksikannya dalam Kitab Wahyu, Yohanes menceritakan bahwa seorang malaikat yang muncul dari tempat matahari terbit memberi perintah kepada keempat malaikat lainnya untuk menahan penghakiman mereka atas bumi, sampai hamba-hamba Allah selesai dimeteraikan oleh meterai Allah pada dahi mereka masing-masing! Dalam Kitab Suci, keselamatan ilahi sering digambarkan datang dari Timur, demikian maka digambarkanlah malaikat pembawa meterai dari Allah yang hidup itu muncul dari arah sana.
Pemberian meterai itu adalah simbol status umat yang telah ditebus oleh Allah dan menjadi milik-Nya. Diberi karunia meterai Tuhan, berarti beroleh meterai yang dengannya Roh Kudus telah menjadi jaminan perlindungan dari kekuatan yang menghancurkan sehingga kita beroleh keselamatan kekal (bdk. 2Kor. 1:21-22; Ef. 1:13-14). Lalu siapakah yang dimeteraikan itu? Yohanes menuliskan jumlah 144.000 orang dari semua suku keturunan Israel. Hal ini melambangkan totalitas secara keseluruhan umat beriman yang telah ditebus oleh Anak Domba dan dipandang sebagai milik Allah.
Pada penglihatan berikutnya Yohanes melihat lagi kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Ini memperlihatkan kesatuan dari kumpulan orang yang tidak terbatas pada para martir yang dibunuh karena firman Allah dan kesaksian mereka, namun juga semua orang dari segala bangsa, suku, kaum dan bahasa yang beroleh jubah putih lambang kebenaran Kristus dan kesetiaan mereka dalam iman. Dengan memegang daun palem di tangan, mereka menunjukkan kemenangan dan sukacita, memuji dan menyembah Allah karena mereka telah beroleh pembebasan, bukan hanya dari berbagai kejahatan, tetapi juga dari segala hal yang menghalangi persatuan mereka dengan Allah (dosa, setan dan maut). Mereka beroleh kepenuhan hidup di hadapan Allah dan kehidupan kekal dalam Kerajaan-Nya.
Kita semua telah dibaptis dan menjadi anak-anak Allah. Inilah anugerah Roh bagi kita yang menerima Yesus sebagai gaya hidup kita. Pembaptisan adalah meterai kehidupan abadi (St. Ireneus). Orang beriman yang mempertahankan meterai sampai akhir dan setia pada tuntutan yang diberikan karena baptisannya, dalam iman akan mati dengan harapan memandang Allah yang membahagiakan, serta dalam harapan akan kebangkitan. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci, karena yang kudus hanya dapat bersatu dengan yang kudus juga.
Tapi bagaimana supaya kita juga layak berdiri di tempat-Nya yang kudus? Penginjil Matius menawarkan program hidup Kristiani yang mutlak untuk dipraktikkan dalam 8 Sabda Bahagia yang dialamatkan kepada semua manusia (angka 8 menunjukkan totalitas). Sabda Bahagia itu ditujukan bagi setiap orang, entah dia Kristen atau tidak, asalkan hidup mutlak sesuai pada kesetiaan tuntutan kebenaran yang diwartakan oleh Injil, apapun kondisi hidupnya. Matius menunjukkan sikap batin dan pola-pola perilaku untuk memasuki Kerajaan kekekalan itu. Dan akibat dari penghayatan serta penerapan Sabda Bahagia ini, seharusnya sikap-sikap dan gaya hidup Kristus nampak lebih nyata dalam kehidupan umat Kristiani, sebab mereka (seharusnya) sudah sadar akan peran Kristus dalam mewujudkan penyelamatan-Nya.
Ketiga Sabda Bahagia pertama mengungkapkan peran utama kedatangan Yesus, yaitu Kerajaan Allah sudah dekat. Allah yang memihak kepada kaum kecil, rendah hati, lemah, tertindas, merupakan suatu teologi yang menunjukkan bahwa Allah memilih bukan karena ‘apa’ yang dimiliki oleh orang-orang itu, melainkan semata-mata anugerah Roh itu sendiri. Menjadi miskin di hadapan Allah bukan kemiskinan fisik, melainkan sikap rendah hati dan ingin hidup dipimpin oleh kehendak Allah yang merajainya. Mengikuti Yesus, selalu menempatkan kita dalam keadaan miskin, lapar, menangis, dianiaya. Menjadi orang-orang Kristiani yang ‘sekarang’ berada dalam situasi itu, akan beroleh kebahagiaan karena sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang.
Pada sabda-sabda tersebut setiap orang diajak mengolah batinnya supaya menjadi miskin di hadapan Allah dan lemah lembut. Mereka yang berdukacita atas kemalangan orang yang tegar tengkuk dan senantiasa menolak Yesus, akan dihibur. Yang haus dan lapar akan kebenaran serta suci hatinya, akan dipuaskan dan melihat Allah. Olah batin ini merupakan suatu proses untuk menjadi serupa dengan Kristus yang harus diupayakan terus menerus dengan setia dan taat. Penghayatan akan oleh batin tersebut akan tampak dalam pola-pola perilaku kehidupan anak-anak Allah, yaitu: kemurahan hati, membawa damai dan segala perbuatan baik (kebenaran) yang disaksikan setiap saat. Dengan sikap batin dan pola perilaku seperti inilah kita berharap boleh sujud di hadapan takhta-Nya dan menyembah Allah bersama para kudus di sorga. (ek)
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Untuk Bapa Suci – Kita berdoa untuk Bapa Suci, semoga dalam menjalankan tugas perutusannya, Beliau dapat terus menemani umat yang dipercayakan kepadanya dengan pertolongan Roh Kudus.
Ujud Gereja Indonesia: Kekerasan seksual – Kita berdoa, semoga institusi-institusi gerejani dapat menciptakan suasana dan rasa aman serta mampu menegakkan protokol yang bisa menjauhkan dan mencegah terjadinya kekerasan seksual terhadap mereka-mereka yang lemah dan rentan.
Amin
