Berbagi dengan Sesama Tanpa Mengharapkan Balasan

Renungan Harian Misioner
Senin, 06 November 2023
P. S. Nuno Pereira

Rm. 11:29-36; Mzm. 69:30-31,33-34,36-37; Luk. 14:12-14

Sejak dalam masa pendidikan dan pendampingan kedua orang tua maupun para gurunya, seorang anak kecil akan diarahkan untuk memiliki prinsip hidup yang baik, benar dan diajarkan agar memiliki keterbukaan serta kepekaan terhadap sesamanya. Anak akan diarahkan juga untuk memiliki sikap solider dengan teman-temannya atau sesamanya. Penanaman nilai-nilai kehidupan ini sangatlah penting karena akan berefek pada pandangan anak nantinya tentang siapakah sesamanya dan apa yang diharapkan dari sesamanya. 

Sebagai Guru yang baik, adil dan benar, Yesus coba membuka wawasan orang yang mengundang Dia, tentang bagaimana perlakuannya terhadap sesamanya. Siapakah sesamanya? Siapa orang yang harus diperhatikan, dilayani? Bagaimana perlakukan terhadap mereka? Contoh yang digunakan Yesus adalah mengundang orang untuk hadir dalam perjamuan yang disediakan, entah perjamuan perkawinan, perjamuan syukuran ulang tahun, syukuran keberhasilan, dan lain sebagainya. Yesus tegas meminta agar orang itu menjauhkan diri dari sikap membeda-bedakan atau pengkotak-kotakkan orang dalam perlakuan, tindakan dan pelayanannya. Yesus melihat bahwa sering kali orang tidak peka melihat situasi hidup manusia secara umum, dan masih memiliki prioritas utama, pertama maupun terakhir. Yesus sangat mengharapkan sikap keadilan, kesetaraan, pemerataan dan kasih yang sama terhadap semua orang tanpa menutut balasan dari orang yang diundang atau dilayani. Maka ajakan pertama Yesus berupa larangan, “janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.”

Ajakan kedua Yesus berupa anjuran dan solusi adalah memperhatikan kaum disabilitas, kaum yang sering diperlakukan tidak adil dan disingkirkan dalam pergaulan. “Apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.” Larangan dan solusi yang diberikan Yesus ini di satu pihak memiliki nilai penghargaan yang tinggi dan luhur terhadap nilai hidup manusia dan di lain pihak melarang praktik diskriminasi dalam hidup bersama dengan yang lain.

Seorang misionaris, entah imam, biarawan-biarawati dan awam yang misioner akan diutus di tengah dunia dengan berbagai situasi manusia yang sangat beragam. Ada yang kaya, sederhana dan miskin dan bahkan sangat miskin, terlantar atau ditelantarkan oleh keluarganya. Dalam berhadapan dengan situasi ini seorang misionaris dituntut kepekaan hati, kejernihan pikiran dan keseimbangan dalam tindakan atau pelayanannya. Fakta membuktikan bahwa sering kali seorang misionaris salah langkah dan terobsesi, termotivasi untuk memilih yang terbaik yang notabene memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri. Bila sikap ini yang dipraktikkan maka akan berakibat fatal dan bahkan akan gagal dalam misi perutusan Tuhan dan komitmen dari seorang misionaris yang harus hadir untuk melayani semua orang. 

Kita harus tetap berkomitmen pada misi perutusan Yesus, melayani dan memperlakukan semua orang secara baik, benar, adil dan kasih tanpa mengharapkan balasan. Ingat setiap pengorbanan akan dibalas oleh Allah sendiri atau dalam bahasa Yesus di kisah Injil hari ini, “sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.” 

Pesan misi: seorang misionaris diutus untuk berbagi sukacita Injil dengan semua orang, golongan dan budaya. Jauhkan diri dari sikap diskriminatif dan hidupi semangat solider dengan semua orang. 

(RP. Martin Nule, SVD – Dirdios Karya Kepausan Indonesia Keuskupan Agung Medan)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalUntuk Bapa Suci – Kita berdoa untuk Bapa Suci, semoga dalam menjalankan tugas perutusannya, Beliau dapat terus menemani umat yang dipercayakan kepadanya dengan pertolongan Roh Kudus. 

Ujud Gereja Indonesia: Kekerasan seksual – Kita berdoa, semoga institusi-institusi gerejani dapat menciptakan suasana dan rasa aman serta mampu menegakkan protokol yang bisa menjauhkan dan mencegah terjadinya kekerasan seksual terhadap mereka-mereka yang lemah dan rentan. 

Amin

Tinggalkan komentar