Hukum Kasih

Renungan Harian Misioner
Rabu Pekan Biasa XXXI, 08 November 2023
P. S. Teoktista

Rm. 13:8-10; Mzm. 112:1-2,4-5,9; Luk. 14:25-33

Seluruh ciptaan Tuhan sudah diadakan “sesuai dengan apa yang ditentukan Allah ketika Penciptaan”. Oleh sebab itu, kisah dosa Adam mau memperlihatkan, bagaimana Allah yang menciptakannya karena mengasihi, sudah ditinggalkan oleh manusia. Dengan kata lain, Adam sudah meninggalkan cinta kasih Allah dengan cara menghindar dari apa yang sudah ditentukan Allah. Kelak, anak-cucu-nya juga akan pernah ‘melanggar ketentuan’ Allah. Wujudnya: melanggar Hukum Kasih. 

Refleksi: sejauh manakah kita tak menghargai kasih Allah dengan melanggar apa yang ditentukan Allah? Dengan melanggar itu, maka manusia menolak kasih Allah. Caranya: melawan Hukum Allah. Siapkah kita?   

Bacaan I: Rm. 13:8-10: Paulus bertobat dengan menyadari, bahwa ia dipanggil untuk memenuhi dan bukannya melanggar Hukum Taurat, apalagi membenci seraya meninggalkan kasih di antara umat Allah. Dengan demikian, ia memperlihatkan, betapa pelaksanaan Hukum Israel adalah perwujudan Kasih Allah, yang sudah diberikan sejak awal Perjanjian Lama. Sikap dasar itu membalut seluruh hidup Umat Israel dan kemudian juga membebat Paulus, yang mengakui iman akan Allah dalam seluruh Hukum Taurat. Murid Kristus diundang mengambil sikap yang serupa. 

Refleksi kita: sejauh manakah kita sungguh mau mendengarkan Kehendak Allah, melaksanakan Hukum-Nya, sebagai tanda menerima kasih-Nya? Lalu, apakah kita juga siap untuk mengasihi sesama, dan bukan membenci sesama demi sikap egoistis kita? Maukah konsekuen? 

Bacaan Injil: Luk. 14:25-33: Tuhan Yesus sudah berkali-kali menegaskan, betapa petingnya bahwa murid Kristus mengikuti sikap dasar Kristus, untuk mengarahkan hatinya kepada Allah, yang mengutus-Nya menunjukkan kerahiman-Nya. Dalam pada itu, semua itu perlu dilaksanakan di tengah keuarga dan bangsanya, tanpa menjadikan mereka sebagai ‘sesembahan baru’. Artinya: Bapa tetaplah Allah yang Mahakuasa dan merupakan pusat bakti kita seluruh hidup; jangan sampai kita menjadikian benda atau ciptaan menjadi sesembahan kita. Oleh sebab itu, kita dipanggil mengikuti jejak langkah Tuhan, sampai ikut memanggul salib dan mempersembahkan diri dengan Salib. Untuk itulah Pengorbanan Diri Tuhan Yesus. 

Refleksi kita: apakah kita mau ikut Tuhan Yesus sampai Salib? Apakah kita benar-benar penuh bakti dan tidak menyembah berhala?  Mempersembahkan seluruh hidup kepada Tuhan Allah?

Marilah berdoa: “Kemuliaan kepada Bapa, dan Putra dan Roh Kudus”. 

(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalUntuk Bapa Suci – Kita berdoa untuk Bapa Suci, semoga dalam menjalankan tugas perutusannya, Beliau dapat terus menemani umat yang dipercayakan kepadanya dengan pertolongan Roh Kudus. 

Ujud Gereja Indonesia: Kekerasan seksual – Kita berdoa, semoga institusi-institusi gerejani dapat menciptakan suasana dan rasa aman serta mampu menegakkan protokol yang bisa menjauhkan dan mencegah terjadinya kekerasan seksual terhadap mereka-mereka yang lemah dan rentan. 

Amin

Tinggalkan komentar