Renungan Harian Misioner
Senin Pekan Biasa XXXII, 13 November 2023
P. S. Stanislaus Kostka
Keb. 1:1-7; Mzm. 139:1-3,4-6,7-8,9-10; Luk. 17:1-6
Di kalangan para anak cucu Abraham-Ishak-Yakub, maupun dalam bangsa mana pun, terdapat banyak ungkapan cinta kasih, yang memenuhi hidup pribadi maupun keluarga serta komunitas yang beraneka. Cinta kasih menjadi ‘daya’ (= ‘energeia’) yang membangun keluarga besar, suku, bangsa, persahabatan lintas bangsa. Kasih sayang juga menjadi bahan seni yang memperindah maupun memperdalam alam semesta dan kebudayaan tak terbilang. Anak cucu Israel diajak untuk memperdalamnya, tidak hanya sebagai tanda-tanda dan sarana hubungan persaudaraan, malah meresapkannya ke dalam pengalaman privat, kekeluargaan dan pengetahuan kemanusiaan yang menggapai cakrawala hidup.
Refleksi kita: sejauh manakah hidup kita diwarnai oleh cinta kasih sejak kanak-kanak, remaja sampai dewasa pula?
Bacaan I: Keb. 1:1-7: Cendekiawan Israel mendalami cinta-kasih, sebagai baik bagian hidup spiritual maupun hidup budaya mereka. Tidak sedikit pula pendalaman kebijaksanaan hidup, yang memperkaya, sehingga melampaui sisi materiil-biologis, sampai ke pengertian kebatinan serta kerohanian. Roh Kasih ada dalam sastra awal mereka sampai dengan zaman akhir, ketika masa pembuangan sudah lama lewat. Dalam situasi itu, suasana bangsa, keluarga besar, keluarga kecil sampai dengan gejolak pribadi manusia diwarnai oleh Roh Kasih. Banyak warna sastra, yang memperkaya kehidupan keluarga Israel sampai masa sekarang. Dalam dunia iman, kasih dan kepercayaan kepada Allah sangat memperkuat kehidupan rohani mereka.
Refleksi kita: di manakah warna kasih menyinari hidup pribadi, keluarga dan kehidupan bertetangga kita sekarang?
Bacaan Injil: Luk. 17:1-6 melukiskan dengan jelas, bagaimana warna kasih itu memberi terang secara benderang, seluruh suasana pengajaran, persahabatan maupun tindak-langkah Guru dari Nasaret. Berulang kali Ia menunjukkan, betapa cinta kasih menjadi inti dari ajarannya kepada para murid, supaya doa dan tindak langkah mereka senantiasa berpusat pada Kasih Sayang Allah. Di sini Ia mengajarkan, supaya murid Kristus benar-benar saling mengasihi, sehingga juga mampu secara mendalam dapat menjaga kasih serta saling mengampuni tanpa batas apa pun. Dasarnya bukanlah keuntungan atau kesenangan, melainkan iman kepada Allah. Di sana disadarkannya, bahwa Allah sudah lebih dahulu memberi cinta kasih kepada manusia sehingga mengutus Anak-Nya untuk tanda bahwa Ia sudi memberikan kerahiman dan mengampuni dosa manusia, yang tanpa batas. Di zaman kita sekarang, para murid Kristus masih tetap diberi panggilan “saling mengasihi” sedalam-dalamnya.
Refleksi kita: apakah hati kita terbuka akan Roh Kasih Kristus, sehingga dapat menjalankan panggilan untuk mencintai siapa pun, sampai kepada mereka yang membenci kita?
Marilah Berdoa: Roh Kasih Kristus, limpahilah kami dengan Kasih Sayang-Mu, agar dapat menyambut Kasih Bapa dengan menyayangi semua orang dan segala ciptaan.
(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Untuk Bapa Suci – Kita berdoa untuk Bapa Suci, semoga dalam menjalankan tugas perutusannya, Beliau dapat terus menemani umat yang dipercayakan kepadanya dengan pertolongan Roh Kudus.
Ujud Gereja Indonesia: Kekerasan seksual – Kita berdoa, semoga institusi-institusi gerejani dapat menciptakan suasana dan rasa aman serta mampu menegakkan protokol yang bisa menjauhkan dan mencegah terjadinya kekerasan seksual terhadap mereka-mereka yang lemah dan rentan.
Amin
