Renungan Harian Misioner
Sabtu Pekan Adven II, 16 Desember 2023
P. S. Sturmius
Sir. 48:1-4, 9-11; Mzm. 80:2ac,3b,15-16,18-19; Mat. 17:10-13
Kita sudah melalui Injil Matius bab 16, di mana telah terjadi pertentangan antara Yesus dan Petrus di sana. Petrus akhirnya mengerti, bahwa Yesus adalah Anak Allah yang hidup, tapi jalan pikirannya menentang rencana Allah (yang hidup itu), dia tidak menginginkan kematian Mesias. Ini adalah jalan pikiran setan yang memang tidak menghendaki kematian Mesias; iblis ingin Mesias menang, karena dalam kemenangan, kuasa iblis meraja di situ. Gambaran peristiwa dalam Injil hari ini berlangsung di sebuah gunung yang tinggi, yang sekaligus mengingatkan kita pada gunung di mana iblis melakukan godaan-godaan kepada Yesus. Di sana iblis telah menawarkan kekuasaan kepada Anak Manusia, namun tidak berhasil. Hari ini Yesus juga membawa para murid-Nya ke gunung yang tinggi, tetapi untuk menunjukkan jalan kepada ke-Allah-an yang benar.
Penggalan Injil hari ini, adalah bagian dari peristiwa Yesus dimuliakan di atas gunung. Yesus yang berubah rupa, terlihat bersama-sama dengan Musa dan Elia. Kedua tokoh dalam tradisi Perjanjian lama ini pernah berbicara dengan Allah semasa hidup mereka, dan hari ini mereka berbicara dengan Yesus. Musa adalah nabi yang menerima hukum Tuhan, dan Elia adalah nabi yang memperbarui komitmen umat pada hukum Tuhan.
Setelah pengakuan Petrus bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias, dan mendengar sendiri bahwa Allah menyatakan kembali bahwa Tuhan adalah Anak yang dikasihi-Nya, seharusnya para murid semakin diteguhkan. Namun mereka masih mempertanyakan mengapa Elia harus datang lebih dahulu sebelum Mesias datang? Rupanya para murid masih berpikir untuk apa Elia datang hanya sekejap saja seperti dalam penampakan di atas gunung? Sebagaimana Yesus menegaskan bahwa Ia tidak datang untuk mengubah atau membatalkan apa pun yang dinubuatkan Kitab Suci Perjanjian Lama, sekali lagi Ia katakan bahwa sungguh benar, Elia akan datang mendahului kedatangan Mesias. Janji Allah selalu digenapi, namun manusialah yang seringkali tidak memahaminya dan terus bertanya-tanya.
Ketika Yesus menjawab: “…Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka.” Ia mengajar mereka untuk melihat kenyataan yang ada, bahwa yang dimaksud bukanlah Elia yang naik ke surga dengan kereta berapi itulah yang akan datang kembali, tetapi seseorang yang dipenuhi roh seperti Elia sudah ada di tengah-tengah mereka dalam rupa Yohanes Pembaptis. Yesus memang tidak menyebutkan nama Yohanes, tetapi Dia telah memberikan mereka gambaran tentang Yohanes yang membuat mereka ingat tentang apa yang mereka kenal tentang dia. Yesus telah melibatkan pemikiran para murid dan membuat mereka secara aktif mengingat apa yang telah mereka lihat dan dengar dari Yohanes. Seperti Elia, Yohanes mengarahkan hati umat untuk mempersiapkan diri menyongsong kedatangan Mesias. Hanya, kehadiran ‘dalam rupa’ pribadi Yohanes Pembaptis inilah yang membuat orang-orang tidak mengenalnya. Mereka mengolok-olok Yohanes, menganiaya dia, memasukkannya ke dalam penjara dan akhirnya membunuh dia. Inilah yang dikatakan bahwa mereka memperlakukannya menurut kehendak mereka.
Memang kematian Yohanes adalah akibat dari Herodes, tapi ulah Herodes ini sangat menyenangkan bagi mereka yang tidak percaya kepada pemberitaan pertobatan yang disampaikan oleh Yohanes. Padahal pertobatan inilah yang dikatakan “akan memulihkan segala sesuatu”. Dengan menambahkan kalimat, “Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka,” Yesus mengingatkan para murid tentang penderitaan yang akan dialami-Nya, juga karena kedatangan-Nya di dalam dunia, tetapi dunia tidak mengenal-Nya! Sebab seandainya manusia mengenal-Nya, maka mereka tidak akan menyalibkan Kristus atau memenggal kepala Yohanes (bdk.1Kor 2:8). Akhirnya mereka juga mengerti dan percaya bahwa Yesus akan mengalami penderitaan dan kematian yang sama seperti dialami oleh Yohanes Pembaptis.
Bagi kita sekarang, yang harus dilakukan adalah mengikuti pengalaman rohani para murid. Mereka tadinya juga mengikuti pengertian orang-orang Yahudi pada masa itu, yang memandang Kitab Taurat (Musa) dan Kitab Nabi-nabi (Elia) sebagai perkataan hukum yang tidak boleh dibantah. Tetapi Allah telah berbicara di atas gunung agar kita semua mendengarkan Yesus saja. Maka kita harus merenungkan, merefleksikan dan menyelaraskan apa yang ditulis dalam Kitab Perjanjian Lama, dengan apa yang dikatakan Yesus dalam Kitab Perjanjian Baru. Saat kita dibingungkan oleh bacaan-bacaan sulit dalam Kitab Suci, berserah dirilah kepada Kristus dalam doa, agar Roh Kudus membuka pengertian dan memimpin kita kepada kebenaran yang sesungguhnya. (ek).
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Untuk mereka yang berkebutuhan khusus – Kita berdoa untuk mereka yang hidup dalam berkebutuhan khusus, semoga mereka menjadi pusat perhatian masyarakat dan lembaga-lembaga dapat memberikan program-program bantuan inklusif yang menghargai partisipasi aktif mereka.
Ujud Gereja Indonesia: Perubahan iklim – Kita berdoa, semoga kita bersyukur bahwa Tuhan telah berkenan menjadi manusia yang hidup di dunia, dan karena rasa syukur itu kita terdorong untuk secara individual maupun kelompok ikut mengatasi masalah perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang kini mengancam bumi sebagai rumah kita bersama.
Amin
