Menemukan dan Menerima Kehendak Allah dalam Dilema Kehidupan

Renungan Harian Misioner
Senin Pekan Adven III, 18 Desember 2023
S. Makrina Muda

Yer. 23:5-8; Mzm. 72:2,12-13,18-19; Mat. 1:18-24

Santo Yosef adalah pribadi yang tidak banyak diceritakan dalam Kitab Suci. Dia adalah orang yang tulus hati, yang kali ini mengalami suatu dilema karena melihat Maria, tunangannya, mengandung. Berdasarkan kisah yang kita baca atau dengarkan hari ini, kita bisa meyakini bahwa diketahuinya Maria mengandung tidak disertai pengetahuan bahwa ia mengandung dari Roh Kudus. Keputusan Yosef untuk menceraikan Maria secara diam-diam muncul karena Yosef tidak mengetahui ayah anak itu. Ia sendiri pasti merasa bukan ayahnya dan pasti pula ia berpikir bahwa tentu orang lain yang menjadi ayah anak itu. Keputusan Yosef untuk menceraikan Maria menunjukkan bahwa Yosef mengerti paham kesucian perkawinan sebagaimana dituntut oleh hukum Taurat (Ul. 22:2021). Fakta bahwa Maria mengandung tanpa diketahui siapa ayahnya, dapat dianggap sebagai perzinaan dan dengan demikian akan mendapat hukuman keras, yakni hukuman mati.

Namun, sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Suci, Yosef tidak mau mencemarkan Maria di depan umum (Mat. 1:19). Dengan kata lain, Yosef tidak ingin menjadikan Maria sebagai tontonan banyak orang.  Keputusan Yosef untuk menceraikan Maria secara diam-diam bukan berati tidak akan ada orang yang mengetahuinya, melainkan bahwa kondisi Maria yang mengandung tanpa diketahui siapa ayahnya tidak akan diperiksa secara resmi oleh Pengadilan Agama. Dengan cara itu, Yosef berusaha meluputkan Maria dari kemungkinan vonis hukuman mati yang bisa dijatuhkan oleh Pengadilan Agama. Apa yang dipikirkan dan direncanakan Yosef memperlihatkan adanya kebijaksanaan yang menonjol dalam diri Yosef, yakni di satu pihak dia secara setia dan taat terhadap hukum Allah, tetapi juga berusaha untuk tidak mencemarkan nama Maria di depan umum. Sikap Yosef inilah yang oleh penginjil Matius dikatakan sebagai sikap ‘yang tulus hati’, yaitu suatu sikap hati yang lurus menjalankan hukum Allah dengan setia, tetapi sekaligus menyelami jiwa dari hukum itu sebagai tuntunan menuju penghayatan cinta kasih yang sempurna, bukan untuk memberikan sanksi seberat-beratnya.  

Kekuatan apa yang ada di balik kebijaksanaan dan ketulusan hati Yosef? Tidak ada keraguan bahwa Yosef membawa masalah yang meresahkan dan dilematis ini kepada Tuhan dalam doa. Dia tidak terburu-buru menghakimi atau bereaksi atas dasar rasa sakit hati dan kemarahan. Dalam situasi dilematis, Tuhan menghadiahinya tidak hanya dengan bimbingan dan penghiburan, tetapi dengan jaminan ilahi bahwa Tuhan memang telah memanggil Yusuf untuk menjadi suami Maria dan untuk mengemban misi yang memerlukan iman, keyakinan, dan kepercayaan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Yusuf percaya pada pesan ilahi untuk mengambil Maria sebagai istrinya dan menerima anak dalam rahim Maria sebagai Mesias yang dijanjikan. Situasi dilematis juga dialami oleh Maria (Luk. 1:26-38). Maria harus menghadapi tantangan yang sangat besar terhadap iman dan kepercayaannya kepada Allah serta terhadap iman keluarganya dan Yosef, pria yang dipilihnya untuk dinikahinya. Dia diminta memikul beban tanggung jawab yang sangat besar. Belum pernah terdengar sebelumnya bahwa seorang anak dapat dilahirkan tanpa ayah kandungnya. Kehamilan di luar nikah tidak diperbolehkan pada masa itu. Maria diminta untuk menerima pengecualian ajaib terhadap hukum alam ini. Dia diminta untuk mengambil risiko yang besar. Dia bisa saja ditolak oleh Yosef, oleh keluarganya, oleh seluruh bangsanya sendiri. Dalam keadaan yang amat dilematis, Maria tetap percaya kepada Allah dan pada janji-janji- Allah.

Apa makna kisah iman Maria dan Yosef bagi kita? Maria dan Yosef adalah teladan iman bagi kita. Maria dan Yosef adalah adalah saksi setia rencana penebusan Allah bagi kita. Sebagaimana Maria dan Yosef, kita hendaknya percaya pada janji-janji Allah, bahkan ketika kita dihadapkan pada keadaan yang dilematis dan masalah yang tampaknya tidak dapat diatasi. Allah Bapa kita tidak meninggalkan kita sendirian. Tuhan telah memberikan kita Putra-Nya yang tunggal, Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus serta senantiasa menyertai kita. Kita hendaknya selalu bersukacita atas keselamatan yang datang dari Allah dalam diri Yesus, Sang Imanuel dan tetap percaya pada rencana dan kehendak ilahi untuk hidup kita, termasuk ketika kita berada dalam situasi yang paling dilematis. Marilah kita mohon bantuan doa Bunda Maria dan Santo Yosef supaya kita mampu menemukan, memahami dan menerima kehendak   Allah dalam setiap dilema kehidupan kita. 

(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen Universitas Katolik Weetebula, NTT)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Untuk mereka yang berkebutuhan khusus – Kita berdoa untuk mereka yang hidup dalam berkebutuhan khusus, semoga mereka menjadi pusat perhatian masyarakat dan lembaga-lembaga dapat memberikan program-program bantuan inklusif yang menghargai partisipasi aktif mereka. 

Ujud Gereja IndonesiaPerubahan iklim – Kita berdoa, semoga kita bersyukur bahwa Tuhan telah berkenan menjadi manusia yang hidup di dunia, dan karena rasa syukur itu kita terdorong untuk secara individual maupun kelompok ikut mengatasi masalah perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang kini mengancam bumi sebagai rumah kita bersama. 

Amin

Satu respons untuk “Menemukan dan Menerima Kehendak Allah dalam Dilema Kehidupan

Tinggalkan komentar