Murid Tercinta

Renungan Harian Misioner
Rabu, 27 Desember 2023
P. S. Yohanes

1Yoh. 1:1-4; Mzm. 97:1-2,5-6,11-12; Yoh. 20:2-8

Dalam banyak kesempatan, kita menemukan murid, yang belajar banyak dari gurunya. Persekolahan, kursus atau lembaga pengajaran dapat menyajikan ‘murid tidak terbilang jumlahnya’, yang menjadi buah dari ‘pemuridan yang dapat dibanggakan’. Namun, Yohanes menunjukkan suatu segi, yang ‘dibanggakannya untuk disebut murid Kristus’, yaitu meyakini sebagai “murid yang tercinta”. Sebab pemuridan, yang disyukurinya, bukanlah sekadar ‘mengikuti pelajaran dari sang Guru dari Nasaret’ saja, melainkan menjadi ‘sahabat batiniah’. 

Refleksi kita: kalau kita sekarang mengaku sebagai murid-murid Kristus, apakah kita meyakininya sampai ke perasaan, akal, atau sampai ke hati?

Bacaan I: 1 Yohanes 1:1-4 adalah awal dari berita pribadi Yohanes kepada murid-muridnya, yang mengajak umat Kristiani perdana, agar mendekati Tuhan Yesus sedalam-dalamnya secara personal, sesuai dengan Ajaran Sang Junjungan, yang menyebut mereka dengan “Sahabat”, dan bukan hanya pengikut atau hamba, sebagaimana sering nampak dalam para murid dari nabi-nabi Israel. Persahabatan adalah ciri relasi Yohanes-Yesus. Pertanyaan, yang dapat kita renungkan di masa sekarang: sejauh manakah kita melampaui studi Kitab Suci dan sampai pada ‘jadi sahabat Yesus?’

Mazmur Tanggapan yang diambil dari Mazmur 97 mengatasi sekadar kutipan dari Perjanjian Lama, yang sering dinyanyikan anak cucu Abraham-Ishak-Yakub: tanggapan iman ini masuk ke dalam hati Perjanjian Baru, yaitu menjadi Sahabat Yesus, Sang Putra. Dengan demikian, relasi dengan Yesus menyusuri ruang-ruang kedalaman hati, menjadi pribadi, yang membuka diri seluruhnya, menyiapkan perpaduan hati kepada Sang Putara. 

Injil Yohanes 20:2-8 memancarkan cinta, yang menghubungkan Guru Nasaret dengan murid terkasih. Yohanes amat sadar akan relasi batin, yang menghubungkan Hati Yesus dengan hati seorang murid, yang memang pernah mempunyai ambisi untuk mencari kedudukan lewat perantaraan ibunya; namun akhirnya menyerahkan lubuk hatinya, yang terdalam, sehingga menyambut sapaan “Itu Ibumu” dan “Itu anakmu” di Golgotha. Dengan demikian, cinta kasih “mereka” merata dan mengembang ke seluruh Gereja. Pertanyaan, yang pantas kita renungkan adalah: sejauh manakah kita membuka hati kita sehingga Cinta-Nya menjadi warna dasar dalam hidup kita? Sejauh manakah kita siap untuk membagikan kasih Tuhan Yesus kepada semua orang? “Tuhan, berilah Roh Cinta, agar kami dapat membagikan Cinta-Mu kepada semua orang”.

(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Untuk mereka yang berkebutuhan khusus – Kita berdoa untuk mereka yang hidup dalam berkebutuhan khusus, semoga mereka menjadi pusat perhatian masyarakat dan lembaga-lembaga dapat memberikan program-program bantuan inklusif yang menghargai partisipasi aktif mereka. 

Ujud Gereja IndonesiaPerubahan iklim – Kita berdoa, semoga kita bersyukur bahwa Tuhan telah berkenan menjadi manusia yang hidup di dunia, dan karena rasa syukur itu kita terdorong untuk secara individual maupun kelompok ikut mengatasi masalah perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang kini mengancam bumi sebagai rumah kita bersama. 

Amin

Satu respons untuk “Murid Tercinta

Tinggalkan komentar