Renungan Harian Misioner
Minggu, 31 Desember 2023
Pesta Keluarga Kudus: Yesus, Maria, Yusuf
P. S. Silvester, S. Melania
Kej. 15:1-6;21:1-3; Mzm. 105:1b-2,3-4,5-6,8-9; Ibr. 11:8,11-12,17-19; Luk. 2:22-40 (Panjang) atau Luk 2: 22.39-40 (Singkat)
Setelah Hari Raya Kelahiran Tuhan kita yang penuh sukacita, hari ini kita merayakan Pesta Keluarga Kudus Nazaret. Gereja menyebut keluarga Nazaret “Kudus” karena Maria, Yusuf dan Yesus sungguh-sungguh berkomitmen untuk melakukan kehendak Tuhan. Gereja menghendaki keluarga-keluarga mengikuti dan meniru perjalanan hidup mereka selama hidup di bumi ini. Ketika keluarga-keluarga Kristiani diminta untuk meneladani Keluarga Kudus Nazaret, mungkin ada yang berkata dengan nada protes bahwa betapa tidak adilnya mengharapkan keluarga-keluarga Kristiani menerima dan menjadikan Keluarga Kudus sebagai teladan hidup berkeluarga. Mengapa? Lihatlah siapa mereka: Yesus, Anak Allah serta Putra Maria. Dia pastilah seorang anak teladan. Maria, Ibu-Nya yang perawan, terbebas dari noda dosa sejak dikandung. Yusuf adalah pribadi yang tulus hati dan taat kepada Allah. Mereka tidak mempunyai masalah sama sekali seperti yang dialami oleh kebanyakan keluarga saat ini; tidak ada anak yang tidak patuh; tidak ada pasangan yang alkoholik atau kasar; tidak ada anak laki-laki atau perempuan atau suami atau istri yang yang terpaksa jauh dari keluarga untuk mencari nafkah di luar negeri. Bagaimanapun, kami berbeda dari mereka.
Pernyataan-pernyataan seperti itu tentu dapat dimengerti. Namun, jangan lupa sisi kemanusiaan para anggota Keluarga Kudus Nazaret. Maria hamil pada saat statusnya baru sebagai tunangan Yusuf. Bayangkan apa yang mungkin dipikirkan para tetangga tentangnya dan keberanian Yusuf untuk menjaganya setelah petunjuk yang diberikan kepadanya oleh malaikat dalam mimpi. Bayangkan perjalanan sulit ke Betlehem. Bayangkan ketika Maria bersalin, ia membungkus Anaknya dengan kain lampin dan dibaringkannya di dalam palungan (Luk. 2:6-7). Bayangkan ketika Simeon memberkati Maria dan Yusuf, dia bernubuat kepada Maria tentang nasib Anaknya dan suatu pedang yang akan menembus jiwanya sendiri. Mereka tergolong keluarga kurang mampu sehingga mereka hanya membawa dua ekor anak burung merpati sebagai kurban persembahan di Bait Allah. Kita bayangkan pula seorang ibu muda pergi ke luar negeri, yakni Mesir sebagai pengungsi untuk melindungi bayinya. Bagaimana dengan hilangnya Yesus di Bait Allah dan reaksi Yesus terhadap penderitaan orang tua-Nya?
Kisah-kisah seperti ini menegaskan bahwa Keluarga Kudus Nazaret sama sekali tidak mempunyai kehidupan yang mudah, indah dan menyenangkan. Namun demikian, mereka telah menjalani atau mengalami sisi kemanusiaan dengan iman dan ketaatan total kepada Allah. Dari titik kemanusiaan inilah kita dapat belajar dari mereka saat kita mengalami kesulitan. Kita bisa memandang ke arah mereka sebagai contoh bagaimana bertindak di saat-saat sulit; saat kita tidak tahu di mana kita berada dan ke mana hidup kita tertuju; atau ketika kita tidak tahu tantangan apa yang akan kita hadapi berikutnya. Kisah Injil menunjukkan bagaimana Yusuf dan Maria memberikan teladan kepada putra mereka, Yesus, dengan membawa-Nya ke Bait Suci dan memenuhi persyaratan Hukum Musa baginya (Luk. 2:22). Seperti semua orang tua yang saleh, Maria dan Yusuf membesarkan Putra mereka dalam rasa takut akan Allah.
Dalam konteks pendidikan iman, apabila orang tua tidak mengamalkan keyakinannya, kemungkinan besar anak-anaknya akan terkena dampaknya. Memang, ada fakta bahwa beberapa anak dapat berubah seiring berjalannya waktu karena beberapa peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mereka. Namun, kita yakin bahwa contoh atau teladan orang tua dalam membesarkan mereka sebagai orang Kristiani sangat penting untuk masa depan mereka. Pengalaman spiritual pribadi orang tua membukakan hati dan budi anak pada realitas ilahi yang menjelma dalam diri Yesus. Kehidupan doa keluarga memperkuat ikatan para anggotanya. Ketika sebuah keluarga berpusat pada Yesus, para anggotanya dapat melewati tantangan dan krisis kehidupan. Ketika anak-anak sudah bisa berdoa dalam kesehariannya, mereka akan dengan mudah merasakan tuntunan Yesus dalam hidupnya. Anak-anak akan menjadi orang Kristen yang baik dan warga negara yang baik jika mereka dididik dengan kasih sayang, motivasi dan disiplin yang baik oleh orang tua yang berdedikasi pada nilai-nilai agama dan sosial. Kita berdoa supaya keluarga-keluarga Kristiani mampu mewariskan iman dan membantu generasi muda untuk bertumbuh dalam kebijaksanaan Allah. Semoga Yusuf, Maria dan Yesus menjadi perantara bagi keluarga-keluarga kita agar keluarga-keluarga kita sanggup belajar beriman dari kemanusiaan Keluarga Kudus Nazaret.
(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen Universitas Katolik Weetebula, NTT)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Untuk mereka yang berkebutuhan khusus – Kita berdoa untuk mereka yang hidup dalam berkebutuhan khusus, semoga mereka menjadi pusat perhatian masyarakat dan lembaga-lembaga dapat memberikan program-program bantuan inklusif yang menghargai partisipasi aktif mereka.
Ujud Gereja Indonesia: Perubahan iklim – Kita berdoa, semoga kita bersyukur bahwa Tuhan telah berkenan menjadi manusia yang hidup di dunia, dan karena rasa syukur itu kita terdorong untuk secara individual maupun kelompok ikut mengatasi masalah perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang kini mengancam bumi sebagai rumah kita bersama.
Amin
