Datang dan Lihatlah!

Renungan Harian Misioner
Jumat, 05 Januari 2024
P. S. Simeon Stylites Tua

1Yoh. 3:11-21; Mzm. 100:2,3,4,5; Yoh. 1:43-51

Perjumpaan dengan Tuhan selalu menuntut ketulusan hati kita. Injil hari ini menampilkan kepada kita sosok orang-orang Yahudi yang tulus yang ingin melihat Tuhan dan Mesias, seperti Yohanes Pembaptis, Andreas, Simon Petrus, Filipus, dan Natanael. Seperti mereka, kita pun ingin berjumpa, melihat, dan mengikuti Tuhan. Tetapi bagaimana kita bisa melihat Tuhan secara penuh?

Pertama, Yesus mengundang kita untuk datang dan melihat-Nya sendiri. Ajakan Yesus ini mengandaikan suatu pengalaman perjumpaan secara pribadi dengan Yesus sendiri. “Datang dan lihatlah.” (Yoh. 1:38) Ajakan Yesus ini ditujukkan kepada murid-murid Yohanes Pembaptis dan Natanael. Datang dan melihat berarti tinggal bersama Yesus, mengamati bagaimana Dia menjalani hidup-Nya, apa yang Dia pikirkan dan bagaimana Dia berhubungan dengan Bapa-Nya dan orang lain. Datang dan melihat berarti belajar dari-Nya bagaimana Dia hidup dan mengasihi. Inilah yang dimaksud Yohanes ketika ia menulis, apa yang telah didengar, dilihat, dan diraba, itulah yang diberitakannya (lih.1Yoh. 1:1). Melihat Yesus mengandaikan bahwa kita siap bersatu dengan-Nya.

Kedua, perjumpaan dengan Tuhan menuntut dari kita hati nurani yang bersih. Inilah alasan mengapa Natanael dapat mengenali Tuhan. Natanael adalah pria yang berintegritas dan tidak ada kepalsuan pada dirinya. Yesus pun menegaskan itu dengan berkata, “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya” Percakapan antara Yesus dan Natanael juga menunjukkan siapa Natanael sesungguhnya. Dia bukan saja orang yang tulus, tetapi juga orang yang suka berdoa dan kontemplasi. Oleh karena itu, Natanael menjawab, “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!” Apakah kita juga mengenal Yesus secara mendalam setelah perjumpaan kita dengan-Nya? Hanya cinta yang memungkinkan kita melihat Tuhan di dalam manusia dan manusia di dalam Tuhan. Kita perlu merenungkan wajah-Nya, kehidupan-Nya, sengsara dan kematian-Nya jika kita ingin ikut serta dalam kelahiran dan kehidupan-Nya agar kedatangan-Nya tidak sia-sia.

Ketiga, untuk melihat Tuhan, kita harus mengasihi sesama kita sebagaimana Tuhan mengasihi kita di dalam Yesus. Yohanes dalam suratnya yang pertama menegaskan ini dengan mengatakan, “Kita mengetahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; maka kita pun wajib menyerahkan nyawa untuk saudara-saudara kita.” (1 Yoh. 3:16) Yohanes juga menegaskan bahwa kasih kita akan Allah itu hendaknya ditampakkan secara nyata dalam perbuatan dan kebenaran, bukan dengan perkataan atau dengan lidah. Inilah identitas kita sebagai anak-anak kebenaran. Ketika kita mengasihi saudara-saudari kita, maka kita akan memiliki hati nurani yang bersih di hadapan Tuhan dan manusia, sehingga mampu mengasihi dengan tulus. Namun, kadang kita merasa bersalah dan ketakutan, apalagi ketika kita merasa sudah menyayangi sesama manusia? Itu disebabkan oleh cinta kita yang tidak murni. Hanya ketika kita mencintai dengan murni dan tanpa pamrih, rasa takut bisa dihilangkan dari hati kita. St. Yohanes mengatakan bahwa cinta yang murni mengharuskan kita menyerahkan hidup kita untuk orang lain sama seperti Yesus menyerahkan hidup-Nya untuk kita. Apakah kita adalah pelaku cinta kasih Allah secara nyata dalam hidup kita sehari-hari melalui perkataan dan perbuatan kita?

Marilah kita, seperti Rasul-rasul yang hari ini dipanggil Tuhan, mengikuti Yesus dalam hidup dan kematian-Nya, mengasihi dengan tulus!

(RP. Joseph Gabriel, CSsR – Studentat Redemptoris, Yogyakarta)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Karunia keberagaman dalam Gereja – Semoga Roh Kudus menuntun kita untuk mengenali anugerah berbagai karisma dalam komunitas Kristiani dan menghargai kekayaan berbagai tradisi dan ritus dalam Gereja Katolik. 

Ujud Gereja Indonesia: Keluarga muda – Semoga keluarga-keluarga muda menemukan ruang pribadi yang intim dan penuh cinta Ilahi di tengah kesibukan kerja, rumah tangga dan peran dalam Gereja dan masyarakat. 

Amin.

Tinggalkan komentar