Berbicaralah, Sebab Hamba-Mu Ini Mendengarkan

Renungan Harian Misioner
Rabu, 10 Jan 2024
P. S. Gregorius X

1Sam. 3:1-10,19-20; Mzm. 40:2,5,7-8a,8b-9,10; Mrk. 1:29-39

Kisah Injil hari ini adalah kelanjutan bacaan kemarin, ketika Yesus memulainya dengan masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar di hari Sabat. Apa yang dilakukan oleh Yesus ini, mengikuti ketetapan tradisi perhentian hari Sabat masa itu, di mana setiap orang yang berkesempatan harus menguduskan hari itu dalam ibadat atau pertemuan kudus di rumah ibadah. Lebih lagi, dalam rumah ibadah pada hari-hari Sabat, Firman Tuhan harus diberitakan kepada siapa saja yang bersedia belajar tentang kebenaran. Ketika Yesus mengajar, Ia mengajar dengan penuh kuasa sebab kebenaran yang sesungguhnya ada dalam diri-Nya sendiri; Dia yang mengenal pikiran Allah dan ditugaskan untuk menyampaikan seluruh kebenaran itu kepada manusia. Bukan hanya mengajar, tetapi Yesus kemudian juga mengusir roh jahat keluar dari seorang yang kerasukan, sehingga atas perbuatan ini, nama-Nya menjadi terkenal ke segala penjuru.

Menjadi terkenal bukanlah tujuan pelayanan Yesus. Ia tetap bergaul dengan siapa saja dari berbagai kalangan, termasuk para nelayan miskin yang mengikuti-Nya. Yesus berkenan menerima ajakan Petrus untuk datang ke rumahnya yang sederhana dan mendapati bahwa ibu mertua Petrus sedang sakit. Tanpa menunda-nunda, Yesus mendekati si sakit, memegang tangannya dan mengusir demamnya. Kesembuhannya sempurna, sehingga sang ibu segera dapat melayani Yesus dan para tamu lainnya, tidak seperti seseorang yang baru sembuh dari sakit. Reaksi orang yang disembuhkan ini, mengingatkan kita bahwa Allah senantiasa menyembuhkan kita yang ‘sakit’ dengan tujuan agar kita cukup sehat untuk bisa bekerja melayani Tuhan dan sesama demi memuliakan-Nya.

Kesembuhan ibu mertua Petrus, semakin membuka kesempatan pada orang-orang untuk datang kepada Yesus agar disembuhkan dari berbagai penyakit dan dibebaskan dari kerasukan setan. Betapa banyaknya orang yang datang, sampai seluruh penduduk kota itu harus berkerumun di depan pintu. Kedatangan orang banyak ini terjadi menjelang malam, sesudah matahari terbenam, yang artinya hari Sabat telah berlalu dan orang-orang boleh melakukan pekerjaan-pekerjaan mereka kembali. Yesus memperhatikan orang banyak, supaya mereka tidak dipersalahkan jika mereka datang kepada-Nya pada hari Sabat. 

Yesus tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. Yesus sangat berhati-hati dalam memperkenalkan diri-Nya sebagai sang Mesias, sebab pada waktu itu banyak orang memikirkan seorang Mesias, sebagai seorang pahlawan dan pejuang yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Yesus tidak ingin kesalahpahaman terjadi dan menghalangi pelaksanaan tugas-Nya sebagai Mesias yang sesungguhnya.

Keesokan harinya, pagi-pagi benar Yesus sudah pergi menyendiri untuk berdoa. Di sini kita mendapat teladan mengenai berdoa. Yang dilakukan oleh Yesus adalah berdoa di pagi hari setelah hari Sabat. Artinya, kita pun tidak hanya berdoa pada hari Sabat, melainkan setiap hari dalam seminggu, sampai datang hari Sabat berikutnya, kita tidak boleh menghentikan saat teduh, saat untuk menyendiri bersama Bapa sebelum memulai segala pekerjaan kita hari itu. Berdoa ketika hari masih pagi, di mana roh kita berada dalam keadaan masih segar, kita mengambil waktu yang terbaik untuk menghadap Dia yang terutama dan terbaik dalam hidup kita. Dengan demikian, kita menaikkan syukur atas karunia kehidupan pada hari yang baru dan memohon penyertaan serta kuasa-Nya untuk melakukan kegiatan dan pekerjaan kita pada hari itu. Setiap orang, sesibuk apa pun pekerjaannya, tetap harus menyediakan waktu untuk menyendiri bersama Allah, keluar dari hiruk-pikuk dunia untuk berkata kepada-Nya, “berbicaralah Tuhan, sebab hamba-Mu ini mendengarkan.” Dengan demikian, kita akan mengerti apa yang menjadi kehendak-Nya hari demi hari dalam persekutuan dengan-Nya. Relasi kita dengan Allah dalam doa inilah, yang akan memampukan kita melaksanakan segala tugas pelayanan kita dalam sehari itu: mengajar, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir roh-roh jahat.

Akhirnya, kita pun harus seperti Yesus, yang tidak pernah terbuai dengan keberhasilan pelayanan-Nya di satu tempat saja. Ia mengajak murid-murid untuk meninggalkan Kapernaum, tempat yang telah membuat-Nya menjadi terkenal karena segala mujizat penyembuhan dan pewartaan-Nya. Kita juga harus berani ‘pergi ke tempat lain, ke kota-kota lainnya’ supaya di sana kita juga memberitakan Injil. Bukan menetap di tempat-tempat yang kita kenal baik, nyaman dan menarik bagi kita saja. Tetapi terus berjalan dan berkeliling sambil terus memberitakan Injil dan mengusir setan-setan; sebab pengajaran dan pewartaan Kristus harus menjadi penegasan akan kehancuran iblis di dunia. (ek)

(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Karunia keberagaman dalam Gereja – Semoga Roh Kudus menuntun kita untuk mengenali anugerah berbagai karisma dalam komunitas Kristiani dan menghargai kekayaan berbagai tradisi dan ritus dalam Gereja Katolik. 

Ujud Gereja Indonesia: Keluarga muda – Semoga keluarga-keluarga muda menemukan ruang pribadi yang intim dan penuh cinta Ilahi di tengah kesibukan kerja, rumah tangga dan peran dalam Gereja dan masyarakat. 

Amin.

Tinggalkan komentar