Diutus untuk Bergerak Maju
Program Indonesia Bermisi di Keuskupan Tanjung Selor yang sudah berlangsung sejak tahun 2021 akan ditutup di Wisma Keuskupan Tanjung Selor, dengan serangkaian acara selama 3 hari. Rangkaian Rekoleksi Penutupan dan Perutusan orang-orang muda yang mengikuti program Indonesia Bermisi ini sekaligus mengikutsertakan para remaja Teen School of Mission (T-SoM).
Dalam pengantarnya Romo Markus Nur Widipranoto, Sekretaris Komisi Karya Misioner-KWI sekaligus juga Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia, menyampaikan permohonan maaf kepada para Penggerak Misi – sebutan untuk orang-orang muda yang mengikuti program Indonesia bermisi, karena para mentor tidak bisa hadir di Keuskupan Tanjung Selor dikarenakan berbagai hal. Fokus kegiatan penutupan Indonesia Bermisi dan T-SOM pada hari pertama, 20 Januari 2024 adalah review, evaluasi, dan rencana ke depan.


Sr. Juliva Motulo, DSY, Ketua KKM sekaligus Dirdios KKI Keuskupan Tanjung Selor, menyampaikan terima kasih kepada KKM-KWI dan BN KKI karena sudah menawarkan program Indonesia Bermisi dan T-SoM kepada Keuskupan Tanjung Selor. Ada harapan yang baik kepada Penggerak Misi yang sudah selesai mengikuti program Indonesia Bermisi. Para Penggerak Misi dan remaja T-SoM diharapkan dapat terus berkarya, terlibat dalam kehidupan menggereja di Keuskupan Tanjung Selor. Mereka diajak untuk selalu berproses dan bergerak maju karena misi Gereja Katolik tidak pernah mati.
Sekolah Misi untuk Menyiapkan Orang Muda Katolik (OMK)
Romo Nur menyampaikan bahwa program Indonesia Bermisi merupakan bagian besar dari sekolah misi. Di dalamnya ada beberapa kelompok: SEKAMI untuk anak-anak, T-SoM untu Remaja, dan Penggerak Misi untuk OMK. Penggerak Misi adalah kelompok orang-orang muda yang terafiliasi dengan komisi-komisi yang ada di Keukupan Tanjung Selor atau khususnya di Komisi Karya Misioner. Tujuan program ini adalah menyiapkan Orang Muda Katolik untuk menjadi Penggerak Misi yang mau terlibat aktif dengan nilai-nilai Injili dalam Gereja dan masyarakat.
Banyak yang Dipanggil tetapi Sedikit yang Dipilih
Para Penggerak Misi diapresiasi karena sudah berkarya di tempatnya masing-masing. Program ini diawali pada tahun 2021 dengan retreat selama 3 hari dan perutusan dari Uskup Tanjung Selor, Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF. Adapun materi yang diberikan selama tahun 2021-2023 adalah tentang iman Katolik dan Kitab Suci; pengenalan pada dunia orang muda; formasi orang muda untuk bermisi; penerapan nilai-nilai misioner dalam memimpin; penyusunan strategi melayani, dan pencarian orang muda sebagai sahabat misi. Pendampingan Penggerak Misi berjalan secara daring karena COVID-19. Awalnya dengan 18 orang peserta terdaftar, namun sebelum program dimulai 6 orang mundur. Setelah 3-6 bulan, menyusul 5 orang yang mengundurkan diri, dan tersisa 7 orang yang akhirnya menyelesaikan program selama 2,5 tahun. Para Penggerak Misi diteguhkan agar kembali kepada Yesus melalui Bunda Maria di saat-saat galau dalam perjalanan bermisinya.



Ketujuh orang muda ini sudah terlibat aktif dalam kehidupan menggereja, di antaranya: membuat buku pedoman dan renungan salib solidaritas misi, membantu penutupan kegiatan tahun solidaritas misi di Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong, pembuatan video penggalangan dana pembangunan SMA di Malinau, terlibat di paroki dan stasi sebagai Penggerak OMK, dan masih banyak kegiatan lainnya.

Dalam review-nya, Romo Nur juga menyampaikan perkenalan singkat mengenai Teens School of Mission (T-SoM). T-SoM adalah sekolah misi untuk remaja yang bertujuan agar anak-anak remaja hidup dalam Kristus dengan militan dan misioner.
(Ignasius Lede – Komisi Karya Misioner KWI)
