Bangga Menjadi Remaja Katolik

Hari Minggu, 21 Januari 2024 rangkaian kegiatan rekoleksi dan perutusan Penggerak Misi di Keuskupan Tanjung Selor dibuka dengan Talkshow di pendopo Gereja Katedral St. Maria Asumpta. Talkshow bertema “Bangga Menjadi Remaja Katolik” ini menghadirkan RD. Markus Nur Widipranoto, Sekretaris Komisi Karya Misioner KWI sekaligus Dirnas Karya Kepausan Indonesia sebagai narasumber. Hadir pula para remaja misioner T-Som, kakak-kakak Penggerak Misi dari program Indonesia Bermisi, para religius, anak-remaja SEKAMI, komunitas THS-THM, para animator-animatris dan umat.

Di awal sesi, moderator mengajukan beberapa pertanyaan, antara lain: siapa sih remaja Katolik itu? Bagaimana bentuk keterlibatan remaja di dalam Gereja? Romo Nur menjelaskan bahwa remaja Katolik adalah mereka yang sudah dibaptis secara Katolik dan berada di rentang usia sekitar 10-15 tahun (pasca komuni sampai kelas 1 SMA). Sedangkan mereka yang sudah berusia 14-35 tahun dan belum menikah masuk dalam kategori Orang Muda Katolik (OMK). Karena usia remaja Katolik dan OMK beririsan, maka para remaja Katolik dan para OMK bisa terlibat dalam keduanya, yang penting adalah semua kelompok usia ini harus mendapat pendampingan iman. 

Jangan Sombong – Karunia Berbeda untuk Saling Melengkapi

Keterlibatan di Gereja bisa bermacam-macam bentuknya, antara lain menjadi misdinar, ikut SEKAMI remaja, OMK, Legio Maria, PD karismatik, koor Gereja, dll. Romo berpesan agar dalam mengikuti kegiatan menggereja jangan sombong dan jangan berkonflik. Seperti kata Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus (1Kor. 12:13-31): bahwa semua kita adalah kesatuan tubuh dengan berbagai macam karunia yang harus saling melengkapi bukan saling menjatuhkan. Para pendamping pun diingatkan agar tidak saling berebut anak-anak agar masuk dalam kelompok pendampingannya. Setiap kelompok kategorial memiliki ciri khas tersendiri, misalnya misdinar dengan pelayanan liturginya, dan SEKAMI dengan pembinaan iman yang lebih luas. 

Ingat 2D2K “Children Helping Children”!

Romo Nur pun menegaskan bahwa kebanggaan kita sebagai remaja Katolik adalah kita dipilih Tuhan untuk menjadi penolong bagi orang lain. Ini sesuai dengan motto Children Helping Children, melalui semangat 2D2K (Doa, Derma, Kurban, Kesaksian). Dengan menjalani motto dan semangat tersebut, kita dapat menjadi Yesus-Yesus kecil di zaman ini. 


Menjadi Saksi-Saksi KRISTUS

Talkshow Bangga menjadi Remaja Katolik ini pun dilanjutkan dengan sharing dari para remaja T-SoM: Aurel, Lia, dan Sela. Mereka membagikan pengalamannya dalam mengikuti T-SoM nasional yang diselenggarakan oleh Biro Nasional KKI selama 4 kali dalam setahun. Ada banyak hal menarik yang mereka peroleh dan siap mereka bagikan kepada teman-teman di paroki dan Keuskupan Tanjung Selor. 

Sementara para Penggerak Misi yang baru saja menyelesaikan program Indonesia Bermisi menyampaikan rasa syukur karena boleh mengikuti program ini dan bisa bertemu dengan orang-orang muda dari paroki lain sehingga membuat mereka semakin bersemangat dalam pelayanan dan dapat menjadi berkat bagi orang lain. 

Kaum religius pun tak ketinggalan. Suster Anastasia Sogen, DSY, Fr. Vinsensius, CJD, dan Sr. Yuli, OSU berkisah mengenai panggilan mereka yang menarik. Salah satu pertanyaan dari peserta talkshow adalah, bagaimana menyikapi rasa takut untuk ikut dan terlibat dalam kegiatan di dalam Gereja Katolik? Para peserta diteguhkan bahwa rasa ragu dan takut adalah hal biasa dalam hidup, namun kita harus selalu mencoba. Jika kita tidak pernah mencoba, kita tidak akan tahu seperti apa rasanya. Pertanyaan lainnya mengenai ketiga kaul dalam hidup membiara. Para Suster dan Frater secara bergantian menjawab. Kaul kemiskinan mengenai hidup sederhana dengan apa yang kita miliki; kaul ketaatan mengenai mengalahkan ego dan mendahulukan karya pewartaan dengan taat pada perkataan pimpinan dan Allah; dan kaul kemurnian mengenai memantaskan diri untuk Allah, tidak terikat pada apapun dan lebih fokus pada pelayanan.

(Ignasius Lede – Komisi Karya Misioner KWI)

Tinggalkan komentar