Jejak Kecil Langkah Misi

Bermisi ke Stasi Taileleu

Sabtu, 23 Desember 2023

Stasi Taileleu adalah salah satu stasi dari Paroki Siberut di Kepulauan Mentawai yang menjadi tempat live in kami bersepuluh. Tim terdiri dari satu orang Dirdios, 3 orang pendamping, 5 orang remaja T-SoM (K. Manado, K. Sintang, K. Bandung, K. Tanjung Selor, K. Padang) dan staf BN KKI.

Dari Paroki Siberut kami naik perahu selama kurang lebih 2 jam ke stasi. Di antara anggota tim ada yang baru kali ini naik perahu sehingga perjalanan kami menjadi seru. Ada doa dan ada juga teriakan ketika perahu harus menembus ombak. Separuh perjalanan kami lewati dalam gelap, hingga tiba di dermaga stasi. Umat sudah menunggu dan kemudian mengantar kami dengan menggunakan beberapa motor dan mobil pick-up menuju Gereja.

Antusiasme Kegembiraan

Dalam pencahayaan yang terbatas, kami dapat melihat antusiasme luar biasa dari umat yang telah menanti. Kami disambut dengan tarian dan pengalungan kalung khas Mentawai. Setelah perkenalan singkat kami pun pulang dengan orang tua angkat masing-masing.

Esoknya kami berkumpul kembali di Gereja, untuk mempersiapkan Misa Adven IV. Para remaja T-SoM mengambil bagian dalam misa ini. Gereja dipenuhi umat, baik orang dewasa maupun anak-anak yang antusias ingin merayakan Misa Adven IV. Setelah misa, kami melakukan pendampingan Sekami Natal Ceria. Ada 200-an anak dari tingkat PAUD hingga Remaja, yang berbaur dengan keceriaan dan bersemangat meski udara saat itu sangat panas dan terasa gerah. Kami membagi mereka dalam 2 kelompok: Kelompok besar (4 SD hingga SMP) dan Kelompok kecil (TK – 3SD). Kelompok besar mengikuti games mencari harta karun di luar Gereja dan kelompok kecil menyusun kepingan puzzle di dalam Gereja. Kegiatan berjalan lancar dan di ujung kegiatan kami membagi-bagikan snack.

Di sore hari, beberapa anak stasi menemani kami menyusuri jalanan stasi menuju sebuah pantai untuk mencari sinyal. Maklumlah, kami belum mengabari keluarga kami masing-masing karena ketiadaan sinyal. Perjalanan itu penuh sukacita bukan hanya bagi kami karena berhasil mendapatkan sinyal dan bisa melepas lelah, tetapi juga bagi anak-anak yang menemani kami. Keakraban kami semakin kuat. Malamnya dalam suasana sederhana dan penerangan seadanya misa perayaan Natal digelar. Misa dibawakan dalam Bahasa Indonesia, namun nyanyian dalam Bahasa Mentawai. Suasana terasa unik, syahdu dan hikmat, ditambah dengan turunnya hujan.

Misa Natal dan Sakramen Krisma

Bapa Uskup, Mgr. Vitus Rubianto datang memimpin misa perayaan Natal sekaligus pemberian Sakramen Krisma bagi sekitar 180 orang muda. Misa yang dibawakan dalam Bahasa Mentawai membuat kami sadar akan keindahan dan keunikan budaya dalam Gereja Katolik. Meski bahasa yang kami dengar berbeda, namun perayaan tetap dapat kami ikuti dengan baik. Bagi para peserta T-SoM ini adalah momen spesial karena bisa merayakan Natal bersama umat dan Bapa Uskup, terlebih dapat melayani altar sebagai misdinar. Karena perayaan yang cukup panjang, setelah misa kami langsung menuju ke toko kecil di samping Gereja. Tidak sabar menunggu makan siang disajikan, kami mencari pop-mie. Bapa Uskup hanya bisa tertawa dari jauh melihat kami. Tidak lama kemudian, kami dijamu makan siang di dalam Gereja. Dengan beralaskan tikar kami menikmati makan bersama umat dan rombongan Bapa Uskup.

Wilayah Taileleu memiliki alam yang indah dan bersih. Kami sering berjalan kaki ke dermaga untuk mencari sinyal. Di sana berbagai hal dilakukan tim kami: berenang, update status, bermain dengan anak-anak. Kami pernah diminta singgah di rumah umat dan dijamu buah mangga dari pekarangan. Kehidupan sederhana di Taileleu memberikan ketenangan dan kedamaian di hati.

Berpesta dalam Kegembiraan Bersama

Malam harinya diadakan Pesta Natal. Semua hadir dengan antusias untuk menikmati penampilan-penampilan yang sudah disusun oleh panitia. Para remaja T-SoM pun turut menyuguhkan sesuatu. Meskipun tidak latihan, tetapi kebersamaan yang telah terjalin semenjak pertemuan nasional yang pertama memudahkan koordinasi dalam tim. Kami menghadiahkan makanan dan minuman ringan untuk mereka yang tampil. Kami menyadari bahwa ternyata kebahagiaan bisa dibagikan melalui hal kecil dan sederhana. Sebagai dukungan kami untuk SEKAMI di Stasi Taileleu, kami juga memberikan alat peraga dan bahan aktivitas. Kami berharap apa yang kami tinggalkan di sana sungguh dapat membantu perkembangan iman anak-anak Sekami. Pesta berakhir pukul 00.00 dini hari. Gelap malam dan bintang menemani langkah kami pulang ke rumah masing-masing.

Pulang

Akhirnya sampai di hari terakhir. Kami berkumpul di dermaga stasi menunggu rombongan Bapa Uskup, karena kami akan beriringan bersama mengikuti rombongan beliau untuk kembali ke Maileppet. Saat menunggu, kami masih sempat bermain dan berfoto bersama anak-anak stasi yang selalu mengikuti kami ke manapun. Meskipun terasa sedih, kami pergi melepas tanah stasi Taileleu dengan senyum dan berharap ada rasa persaudaraan, sukacita, dan kegembiraan yang kami tinggalkan di sana. Pengalaman jauh dari keluarga dan kenyamanan rumah, kemeriahan natal dalam keterbatasan fasilitas (sinyal, air dan listrik) tidaklah menjadi kendala yang berarti. Kami menjalani semua dengan penuh sukacita, rasa syukur, dan pasrah pada kehendak Tuhan. Semoga kenangan dan pelajaran yang kami terima di stasi ini dapat semakin menguatkan pribadi kami semua, sungguh menjadi misionaris yang gembira, cerdas, tangguh, dan misioner.

(Novie Indriani – Pendamping T-SoM III Keuskupan Agung Makassar)

Tinggalkan komentar