Penggerak Misi Keuskupan Tanjung Selor Diutus

Misa Perutusan para Penggerak Misi Keuskupan Tanjung Selor

Pada hari Minggu, 21 Januari 2024, bertempat di Gereja Katedral St. Maria Diangkat ke Surga, Uskup Keuskupan Tanjung Selor, Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF memimpin misa perutusan para penggerak misi Keuskupan Tanjung Selor, bersama para imam konselebran, yaitu:  RD. Markus Nur Widipranoto (Dirnas KKI & Sekretaris KKM-KWI), RP. Dominikus Pareta, OMI (Vikjen Keuskupan Tanjung Selor) dan RD. Sistus Jemadu (Pastor Paroki St. Lukas Apau Kayan)

Indonesia Bermisi – Pendampingan Misioner Orang Muda

Romo Nur di awal menyampaikan bahwa Komisi Karya Misioner KWI bersama Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia menyelenggarakan program yang bernama Indonesia Bermisi. Program ini menawarkan satu model pendampingan misioner bagi orang-orang muda dan bertujuan menyiapkan anak-anak muda untuk menjadi penggerak-penggerak misi yang siap sedia dan mau terlibat aktif di dalam karya pastoral misioner Gereja, baik di stasi, paroki dan di keuskupan serta di tengah-tengah masyarakat. Keuskupan Tanjung Selor telah menerima program ini dan dijalankan selama dua setengah tahun. Misa hari ini untuk menutup program Indonesia Bemisi di Keuskupan Tanjung Selor dan para penggerak misi yang sudah menyelesaikan program Indonesia Bermisi telah siap menjalankan perutusan. 

Berkaca pada Kisah Nabi Yunus

Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF dalam homili mengatakan bahwa tanpa misi kita semua dan Gereja tidak ada, karena misi berasal dari Allah sendiri. Semua orang diutus untuk memperoleh kebahagiaan melalui hidup dan kesaksian tentang Yesus. Bertolak dari kisah Nabi Yunus, umat diajak merefleksikan makna menjadi seorang misionaris. Awalnya Nabi Yunus menolak perintah Allah dan melarikan diri, namun setelah ditelan oleh ikan selama 3 hari 3 malam Nabi Yunus pun bertobat dan pergi ke Niniwe untuk menyampaikan pesan Allah. Orang-orang Niniwe bertobat dan berkabung. Terkait keadaan saat ini, Mgr. Paulinus mengatakan bahwa tugas misioner bukanlah tugas yang mudah. Kerap kita diutus ke tempat-tempat yang tidak kita sukai dan mulai memberi alasan. Padahal murid Kristus dan misionaris kasih, kita seharusnya bersedia diutus ke mana saja dan tetap mewartakan kasih dalam tugas perutusan itu. 


Diutus untuk Bermisi

Mgr. Paulinus pun menyampaikan beberapa pesan pada para penggerak misi. Pertama, salib yang diterima mereka dimaksudkan agar mereka mengambil bagian dalam penderitaan Yesus. Kedua, harus tetap rendah hati. Seringkali sebagai misionaris, kita berbangga diri dan menghitung-hitung berkat. Di hadapan Tuhan, semua hal lain ditanggalkan selain kemuliaan Tuhan. Pesan terakhir, mereka diminta untuk selalu ingat 2D2K: Doa, Derma, Kurban, Kesaksian. Bapa Uskup juga mengucapkan terima kasih kepada Romo Nur bersama para mentor yang telah mendedikasikan waktu untuk mendampingi para penggerak misi.

Setelah homili, misa dilanjutkan dengan pembacaan komitmen misioner oleh para remaja T-SoM Keuskupan Tanjung Selor dan ritus pengutusan para penggerak misi. Para Penggerak Misi mengucapkan ikrar sambil memegang lilin sebagai tanda penyerahan diri kepada Tuhan di hadapan umat yang hadir. Sebuah banner bergambar peta Keuskupan Tanjung Selor digelar di lantai, dan para penggerak misi berjalan menginjak peta itu sebagai simbol mereka akan melayani di daerah mereka. Setelahnya, dilanjutkan dengan penandatanganan dan penerimaan salib misi sebagai tanda kesiapan bermisi. Setelah menerima salib misi, para penggerak misi ini pun menerima tumpangan tangan dan berkat perutusan dari Uskup dan para imam. 

(Ignasius Lede – Komisi Karya Misioner KWI)

Tinggalkan komentar