Mintalah Hati yang Baru!

Renungan Harian Misioner
Selasa Pekan Biasa V, 06 Februari 2024
P. S. Paulus Miki, dkk

1Raj. 8:22-23,27-30; Mzm. 84:3,4,5,10,11; Mrk. 7:1-13; atau dr RUybs

Hari ini kita menyaksikan kembali perdebatan antara Yesus dan orang-orang Farisi bersama beberapa ahli Taurat yang datang dari Yerusalem. Mereka jauh-jauh datang (sekitar 150 km) ke tempat Yesus mengajar bukan untuk mendapat pelajaran dari Yesus. Mereka mau menunjukkan bahwa kedudukan mereka lebih tinggi daripada para rabi di daerah lainnya, di mana mereka mempunyai wewenang atas rabi tersebut dan menjadi ‘pengawas’ atas kebenaran ajaran para rabi tersebut. Hal ini mereka lakukan kepada Yohanes Pembaptis ketika ia muncul di hadapan publik (lih. Yoh. 1:19).

Seluruh perkara dalam perikop ini sebenarnya berkisar tentang hal makan. Tradisi nenek moyang yang dipersoalkan kali ini adalah perihal membasuh tangan sebelum makan. Suatu adat kebiasaan yang menyangkut masalah kebersihan diri yang tidak berbahaya jika tidak dilakukan. Orang-orang Yahudi membasuh sampai ke pergelangan tangan, kemudian mengangkat tangan mereka ketika tangan itu masih basah supaya airnya dapat mengalir ke siku. Kebiasaan ini dilakukan khususnya sebelum makan roti, sebelum mereka duduk makan dengan khidmat. Peraturannya adalah tangan harus sudah dibasuh sebelum memakan roti yang diberkati, kalau tidak, orang itu dipandang najis.

Roti atau makanan, adalah sumber kehidupan yang datang dari Allah. Yesus sendiri melambangkan diri-Nya sebagai Roti Hidup, Allah yang menjadi Sumber kehidupan kita, karena itu jangan diambil dengan tidak hormat. Kebiasaan ini diperlakukan berlebihan, sehingga dijadikan sebagai adat yang wajib, sebagai peraturan keagamaan yang mengharuskan semua orang melakukannya. Jika tidak, mereka diancam akan dikucilkan dari masyarakat. Oleh orang Farisi, peraturan ini dijaga sebagai adat istiadat nenek moyang, padahal ini hanya aturan, perintah dan upacara yang oleh ahli-ahli Taurat ditambahkan pada hukum yang dianggap berasal dari Musa. Akibatnya, membasuh tangan lama kelamaan hanya dijadikan sekedar ritus tanpa makna, tanpa kesadaran akan penghormatan. 

Tetapi ketika murid-murid tidak membasuh tangan terlebih dahulu waktu memakan roti, orang-orang Farisi mengeluhkan hal itu kepada Yesus. Mereka berharap Yesus akan menegur murid-murid-Nya dan menyuruh untuk menuruti kebiasaan mereka. Yesus menegur orang Farisi atas kemunafikan dan kepura-puraan mereka. Mereka memuliakan Allah dengan bibir: menetapkan adat istiadat itu, demi membedakan diri mereka dari orang kafir. Mereka menyangka orang lain akan melihat mereka sebagai orang yang hidup kudus bagi Allah, padahal dalam hati mereka tidak sesuai dengan ibadah yang dikehendaki Allah.

Terlebih lagi, Yesus menegur mereka karena telah memasukkan perintah-perintah para tetua dan pemimpin sebelumnya sebagai ajaran-ajaran agama. Adat istiadat manusia mereka utamakan sebagai prinsip agung keagamaan, bukannya mengajarkan bagaimana seharusnya orang hidup menurut perintah Allah dengan benar. Yesus menunjukkan kepandaian manusia dalam membuat ‘aturan keagamaan’ yang jelas-jelas melawan perintah Allah melalui contoh hukum cinta akan orang tua! Allah memerintahkan anak-anak agar menghormati orang tua mereka, dan siapa yang mengutuki ayah atau ibunya harus dihukum mati. Sebuah hukum alam yang dapat disimpulkan bahwa: anak-anak punya kewajiban meringankan beban orang tua yang kurang mampu, sesuai dengan kemampuan mereka. Jika berbicara jahat pada orang tua saja dapat dihukum mati, apalagi kalau membiarkan mereka mati kelaparan. Tapi mereka telah membuat aturan adat, yang memungkinkan seorang anak tidak membantu orang tuanya, juga tidak dikenakan hukuman karena alasan menerapkan adat istiadat baru ini. Firman Allah dibiarkan tidak berlaku lagi! 

Tradisi harus disikapi dalam Roh, supaya terlihat apakah sesuai dengan tradisi kehidupan yang diajarkan Allah. Pada masa kini, kita bisa dengan mudah menyetujui hukum-hukum, kekuasaan dan pelbagai macam kebiasaan lain yang menghambat kita menjalankan hukum Kasih. Kita terjebak dalam keinginan egois untuk tampil sebagai pemeran utama yang mengutamakan diri sendiri atas orang lain dan Allah. Kita bahkan memanfaatkan orang lain menjadi alat pembenaran kemunafikan kita. Mengintimidasi orang agar melaksanakan sikap keagamaan yang terdiri atas kata-kata dan upacara-upacara lahiriah belaka. Sampai-sampai Ekaristi pun dapat berpusat hanya pada diri sendiri, bukan kepada Allah; menjadi perayaan rutinitas biasa dan menjadi ritual yang hampa.

Kita harus waspada karena kita seringkali membiarkan hal ini terjadi tanpa kita sadari. Marilah kita mohon kepada Tuhan, agar kita selalu dapat melihat apa yang memperbudak hati kita dan menjauhkannya dari Allah. Membiarkan Tuhan menunjukkan kepada kita akan apa yang kita anggap penting untuk dilakukan, tetapi tidak berguna demi mencintai Allah dan sesama. Sebab agama yang benar adalah agama yang membuat hati manusia menjadi baru, hati yang mencintai Allah dan sesama, bukan kemunafikan dan sarana untuk menguasai orang lain. (ek)

(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Mereka yang sakit parah – Semoga mereka yang sakit parah berserta keluarga mereka, menerima perawatan dan pendampingan jasmani dan rohani yang diperlukan. 

Ujud Gereja IndonesiaPemilihan Umum – Semoga warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dianugerahi kebijaksanaan dan kejernihan hati untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin negeri yang mengutamakan kepentingan umum. 

Amin

Tinggalkan komentar