Berbalik untuk Disembuhkan

Renungan Harian Misioner
Jumat Pekan Biasa V, 09 Februari 2024
P. S. Paulinus Aquileia

1Raj. 11:29-32; 12:19; Mzm. 81:10-11ab,12-13,14-15; Mrk. 7:31-37

Bacaan Injil hari ini menampilkan kisah penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus kepada seorang yang tuli dan gagap. Kisah penyembuhan ini ditempatkan oleh penginjil Markus setelah Yesus menegur orang-orang Farisi dan ahli Taurat, orang-orang yang sangat menaati Hukum Musa dan bagaimana menafsirkan Firman Tuhan. Proses penyembuhan yang dibuat oleh Yesus, dilakukan-Nya dengan rasa hormat pada pribadi orang yang disembuhkan. Memahami bahwa orang tuli itu terisolasi dari banyak orang dalam kehidupan sosial, Yesus memperlakukannya sebagai pribadi yang memiliki martabat, dengan “…memisahkan dia dari orang banyak sehingga mereka sendirian.” Tindakan Yesus ini menunjukkan kepekaan dan empati-Nya akan penderitaan orang tuli itu. Yesus melakukan tindakan penyembuhan dengan cara yang berbeda, yakni menggunakan air ludahnya. Tindakan ini adalah hal yang biasa terjadi pada zaman dulu, ketika orang percaya akan kekuatan air ludah yang menyembuhkan. Tentu, Yesus dapat menyembuhkannya tanpa meludah, tetapi Dia ingin memberi orang itu pengalaman disembuhkan. Dengan tindakan ini, Yesus menyampaikan rahmat penyembuhan dari Tuhan kepadanya. Ia juga berpaling ke surga dan berdoa, yang menunjukkan bahwa kesembuhan harus datang dari Allah, dan bukan dari manusia. Allahlah yang menyembuhkan! Itu adalah kekuatan Tuhan dan kekuatan doa! Manusia tidak memiliki kuasa untuk menyembuhkan, tetapi hanya Tuhan yang berkuasa. Ini adalah juga ajakan Yesus untuk merasakan cinta dan belas kasihan dari Bapa di surga.

Tindakan penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus ini mengajak kita juga untuk terlibat dalam tindakan menyembuhkan dan mendamaikan orang-orang yang membutuhkan. Yesus mengajak kita untuk melihat setiap orang sebagai individu yang memiliki martabat, menempatkan setiap orang sederajat meski dengan segala keterbatasannya. Kita tidak bisa menyamakan setiap orang sesuai dengan ekspektasi kita. Karenanya, mereka yang terisolasi dan merasa malu dengan keterbatasan – bahkan dalam hal rohani, dianggap sebagai orang berdosa – patut diperlakukan dengan penuh kasih sayang dan kepekaan kita untuk menyelamatkan martabat mereka. Tindakan kita membantu mereka keluar dari situasi terisolasi memberikan pengalaman “disembuhkan”, membantu mereka merasakan kasih Allah yang hadir lewat sesama, dan memberikan ruang bagi mereka untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik, mencegah mereka untuk mengulangi dosa-dosanya. Inilah tindakan yang juga dilakukan oleh Yesus sang Gembala Baik yang memahami, meneguhkan, menyemangati, memaafkan, dan menerima setiap orang berdosa yang datang kepada-Nya.

Gereja Katolik memberi ruang kepada semua orang untuk berbalik dan hidup dalam kasih Allah melalui rahmat Sakramen Rekonsiliasi. Setiap orang yang datang menerima sakramen rekonsiliasi secara penuh mendapatkan pengampunan dari Allah sendiri, dan juga kekuatan untuk bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dengan mengubah cara hidup yang tidak berkenan di hadapan Allah. Hukuman Allah yang diberikan kepada keturuan Raja Daud yang dikisahkan dalam bacaan pertama, karena mereka telah berpaling dari Allah dan tidak mau berbalik lagi kepada-Nya. Pengalaman “kesembuhan” yang diterima karena berbalik kepada Allah, hendaknya memampukan kita untuk terus membuka hati untuk selalu mendengar seruan Tuhan melalui Sabda-Nya, dan mewartakannya kepada semua orang. Ketika kita merasakan kuasa Tuhan bekerja dalam hidup kita, kita tidak akan berhenti mewartakan keajaiban-keajaiban-Nya. Kita berdoa agar selalu peka terhadap sapaan Allah yang menginspirasi hidup kita, dan memiliki keberanian untuk mewartakan-Nya, melalui perkataan dan perilaku hidup kita yang benar.

(RP. Joseph Gabriel, CSsR – Studentat Redemptoris, Yogyakarta)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Mereka yang sakit parah – Semoga mereka yang sakit parah berserta keluarga mereka, menerima perawatan dan pendampingan jasmani dan rohani yang diperlukan. 

Ujud Gereja IndonesiaPemilihan Umum – Semoga warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dianugerahi kebijaksanaan dan kejernihan hati untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin negeri yang mengutamakan kepentingan umum. 

Amin

Tinggalkan komentar