Puasa yang Berkenan Kepada ALLAH

Renungan Harian Misioner
Jumat Sesudah Rabu Abu, 16 Februari 2024
P. S. Porforios

Yes. 58:1-9a; Mzm. 51:3-4,5-6a,18-19; Mat. 9:14-15

Kita baru saja memasuki masa Prapaskah yang ditandai dengan penerimaan abu pada hari Rabu Abu dua hari yang lalu. Dalam masa ini, Gereja mengajak kita umatnya untuk pantang dan puasa. Ajakan untuk berpuasa ini mengikuti apa yang dikatakan Yesus dalam bacaan Injil hari ini, “Akan datang harinya mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa” (Mat. 9:15b). Yesus mengatakan hal itu ketika Ia menjawab pertanyaan murid-murid Yohanes mengapa para murid Yesus tidak berpuasa sementara mereka dan orang-orang Farisi berpuasa. Kata “mempelai” yang dimaksud dalam jawaban Yesus adalah diri-Nya sendiri. Kini Yesus sebagai mempelai sudah diambil dari tengah-tengah kita maka mestinya kita juga berpuasa. 

Peraturan tentang pantang dan puasa bagi umat Kristiani, boleh dikata sangat ringan bila dibandingkan dengan peraturan yang ada di agama-agama lain. Kita hanya diwajibkan untuk berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jum’at Agung. Pada hari Jum’at selama masa Prapaskah kita hanya diminta untuk berpantang. Mudah sekali bukan? Gereja tidak ingin membebani umatnya dengan mewajibkan puasa – makan kenyang satu kali dalam sehari. Tapi bagi umat yang mau melakukannya lebih dari itu, misalnya setiap hari Jum’at, tidak dilarang. Dengan memberi peraturan yang relatif ringan ini, Gereja tidak mau memberi penekanan pada puasa badaniah belaka. Yang mau ditekankan oleh Gereja adalah undangan untuk kembali kepada Tuhan dengan meninggalkan dosa-dosa kita dan membangun relasi yang lebih baik dengan Tuhan, sesama dan alam ciptaan.

Yesaya dalam bacaan pertama (Yes. 58: 1-9a) Nabi Yesaya mengkritik orang-orang yang berpuasa secara badaniah – tidak makan dan minum, tapi mereka tidak hidup benar di hadapan Allah dan sesama. “Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih sibuk dengan urusanmu, dan kamu menindas semua buruhmu. Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta meninju dengan sewenang-wenang. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi” (ayat 3-4). Kemudian ia  menyampaikan sabda Allah yang menunjukkan kepada mereka cara berpuasa yang benar, “Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” (ayat 6-7). 

Terinspirasi dari sabda Tuhan yang disampaikan Nabi Yesaya itu, kita didorong untuk menghidupi masa pantang dan puasa ini dengan memperbaiki relasi kita dengan Tuhan, sesama dan alam ciptaan lainnya. Kita perlu memberikan waktu lebih banyak untuk berdoa dan merenungkan sabda Tuhan supaya kita semakin mengenal kehendak-Nya melalui firman yang kita renungkan. Dalam doa kita mohon bantuan Tuhan supaya dari waktu ke waktu hidup kita semakin sempurna seperti yang diminta Yesus bagi para murid-Nya, “Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna” (Mat. 5:48). Dalam relasi dengan sesama, kita diundang untuk menghargai hak-hak orang lain terutama mereka yang miskin dan menderita. Kita wajib memberikan apa yang menjadi hak mereka. Kita juga diundang untuk berbagi dengan mereka yang berkurangan. Hasil penghematan dari puasa dan pantang kita bukan kita tabung untuk kepentingan diri kita sendiri melainkan kita berikan kepada mereka yang membutuhkan. Akhirnya kita juga diundang untuk memperbaiki relasi kita dengan alam ciptaan. Hal-hal sederhana bisa kita lakukan: menanam tanaman di sekitar kita, memilah-milah sampah dan membuangnya pada tempatnya. Dengan melakukan semua itu puasa dan pantang kita lebih berkenan kepada Allah dari pada sekadar puasa badaniah.***

(RP. Yakobus Sriyatmoko, SX – Magister Novis Serikat Xaverian di Wisma Xaverian Bintaro, Tangerang)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Mereka yang sakit parah – Semoga mereka yang sakit parah berserta keluarga mereka, menerima perawatan dan pendampingan jasmani dan rohani yang diperlukan. 

Ujud Gereja IndonesiaPemilihan Umum – Semoga warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dianugerahi kebijaksanaan dan kejernihan hati untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin negeri yang mengutamakan kepentingan umum. 

Amin

Tinggalkan komentar