Renungan Harian Misioner
Selasa Pekan I Prapaskah, 20 Februari 2024
P. S. Eleuterius
Yes. 55:10-11; Mzm. 34:4-5,6-7,16-17,18-19; Mat. 6:7-15
Karunia Allah sudah dilimpahkan kepada umat sejak awal sejarah kemanusiaan, bahkan lama sebelum sejarah disadari oleh manusia. Kedua ayat perdana dari Kitab Kejadian, sudah merangkum, bagaimana Roh Allah melingkupi alam semesta, sehingga menyebabkan bahwa berkah Allah sungguh-sungguh melimpah. Anugerah Allah sejak awal mula itu membuka hati dan budi umat Allah sehingga hampir tidak terkatakan: sedemikian sehingga manusia tidak berani mengucapkan kata Yang Agung itu sama sekali. Kepenuhan Karunia Ilahi itu merupakan landasan iman, yang sedikit demi sedikit memperkaya anak cucu Manusia Pertama.
Refleksi: marilah kita mensyukuri seluruh Kasih Allah yang Maha Luhur itu, supaya tak berkurang sedikit pun kemesraan kita pada-Nya.
Bacaan I: Yesaya 55: 10-11 hampir tak terkatakan bobot terima kasih Nabi Agung Perjanjian Lama, yang memperkaya segala madah yang didaraskan umat tanpa henti. Yang lebih mengagumkan lagi adalah, bahwa ungkapan syukur dan puji-pujian kepada Allah itu, dengan pelbagai macam cara senantiasa diserukan oleh sekian banyak suku bangsa dan komunitas beriman di segala ujung bumi. Bahkan nada dasar syukur itulah yang hampir sama didaraskan semua agama, walaupun dalam banyak kesempatan sering kali terjadi perselisihan antara berbagai fihak di dunia dan dalam zaman apa pun.
Refleksi: sejauh manakah kita sudah sering bergandengan tangan dengan umat beragama lain untuk mensyukuri Kebaikan Ilahi? Alangkah perlunya kita sekarang memanjatkan pujian pada-Nya.
Bacaan Injil: Mat. 6:7-15 memperlihatkan, gema dasar doa kepada Allah Bapa, yang diajarkan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya, sehingga juga diwariskan kepada kita. Dalam pada itu, awal Doa Agung dari Sang Putra adalah memuliakan Allah dan mengagungkan Namanya. Dengan demikian, Pribadi Ilahi menjadi Arah Perdana Doa dari Utusan Utama demi Penyelamatan Seluruh Umat Manusia. Sekaligus dalam awal doa itu sudah langsung ditegaskan, betapa Kemuliaan Nama Allah itu didekatkan ke Hati Manusia, sehingga menggemakan nama pribadi yang dikasihi semua anak manusia, karena memakai sebutan “Bapa”. Padahal dalam banyak agama, sebutan itu tidak berani disebutkan. Kebanyakan orang tidak bisa memberanikan diri untuk memesrakan diri dengan Yang Maha Agung. Selanjutnya, doa itu mengarahkan hati ke surga dan mengakui puncak-bakti manusia kepada Allah, sejauh warna komunitas manusiawi memungkinkannya: yaitu dengan penghormatan masyarakat, yaitu “Raja”. Dengan demikian, rasa hormat kepada Pemuka Kemanusiaan dipersembahkan kepada Allah. Sementara itu, kedekatan manusia dengan Allah masih dimesrakan melalui keinginan untuk menyatukan Kehendak Manusiawi kepada Kehendak Ilahi. Baru sesudah itulah pendoa manusia meyakini, bahwa Allah juga memberi berkah kepada segala tata kehidupan manusiawi: dari keyakinan bahwa melalui kontak dengan alam manusia dijaga hidupnya maupun suasana kekeluargaan; kemudian juga dengan alam perasaan cinta kasih manusiawi, akal budi dan relasi lintas pribadi yang sangat memperkaya semua persaudaraan.
Refleksi: sejauh manakah kita tetap dekat di hati dengan Bapa di surga, seraya penuh bakti? Sejauh manakah cinta kasih mewarna kerendahan hati serta siaga bakti hidup beriman dan doa kita?
(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Mereka yang sakit parah – Semoga mereka yang sakit parah berserta keluarga mereka, menerima perawatan dan pendampingan jasmani dan rohani yang diperlukan.
Ujud Gereja Indonesia: Pemilihan Umum – Semoga warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dianugerahi kebijaksanaan dan kejernihan hati untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin negeri yang mengutamakan kepentingan umum.
Amin
