Renungan Harian Misioner
Rabu Pekan I Prapaskah, 21 Februari 2024
P. S. Petrus Damianus
Yun. 3:1-10; Mzm. 51:3-4,12-13,18-19; Luk. 11:29-32
Saudara-saudariku yang terkasih, Injil hari ini dibuka dengan satu pernyataan Yesus, “Orang-orang zaman ini adalah generasi yang jahat. Mereka meminta suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Yunus” (Luk. 11:29). Penyataan ini dapat dikatakan berupa kecaman dari Yesus atas kedegilan hati orang-orang yang masih meminta tanda dari Yesus, dan belum sepenuhnya percaya kepada-Nya sekalipun sudah begitu banyak tanda yang dibuat-Nya. Yesus telah menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat (Luk. 4:38-41; 5:12-16 17-26; 6:6-11, 17-19; 7:1-10; 8:26-39, 40-42, 43-48; 9:37-43), membangkitkan orang mati (Luk. 7:11-17), meredakan angin ribut (Luk. 8:22-25), serta memberi makan 5.000 orang (Luk. 9:12-17). Bagi Yesus, diri-Nya sendiri sudah menjadi sebuah tanda paling paripurna dari Allah yang telah dinyatakan dalam diri-Nya sendiri lalu mengapa mereka harus meminta tanda dari pada-Nya?
Tetapi rupanya itu belum cukup. Kita bisa membandingkan dengan apa yang dibuat oleh Yunus yaitu ketika ia menjadi tanda bagi orang Niniwe. Hanya dengan masuk ke dalam kota sehari perjalanan jauhnya dan berseru dengan suara kuat: “Empat puluh hari lagi Niniwe akan dijungkirbalikkan” (Yun. 3:4), maka orang Niniwe yang percaya kepada Allah menjadi bertobat. Yunus bertindak atas perintah dari Allah dan ia memiliki otoritas sebagai Nabi oleh nubuat yang diterimanya dari Allah. Namun, Yesus yang bahkan melakukan mukjizat atas kuasa-Nya sendiri, karena Ia adalah Allah, tetap tidak dapat membuat orang-orang ini menjadi percaya dan melakukan pertobatan.
Saudara-saudariku yang dikasihi Yesus, persoalan orang-orang zaman Yesus yang membutuhkan tanda atau mukjizat yang lebih banyak agar mereka menjadi percaya sesungguhnya menjadi tantangan yang lebih besar bagi orang-orang zaman sekarang ini dalam membangun iman dan percaya kepada Yesus. Bahkan ‘generasi yang jahat ini’ diperlihatkan suatu tanda bahwa Yesus yang setelah tiga hari dalam kematian kemudian menjadi bangkit, tetap berkeras hati untuk mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Apalagi kita yang tidak melihat ‘tanda’ itu secara langsung, bagaimana dapat terus mempertahankan kepercayaan kita akan kebangkitan-Nya? Tantangan ini semakin nyata bila berhadapan dengan Generasi Z yang dunianya lebih banyak diwarnai oleh dunia visual melalui media youtube, instagram, tiktok, dll, yang lebih mudah percaya pada tontonan yang mereka lihat secara langsung dibandingkan untuk mau percaya pada sesuatu yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya apalagi tidak ada foto atau video ‘real’-nya.
Bukan hal yang tidak mungkin bila kita pun yang hidup di era modern ini tanpa sadar hidup dalam dunia visual yang cenderung membuat kita lebih betah berlama-lama di depan smartphone kita masing-masing ketimbang menyediakan waktu untuk berdoa, membaca dan merenungkan Sabda Tuhan. Bisa jadi, kita manusia-manusia modern tidak lagi merasakan mukjizat Tuhan dalam hal-hal yang sederhana karena sudah cukup puas dan sibuk dengan makanan visual yang memanjakan jiwa kita. Mungkin kita tidak lagi melihat betapa mukjizat Tuhan hadir ketika saya bangun pagi dan dapat menghirup udara segar, memiliki waktu untuk mengunjungi keluarga di tempat lain, berkesempatan berbicara lewat telepon dengan anak atau cucu yang ada di perantauan, atau menikmati secangkir kopi, yang semuanya terjadi berkat kebaikan Tuhan. Akhirnya, bila masalah datang silih berganti, kita baru ingat pada-Nya, kemudian datang meminta tanda dari-Nya agar membantu kita keluar dari berbagai masalah. Dan ketika tanda itu tak kunjung datang, tak kunjung kita rasakan lewat hal-hal spektakuler, kita menyalahkan Tuhan dan tidak lagi percaya kepada-Nya. Padahal mukjizat-Nya dapat terjadi dalam hidup kita lewat hal-hal yang sederhana.
(RD. Hendrik Palimbo – Dosen STIKPAR Toraja, Keuskupan Agung Makassar)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Mereka yang sakit parah – Semoga mereka yang sakit parah berserta keluarga mereka, menerima perawatan dan pendampingan jasmani dan rohani yang diperlukan.
Ujud Gereja Indonesia: Pemilihan Umum – Semoga warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dianugerahi kebijaksanaan dan kejernihan hati untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin negeri yang mengutamakan kepentingan umum.
Amin
