Renungan Harian Misioner
Kamis Pekan I Prapaskah, 22 Februari 2024
Pesta Takhta S. Petrus
1Ptr 5:1-4; Mzm 23:1-3a,3b-4,5,6; Mat 16:13-19
Para Pembaca Ren-Har KKI yang terkasih, Shalom! Untuk kita dalam Gereja Katolik, Petrus merupakan tokoh penting. Kita menghormati Petrus sebagai Kepala Gereja, merujuk kepada kata-kata Yesus sendiri, “Engkaulah Petrus, dan di atas Batu Karang ini, Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18). Bagi kita, kata-kata Yesus ini adalah pengangkatan Petrus oleh Yesus sendiri, untuk memimpin Gereja, yaitu persekutuan orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Sekalipun primat Petrus ini mempunyai dasar alkitabiah yang kuat dan transparan, namun bagi para musuh Gereja Katolik, peran yang diberikan Yesus kepada Petrus ini coba untuk diingkari! Mereka menolak primat Petrus, untuk mencari pembenaran bagi berbagai denominasi gereja yang mereka dirikan, denominasi tanpa primat, denominasi yang terus-menerus terpecah-belah karena sekalipun mereka menggaungkan ajaran “Sola Scriptura” namun mereka tidak mempunyai kesatuan dalam tafsir Kitab Suci.
1. Mengapa Petrus menjadi Batu Karang di mana Yesus mendirikan jemaat-Nya?
Dari teks Injil Matius yang menjadi Bacaan untuk Injil hari ini, kita menemukan jawaban atas pertanyaan ini. Dialog antara Yesus dengan Petrus, menujukkan bahwa sang rasul ini telah menemukan, bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup (Mat. 16:16). Jadi, Yesus mendirikan Gereja atau Jemaat-Nya bukan di atas lokasi tertentu, melainkan di dalam diri orang-orang yang mengenal dan menerima Yesus sebagai Mesias, Anak Allah. Pendirian Gereja di atas diri Petrus dan pengakuan imannya akan Yesus ini, membawa Petrus lebih jauh dan mendalam ke dalam relasinya Yesus. Kepada orang-orang yang telah mengenal dan menerima Dia sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup, seperti Petrus inilah, Yesus mendirikan jemaat atau Gereja-Nya. Kepada orang-orang dengan iman yang kuat dan mendalam akan Yesus ini, ada tugas yang diberikan Yesus, untuk menjadi Pemegang Kunci Kerajaan Allah, plus kuasa untuk membuka atau menutup, dengan kuasa untuk mengikat atau melepaskan manusia dari dosa mereka. Dalam teks Injil lainnya, kuasa yang diberikan kepada Petrus itu, diungkap dalam kalimat, “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh. 20:23).
Poin lain dari dialog Yesus dengan Petrus ini, juga menegaskan, bahwa kuasa yang diberikan Yesus kepada Petrus ini berlaku baik di dunia ini, maupun di surga. Selain itu, bahwa Jemaat atau Gereja yang didirikan Petrus dan orang-orang yang sama pengakuan imannya seperti dia, Gereja atau Jemaat dengan iman seperti iman Petrus ini, jemaat ini tidak bisa takluk kepada kuasa alam maut (bdk. Mat. 16:18).
2. Bagaimana Petrus memanfaatkan kuasa yang diberikan Yesus kepadanya?
Poin ini kita baca dalam surat yang ditulis oleh Petrus sendiri, yang menegaskan hal-hal yang mendasar tentang tugas-tugas pastoral atau tugas-tugas kegembalaan. Di dalam surat itu, Petrus meminta kepada para pemimpin jemaat, untuk menggunakan kuasa yang ada pada mereka sebagai kesempatan untuk mewujudkan atau melakukan kehendak Allah dan bukan untuk mencari keuntungan melainkan untuk melayani Tuhan Allah melalui Jemaat atau Gereja-Nya. Petrus menegaskan bahwa baik-buruknya penggunaan kuasa kegembalaan atau wewenang pastoral itu, akan berpengaruh kepada pribadi pemegang kuasa atau kewenangan itu sendiri. Ketika kuasa dan kewenangan itu digunakan dengan baik sesuai dengan maksud Allah, maka para pemegang kuasa atau kewenangan pastoral itu akan mendapatkan mahkota di surga. Sebaliknya ketika kuasa dan kewenangan pastoral itu tidak digunakan sesuai dengan maksud Allah, yaitu maksud penyelamatan, maka para pemegang kuasa atau kewenangan pastoral itu tidak akan menerima mahkota kemuliaan yang disediakan oleh Sang Gembala Agung, yaitu Yesus Kristus, Pendiri Gereja atau Jemaat itu sendiri.
Selain itu, Petrus ketika menggunakan kuasa kegembalaan atau kewenangan pastoral yang diberikan Yesus kepadanya, menempatkan diri sebagai “rekan penatua dan saksi penderitaan Kristus”. Jadi aspek kekuasaan tidak menjadi poin utama dalam nasihat Petrus kepada rekan-rekannya, sesama para penatua itu!
3. Kuasa Kegembalaan atau Kewenangan Pastoral: antara Petrus dan kita!
Terkait poin ini, mari kita lihat nasihat Pemazmur dengan praktik penggunaan kuasa kegembalaan atau kewenangan pastoral itu dalam diri Petrus. Cukup jelas terlihat bahwa ketika memberi nasihat kepada sesama penatua jemaat, Petrus tidak main kuasa, melainkan seperti Pemazmur, Petrus menempatkan diri sebagai pelaksana tugas yang diberikan oleh Allah. Petrus bertindak seperti Tuhan Allah terhadap umat-Nya: bukan main perintah, melainkan mengikuti Tuhan Allah, Petrus memelihara, membimbing, serta mendampingi sesama rekan pemimpin jemaat atau para penatua.
Demikian praktik penggunaan kewenangan pastoral atau Kuasa Kegembalaan Petrus kiranya menginspirasi sekaligus mengkritik kita, ketika kita melakukan tugas-tugas di dalam jemaat Allah. Semoga kita tidak main kuasa, seperti para pemimpin dunia ini, melainkan seperti Petrus: menggunakan kuasa dan kewenangan yang diberikan kepadanya untuk menasihati dan membimbing sesama para penatua jemaat Allah. Mari kita doakan para pemegang reksa pastoral dalam Gereja kita, untuk menggunakan kuasa yang dipercayakan mereka ini demi keselamatan para warga jemaat. Amin.
(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkal Pinang)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Mereka yang sakit parah – Semoga mereka yang sakit parah berserta keluarga mereka, menerima perawatan dan pendampingan jasmani dan rohani yang diperlukan.
Ujud Gereja Indonesia: Pemilihan Umum – Semoga warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dianugerahi kebijaksanaan dan kejernihan hati untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin negeri yang mengutamakan kepentingan umum.
Amin
