Pranata Iman

Renungan Harian Misioner
Sabtu Pekan I Prapaskah, 24 Februari 2024
P. S. Montanus dan Lucius, dkk

Ul. 26:16-19; Mzm. 119:1-2,4-5,7-8; Mat. 5:43-48

Salah satu kekuatan, yang dianggap dimiliki oleh Ahli Taurat adalah bahwa mereka mengaku sebagai tiang kuat Tradisi Abraham-Ishak-Yakub, yaitu mereka ‘ahli pranata iman”. Di dalamnya termaktub pemahaman keliru mengenai Taurat, yang pada dasarnya adalah bahwa bagi orang Israel, Kehendak Allah itu benar dan harus ditaati. Mereka melupakan, bahwa intisari ketaatan itu adalah iman pada Allah; namun mereka lupakan, bahwa dalam perjalanan waktu, tradisi Israel, lama kelamaan dipahami kata per-kata dan hanya diikuti secara harafiah: bukan sebagai “yang bersumber kepada Allah”. Dampaknya adalah, mereka memahami Hukum Tradisi Yahudi dalam pengertian Ahli Taurat adalah aturan yuridis belaka, tanpa kaitan dengan iman. 

Refleksi Kita: sejauh mana kita menggapai Allah dalam tradisi-tradisi keagamaan; dan bukan hanya sekadar mencari kebenaran hukum semu saja. 

Bacaan I: Ul. 26:16-19 memperjelas sumber iman Israel, yaitu bahwa tulisan Taurat adalah bagian dalam Perjanjian Israel dengan Allah, ketika mereka meminta diberi ‘raja’, walau Allah menegaskan, bahwa sebenarnya “Allah itu Raja mereka dalam iman yang terdalam”. Maka ketaatan pada iman adalah saripati hidup batiniah Israel. Dalam keyakinan iman itulah maka anak cucu Abraham-Ishak-Yakub menaati Allah dan bukan hanya menurut kalimat dan huruf Alkitab. Dalam kesadaran itu, ketaatan Taurat hanya mempunyai makna apabila masuk ke lubuk hati terdalam, sesuai dengan sumbernya dalam pengalaman Musa: bukan batu, semak, tenda, tetapi IMAN. 

Refleksi Kita: Dalam menjalankan tradisi agama dan melaksanakan adat religius, kita diundang untuk membuka hati beriman sejati. 

Bacaan Injil: Mat. 5: 43-48: Tuhan Yesus memang mengajak para murid-Nya untuk melaksanakan peraturan-peraturan keagamaan; namun dalam tindakan keagamaan dan liturgis itu, termaktub Ketaatan kepada Allah sehingga arah hati dan budi mereka menuju kepada Hati Yesus dan Kehendak Bapa dengan Cinta kasih Roh Ilahi. Dalam Gereja dan komunitas kita, pranata iman hanya mempunyai makna yang sungguh mendalam, apabila membawa kita kepada Hati Yesus dan Kemurahan Hati Allah, sehingga Roh meneguhkan kita mendekatkan seluruh hidup Lahir Batin kita dalam lingkup Roh Allah; tidak hanya di lapisan kulit atau praktik jasmaniah, sehingga amat dangkal. 

Refleksi Kita: sejauh manakah kita melaksanakan iman sampai kepada cinta kasih Bapa karena berdaya Roh Kudus?

(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Mereka yang sakit parah – Semoga mereka yang sakit parah berserta keluarga mereka, menerima perawatan dan pendampingan jasmani dan rohani yang diperlukan. 

Ujud Gereja IndonesiaPemilihan Umum – Semoga warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dianugerahi kebijaksanaan dan kejernihan hati untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin negeri yang mengutamakan kepentingan umum. 

Amin

Tinggalkan komentar