Bersikap Murah Hati: Jalan Bahagia dan Selamat

Renungan Harian Misioner
Senin Pekan II Prapaskah, 26 Februari 2024
P. S. Didakus Carvalho

Dan. 9:4b-10; Mzm. 79:8,9,11,13; Luk. 6:36-38

Bacaan Injil hari ini, yang hanya terdiri dari tiga ayat singkat, adalah bagian terakhir dari khotbah singkat Yesus (Luk. 6:20-38). Yesus menasihati para murid-Nya untuk bermurah hati: “Hendaklah kamu murah hati,sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Luk. 6:36). Sabda Bahagia bagi para murid (Luk. 6:20-23) dan kutukan terhadap orang kaya (Luk. 6:24-26) tidak bisa diartikan sebagai kesempatan bagi orang miskin untuk membalas dendam terhadap orang kaya. Yesus memerintahkan para murid-Nya dan para pendengar untuk bersikap sebaliknya: Cintai musuhmu! (Luk. 6:27). Yesus mengajarkan kita pula bahwa cinta sejati tidak bergantung pada apa yang kita terima dari orang lain. Cinta harus menginginkan kebaikan orang lain terlepas dari apa yang dia lakukan untuk kita.  Alasannya, karena begitulah kasih Tuhan kepada kita. 

Nasihat Yesus untuk bermurah hati (Luk. 6:36) diperkuat dengan larangan: “Janganlah kamu menghakimi!” (Luk. 6:37). Maksudnya bukan di pengadilan, melainkan dalam hidup sehari-hari. Mengapa Yesus memerintahkan para pengikut-Nya untuk “jangan menghakimi, supaya mereka tidak dihakimi?” Yesus mengetahui hati manusia dengan sangat baik. Kita menilai terlalu cepat atau tidak adil dengan motif yang campur aduk, hati yang tidak murni, dan pikiran yang berprasangka buruk. Hati kita harus dibersihkan terlebih dahulu agar bisa membedakan penilaian yang benar dengan kasih karunia dan belas kasihan, bukan dengan niat jahat dan balas dendam. Kata-kata  nasihat Yesus ini mengulangi dengan lebih jelas apa yang Yesus katakan sebelumnya: “Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin mereka memperlakukan kamu” (Luk. 6:31). Jika kita tidak ingin dihakimi, jangan menghakimi! Kalau kita tidak mau dikutuk, jangan mengutuk! Jika kita ingin dimaafkan, maafkanlah! Jika kita ingin menerima takaran yang baik, berikanlah takaran yang baik pula kepada orang lain! Yesus menegaskan bahwa ukuran yang kita ukur, akan diukurkan kepada kita (Luk. 6:38). Artinya, apa pun yang kita lakukan terhadap orang lain bisa menjadi berkat atau kutukan. Jika kita berbagi cinta, maka kita telah merasakan cinta itu sejak awal. Jika kita berbagi kebaikan, maka kita telah merasakan kebaikan orang lain. Satu-satunya jenis takaran yang mesti dipakai oleh  setiap pengikut Kristus ialah kemurahan hati, sebab itulah takaran Allah sendiri. 

Pesan atau nasihat Yesus ini bukanlah pesan yang mudah untuk diterima dan mudah dilakukan. Mungkin cukup mudah bagi kita untuk menyumbangkan waktu, harta, dan bakat kita. Namun, memaafkan atau bermurah hati terhadap seseorang yang telah sangat menyakiti kita merupakan tantangan besar. Kita mungkin tidak ingin memaafkan. Kita bahkan mungkin ingin orang lain menderita atas perbuatannya terhadap kita. Namun, jika kita benar-benar ingin mengikuti Yesus, kita harus mengampuni dan bermurah hati. Panggilan untuk bermurah hati merupakan jalan harus ditempuh untuk bahagia di dunia ini dan memperoleh keselamatan. Dalam Sabda Bahagia, Yesus menyatakan “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan” (Mat. 5:7). Sikap murah hati bukan hanya tuntutan teologis, melainkan juga kebutuhan psikologis. Penelitian yang dilakukan oleh Philippe Tobler dari Universitas Zurich mengungkapkan bahwa sikap murah hati membuat orang merasa bahagia. Sikap murah hati bisa memicu perubahan di area altruistik otak dan mengintensifkan interaksi antara area ini dan daerah yang terkait dengan kebahagiaan. Inilah alasan yang membuat seseorang lebih bahagia, ketimbang mereka yang egois. Tobler mengatakan bahwa seseorang tidak perlu menjadi martir yang mengorbankan diri untuk merasa lebih bahagia; hanya sedikit lebih murah hati, itu sudah cukup. 

Kita dipanggil untuk bermurah hati terhadap satu sama lain sama seperti Bapa Surgawi kita yang bermurah hati terhadap kita masing-masing. Pada masa Prapaskah ini, kita masing-masing hendaknya berefleksi: Apakah saya segera mengampuni orang yang berbuat salah kepada saya atau menyebabkan saya sedih atau sakit hati, atau apakah saya membiarkan niat buruk dan kebencian tumbuh dalam hati saya? Apakah saya berdoa bagi mereka yang kehilangan pandangan akan belas kasihan, pengampunan, kebenaran, dan keadilan Tuhan?

(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen Universitas Katolik Weetebula, NTT)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Mereka yang sakit parah – Semoga mereka yang sakit parah berserta keluarga mereka, menerima perawatan dan pendampingan jasmani dan rohani yang diperlukan. 

Ujud Gereja IndonesiaPemilihan Umum – Semoga warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dianugerahi kebijaksanaan dan kejernihan hati untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin negeri yang mengutamakan kepentingan umum. 

Amin

Tinggalkan komentar