Pulang ke Rumah sebagai Orang yang Dibenarkan

Renungan Harian Misioner
Sabtu Pekan Prapaskah III, 09 Maret 2024
P. S. Fransiska Romana

Hos. 6:1-6; Mzm. 51:3-4,18-19,20-21ab; Luk. 18:9-14

Pembenaran adalah bahasa hukum yang biasa dipakai dalam dunia pengadilan: ketika orang-orang yang bersalah dianggap benar dan tidak jadi dihukum. Pembenaran menjadi sebuah hadiah yang sangat besar, seperti orang yang tidak bekerja tetapi tetap mendapat gaji (Bdk. Rm. 4:4-6). Perumpamaan antara orang Farisi dan pemungut cukai kiranya menjadi inspirasi bagi kita tentang betapa besar kasih Allah terhadap umat-Nya.

Kelompok orang Farisi merupakan kelompok yang sangat terhormat. Mereka adalah kelompok orang-orang yang melaksanakan Hukum Taurat tanpa cacat. Menurut Yesus, mereka bahkan telah menduduki “kursi Musa” (Mat. 23:2). Karena itu mereka sangat disegani. Bisa dimengerti bila doanya penuh dengan kepercayaan diri: “Aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini”.

Sedangkan pemungut cukai merupakan kelompok orang yang tidak terhormat. Karena pekerjaannya, mereka lebih mementingkan pemerintahan Romawi dari pada bangsa mereka sendiri. Karenanya, mereka menjadi sasaran kebencian banyak orang. Tidak ada tempat yang nyaman bagi mereka. Mereka terbeban oleh perasaan berdosa terhadap Allah maupun sesamanya. Bisa dimengerti, di dalam perumpamaan ini dia tidak berani menengadah ke langit. Dia hanya bisa memukul diri dan berkata: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”

Dari perumpamaan ini, kita bisa saja mengambil kesimpulan bahwa apa yang dilakukan oleh orang Farisi merupakan perbuatan yang patut dipuji. Karenanya, ia layak mendapat ganjaran. Sedangkan apa yang dilakukan oleh pemungut cukai merupakan perbuatan yang menyakitkan banyak orang dan karenanya, ia patut mendatangkan hukuman. Tetapi apa yang terjadi? Sungguh di luar dugaan! Allah justru membenarkan pemungut cukai ini. 

Hal ini terjadi karena Allah mempunyai kriteria penilaian tersendiri. Ia melihat apa yang tidak dilihat oleh manusia. Manusia melihat apa yang kelihatan tetapi Allah melihat apa yang tidak kelihatan. Kita bisa saja menilai orang begitu tinggi atau rendah hanya karena apa yang diperbuatnya atau statusnya di mata masyarakat. Namun bagi-Nya semua orang sama, yakni memerlukan pertobatan. Orang yang menilai dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain justru akan direndahkan, sedangkan orang yang merendahkan diri di hadapan-Nya, akan ditinggikan.  

Pemungut cukai akhirnya pulang ke rumah sebagai orang yang dibenarkan. Ia datang kepada-Nya dengan beban dosa dan pulang dengan hati penuh sukacita. Ia datang sebagai orang berhutang dan pulang dengan berkelimpahan. Seperti halnya Daud yang telah dibenarkan oleh Allah, ia kini bisa bermazmur dengan lantang: “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya” (bdk. Rm. 4:6-8). 

Semoga masa Prapaskah ini menjadi saat-saat pembenaran untuk kita semua. 

(RP. Anton Rosari, SVD – Imam Keuskupan Bogor)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Para martir zaman sekarang – Semoga mereka yang mempertaruhkan hidup demi pewartaan Injil di berbagai belahan dunia mengobarkan Gereja dengan keberanian dan semangat misioner mereka. 

Ujud Gereja IndonesiaKeluarga dengan anak berkebutuhan khusus. Semoga orang tua dan keluarga dengan anak berkebutuhan khusus dapat memaknai kehadiran anak mereka sebagai anugerah dan sarana untuk mewujudkan kasih Allah secara istimewa. 

Amin

Tinggalkan komentar